Petani yang menggarap lahan rawa di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan provinsi lainnya yang masuk dalam program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani), diimbau membentuk kelembagaan tani.
Dengan kelembagaan tani, diharapkan petani bisa memanfaatkan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan) secara maksimal. Sebagai contoh petani Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel.
Setelah membentuk kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan), petani di Desa Jejangkit Muara segera membangun kelembagaan petani seperti UPJA, KUB, Koperasi Tani, yang khusus mengelola Alsintan.
“Jadi, bantuan Alsintan yang sudah kami berikan ke kelompok tani ini gratis. Bukan milik ketua kelompok, tapi milik kelompok. Sehingga, Alsintan ini ke depan fungsinya bisa dimaksimalkan ke petani,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy, saat panen perdana padi di demfarm (demonstration farm) Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalsel, pekan lalu.
Menurut Sarwo Edhy, poktan atau gapoktan yang sudah membangun UPJA, KUB, atau Koperasi Tani bisa mengoptimalkan Alsintan-nya. Artinya, selain bisa dimanfaatkan kelompoknya, Alsintan tersebut bisa disewakan. Nah, hasilnya kemudian disimpan di kas UPJA atau KUB.
Hasil sewa Alsintan tersebut minimal bisa untuk membeli spare part, ongkos reparasi, ganti oli, bahkan bisa untuk membeli Alsintan yang baru, jelas Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy mengatakan, di Desa Jejangkit pihaknya sudah memberi bantuan sejumlah Alsintan, seperti traktor roda 4 (TR4), pompa air, rice transplanter dan sejumlah Alsintan modern khusus untuk mengelola lahan rawa. Agar tidak mangkrak, Alsintan ini bisa disewakan ke desa lainnya dan dikelola dengan baik, katanya.
Menurut Sarwo Edhy, sudah banyak UPJA yang mengelola Alsintan di sejumlah daerah dengan baik. Alsintan yang dikelola sejumlah UPJA tersebut mampu memberi tambahan pendapatan secara signifikan. Bahkan, ada sejumlah UPJA yang sudah mampu membeli sendiri combine harvester untuk menunjang kegiatan usahanya.
“Ada UPJA yang mengelola Alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa Alsintan ke petani Rp46 juta,” ujarnya.
Dia juga mencontohkan, di Sumatera Selatan ada UPJA yang mengelola Alsintan dengan baik, kasnya bisa mencapai Rp79 juta/bulan. Kemudian ada sejumlah anak muda yang membentuk koperasi khusus untuk mengelola Alsintan, kasnya bisa mencapai Rp170 juta/bulan. “Ada juga koperasi tani yang mengelola Alsintan dengan hasil Rp64 juta/bulan, ” ujar Sarwo Edhy.
Setelah dibentuk UPJA, semua pengurusnya harus jeli membaca potensi pengguna Alsintan di wilayah dan daerah sekitarnya. Misalnya, jika di daerahnya sudah selesai panen, maka combine harvester-nya bisa dialihkan ke daerah lain yang sedang panen.
“Begitu juga kalau di daerahnya sudah selesai olah lahan dan tanam, traktor dan rice transplanter-nya bisa disewakan ke daerah lain,” tambah Sarwo.
Data Ditjen PSP Kementan menunjukkan, pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sekitar 720.000 unit yang terdiri dari berbagai jenis. Jumlah bantuan Alsintan tersebut diperkirakan terus naik dari sebelumnya. Tercatat, sejak tahun 2015 pemerintah memberikan bantuan Alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA. KUB, dan Brigade Alsintan.
Pada tahun 2019, Kementan mengalokasikan Alsintan sebanyak 50.000 unit. Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (TR 2) sebanyak 20.000 unit, Traktor Roda empat (TR 4) sebanyak 3.000 unit, Pompa Air (20.000 unit), Rice Transplanter (2.000 unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
Proyek Percontohan
Sementara itu, Sumatera Selatan dipilih menjadi salah satu lokasi proyek percontohan (pilot project) program SERASI yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu kabupaten Musi Banyuasin, OKI, dan Banyuasin.
Tahun 2018, luas lahan rawa yang diperuntukkan untuk program SERASI di kabupaten masing-masing tersebut adalah 35.000 hektare (ha) di Kabupaten Musi Banyuasin, 65.000 ha di Kabupaten OKI, dan 150.000 ha di Kabuaten Banyuasin.
“Di sini bisa full mekanisasi, bagus sekali, karena orangnya sedikit” kata Lutfi Halide saat melakukan kunjungan lapang di Desa Telang Rejo, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (13/11/2019).
Program SERASI melibatkan banyak pihak, mulai dari Kementan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Kecamatan, perangkat Desa, Kelompok Tani dan pihak-pihak lain. Oleh karena itu, Lutfi meminta setiap pihak dapat mendukung Program SERASI, terutama terkait dengan bantuan alat mesin pertanian seperti combine harvester untuk menyiasati waktu panen yang lama.
“Kementan sudah mempersiapkan program ini sebagai tulang punggung pertanian di masa depan. Penerapan teknologi yang tepat tentunya akan meningkatkan produktivitas secara signifikan,” kata Lutfi.
Lebih lanjut Lutfi menegaskan, Program SERASI membutuhkan sinergi yang serius dari pemerintah daerah dan pusat demi mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.
“Semoga optimalisasi lahan yang terintegrasi ini bisa meningkatkan taraf hidup petani. Kita niatkan apa yang kita kerjakan sebagai tabungan akhirat. Kita kawal dengan baik,” katanya.
Sebagai informasi, luas lahan Program SERASI di Desa Telang Rejo adalah 1.030 ha, dari total luas 1.800 ha dengan IP 3, yaitu padi, padi, jagung. PSP