Kementerian Pertanian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) merespons peringatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa terjadi peningkatan daerah berstatus “awas” kekeringan di Indonesia dari 21 menjadi 23 daerah. Kementan meminta petani untuk menjaga lahan dengan asuransi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, peringatan dari BMKG harus disikapi dengan serius, khususnya oleh insan pertanian. Apalagi, di bulan ini musim kemarau diprediksi sedang berada di fase puncak.
“BMKG telah mengeluarkan peta peringatan dini kekeringan. Kondisi ini jelas tidak bersahabat dengan pertanian. Karena muncul potensi ancaman gagal panen. Masih ada waktu, kita antisipasi hal itu dengan memaksimalkan water management dan menjaga lahan dengan asuransi,” tutur Mentan SYL di Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Imbauan serupa disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy.
“Water management langkah yang baik untuk memastikan ketersediaan air selama kemarau. Tapi, mengingat bulan ini diprediksi sebagai puncak kemarau, kita sarankan petani untuk menjaga lahan pertanian dengan memanfaatkan asuransi,” tuturnya.
Sarwo Edhy menambahkan, asuransi merupakan salah satu komponen dalam manajemen usahatani untuk mitigasi risiko bila terjadi gagal panen. Dengan adanya asuransi, perbankan lebih percaya dalam menyalurkan kredit.
“Dengan asuransi, petani tidak perlu khawatir mengalami kerugian. Karena, lahan yang mengalami gagal panen segera diklaim asuransi. Sehingga petani tetap memiliki modal untuk kembali menanam,” terangnya.
Berdasakan peta peringatan dini kekeringan meteorologis yang dirilis BMKG, jumlah wilayah yang berstatus ‘awas’ kekeringan di Indonesia meningkat dari 21 jadi 23. Penyebabnya, musim kemarau sedang berada di fase puncak.
Wilayah berstatus ‘awas’ terbanyak (14) ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Mulai dari Kabupaten Alor, Belu, Ende, Flores Timur, Kota Kupang, dan Kabupaten Kupang. Lalu Kabupaten Manggarai Barat, Nagekeo, Ngada, Sikka, Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, hingga Kabupaten Timor Tengah Timur.
Sedangkan wilayah berstatus ‘awas’ terbanyak kedua (5) adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Mulai dari Kabupaten Bima, Dompu, Lombok Tengah, Lombok Timur, hingga Kabupaten Sumbawa.
Selanjutnya dua wilayah di Provinsi Maluku, yakni Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kabupaten Maluku Tanimbar. Dua daerah terakhir adalah Kabupaten Buleleng di Bali dan Kabupaten Selayar di Sulawesi Selatan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Prabowo mengatakan, peningkatan itu terjadi karena musim kemarau di Indonesia sedang berada di fase puncaknya (Agustus-September). Kini, sebanyak 87% wilayah Indonesia masih dilanda kemarau.
Penyebab lainnya adalah pola aliran udara yang masih berupa aliran udara timuran dari Australia yang kering. “Sehingga potensi hujan di wilayah-wilayah (seperti) NTT, NTB, Bali, dan Jawa Timur belum banyak,” kata Mulyono. PSP