Redam Tekanan Inflasi Global, Penggunaan Produk Lokal dan Substitusi Impor Dioptimalkan

Pemerintah berupaya meredam tingginya tekanan inflasi global, terutama yang disebabkan oleh produk-produk makanan dan minuman (mamin) dengan mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri dan substitusi impor, termasuk di sektor pangan

.“Perlu upaya untuk bisa mengendalikan inflasi, sehingga daya beli masyarakat kita tetap bagus, dan sektor industri bisa tumbuh dengan stabil,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika pada Pameran Produk Makanan dan Minuman Tahun 2022 di Plaza Pameran Industri, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (05/07/2022).

Menurutnya, untuk meredam tekanan inflasi global, Kemenperin fokus menjalankan program pengoptimalan penggunaan produk dalam negeri dan substitusi impor, termasuk pada sektor pangan.

“Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang potensial untuk pengembangan pangan, seperti sagu, singkong, dan ketela pohon. Ini yang perlu terus dioptimalkan oleh sektor industri untuk mensubstitusi produk impor,” ungkapnya.

Salah satu komoditas yang dipacu oleh Kemenperin adalah pengembangan gula semut yang berbahan baku dari kelapa. Apalagi, Indonesia sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Di samping itu, Kemenperin juga mendorong pengembangan industri gula berbasis tebu, khususnya di wilayah timur Indonesia seperti di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan industri mamin, Kemenperin juga terus aktif memfasilitasi promosi produk industri mamin melalui ajang pameran di dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah yang digelar di Plaza Pameran Industri dengan diikuti sekitar 60 perusahaan industri mamin.

Selain itu, Presidensi G20 Indonesia di tahun 2022 juga menjadi momentum untuk memperkenalkan produk-produk industri nasional, termasuk produk mamin, yang diharapkan dapat memperluas pasar ekspor.

Industri Mamin Sektor Penting

Ketika membuka pameran Produk Makanan dan Minuman Tahun 2022, Putu mengatakan  industri mamin merupakan salah satu sektor penting yang menunjang kinerja industri pengolahan nonmigas. Pada triwulan I tahun 2022, industri mamin menyumbang lebih dari sepertiga atau sebesar 37,77 persen dari PDB industri pengolahan nonmigas.

“Peran dari sektor industri makanan dan minuman ini akan memberikan dampak signifikan terhadap industri pengolahan non migas maupun PDB nasional,” katanya.

Dirjen Industri Agro mengemukakan, industri mamin tumbuh sebesar 3,75 persen pada triwulan I-2022 atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I-2021 yang mencapai 2,45 persen. “Industri makanan dan minuman adalah salah satu sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0,” ungkapnya.

Ditinjau dari sisi perdagangan internasional, ekspor produk mamin sampai triwulan I-2022 menembus 10,92 miliar dolar AS (termasuk minyak kelapa sawit), dan mengalami neraca perdagangan yang positif bila dibandingkan dengan impor produk mamin pada periode yang sama sebesar 3,92 miliar dolar AS.

“Dari sisi investasi, sampai dengan triwulan I tahun 2022, realisasi investasi untuk sektor industri makanan dan minuman mencapai Rp19,17 triliun, terdiri dari PMDN sebesar Rp9,34 triliun dan 684,98 juta dolar AS untuk PMA,” sebut Putu.

Kinerja industri mamin yang mulai membaik tersebut, tidak lepas dari kerja keras seluruh pemangku kepentingan, mulai dari kementerian dan lembaga terkait hingga kalangan industri. “Sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang positif meski terkana dampak pandemi,” imbuhnya.

Putu  mengharapkan pameran  Produk Makanan dan Minuman Tahun 2022 menjadi wahana pendorong bagi para pengusaha di bidang industri makanan dan minuman untuk memperkenalkan produk, kualitas dan citra merek serta memperoleh berbagai masukan atau keinginan dari pelanggannya. Buyung N