Ribuan peneliti kehutanan dari dalam maupun luar negeri bakal menghadiri INAFOR 2019, Konferensi Internasional para Peneliti Kehutanan Indonesia. Konferensi itu juga akan melibatkan 50 organisasi internasional dan 20 negara mitra.
Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK) Agus Justianto mengatakan INAFOR 2019 akan digelar 27-30 Agustus 2019. Ini akan menjadi penyelenggaraan INAFOR yang ke lima kalinya.
INAFOR 2019 mengambil tema “Enforcing Forest Restoration and Waste Management for Better Environment and Socio-Economic Benefits”. Selama penyelenggaraannya, para peserta akan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman digital litbang. Konferensi ini juga akan membangun urgensi tentang restorasi hutan, serta sampah dan limbah.
“Diharapkan dari konferensi ini tumbuh jaringan baru, dan narasi-narasi yang kuat dalam mengambil keputusan tentang restorasi, dan agenda pengelolaan sampah dan limbah,” kata dia saat peluncuran “5th International Conference of Indonesia Forestry Researchers (INAFOR) EXPO 2019 di Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Hasil-hasil Konferensi ini juga akan dibawa oleh BLI KLHK pada pertemuan internasional Perubahan Iklim (COP-UNFCCC) 25, 3-12 Desember 2019 di Santiago, Chile.
Agus menjelaskan INAFOR adalah instrumen yang terus dikembangkan BLI KLHK untuk menghadapi dinamika global yang begitu tinggi. Agus menjelaskan, sebagai lembaga pembangun pengetahuan kehutanan dan lingkungan, BLI kini memasuki platform kerja melalui empat paradigma baru. BLI juga terus berupaya membumikan peran penting institusi riset, sebagai pilar dasar kerja para pihak lingkungan hidup dan kehutanan.
Menurut agus, empat paradigma baru tersebut yaitu produksi dan reproduksi pengetahuan; kontestasi pengetahuan, promosi, kampanye dan advokasi; pembangunan jaringan, dan memperluas jangkauan; masuk dalam virtual era dan society era, dengan merintis komersialiasi, bisnis dan marketing.
“Saya berharap research and development tidak berhenti pada publikasi dan buku, namun sudah saatnya bergerak untuk membangun bisnis dan entrepreneur,” ujar Agus
Hampir dua tahun sejak strategi-strategi perubahan digulirkan, rintisan prestasi-prestasi BLI telah menghasilkan 24 dari 77 prestasi di Lingkup KLHK. Prestasi yang telah mendunia seperti AIKO, Koleksi Xylarium, dan International Tropical Peatlands Center-ITPC, menjadi perintis paradigma baru BLI. Pengembangan di tingkat tapak seperti mikrohidro, dan prestasi-prestasi manajemen dan SDM juga sudah terlihat.
Dalam kesempatan tersebut, Agus menyatakan bahwa agenda kerja LHK tidak dapat diselesaikan secara sendirian. KLHK juga memerlukan partner kerja, dan saling berkontribusi sumber daya. “Saya ingin mengulang pesan saya jika ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendirian, jika ingin berjalan jauh, maka berjalanlah bersama-sama atau tim,” katanya. Sugiharto