Pemerintah harus segera memutuskan cara penyaluran beras Perum Bulog pasca dihentikannya program beras keluarga sejahtera (Rastra) menjadi bantuan pangan non tunai (BPNT). Penumpukan beras di gudang, selain merugikan, juga mengancam seretnya penyerapan beras dalam negeri Bulog tahun ini.
Penghentian penyaluran beras untuk keluarga sejahtera (Rastra) berujung pahit buat Perum Bulog. Mulai Mei 2019, program Rastra dihentikan total dan diubah menjadi BPNT. Padahal, stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog masih menumpuk sekitar 2,1 juta ton. Jika dikurangi realisasi operasi pasar (OP) per 8 Maret 2019 sebanyak 185.948 ton dan skema penyaluran Rastra dari Januari sampai April sebesar 213.000 ton, berarti masih ada 1,7 juta ton lebih beras menumpuk di gudang.
Penumpukan beras itu jadi masalah besar buat Bulog. Pasalnya, ditutupnya kran Rastra hanya menyisakan saluran operasi pasar (OP) buat Bulog untuk menguras gudang, plus penjualan komersial. Sialnya, program BPNT juga tidak mewajibkan menggunakan beras Bulog.
Sejumlah pihak pun mendesak pemerintah segera mengatasi masalah penyaluran beras CBP Bulog. “Operasi pasar saja tidak akan mampu membuat Bulog melepas berasnya ke konsumen dalam waktu cepat dan jumlah besar,” kata pengamat pertanian, Khudori, Jumat (8/3/2019). Volume beras OP tidak terlalu banyak, hanya sekitar 3.000 ton/hari. “Padahal, saat ini Bulog membutuhkan saluran pengeluaran dalam jumlah besar dan cepat,” paparnya.
Tanpa penyaluran yang cepat, dampak susulan bisa terjadi. Serapan beras dalam negeri Bulog tahun ini bakal rontok. Apalagi harga pembelian pemerintah (HPP) tidak berubah, sehingga Bulog sulit menyerap. Terbukti, berdasarkan data sampai 8 Maret 2019, serapan beras dalam negeri Bulog baru 15.496 ton dari target 1,8 juta ton tahun ini. Sementara, potensi produksi beras dalam kurun Januari-Maret sebanyak 14.288.120 ton.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir mengakui petani khawatir serapan beras Bulog makin lemah akibat masih besarnya stok CBP. “CBP itu harus dikeluarkan dulu. Jika tidak tersalurkan, maka akan berpengaruh dengan serapan Bulog pada musim panen ini,” katanya, Sabtu (9/3/2019).
Kalaupun ada tim serap gabah (Sergab) juga tetap percuma. “Tempat penyimpanannya tidak ada. Apalagi jika masih berbentuk gabah kering panen (GKP), Bulog tidak cukup memiliki dryer,” tandasnya. AI