Direktur Indonesia Biotechnology Information Centre (IndoBIC) Bambang Purwantara menyatakan bioteknologi terus berkembang dan kini sudah diterapkan di lebih dari 40 negara berkembang.
“Diperkenalkan tahun 1996 bioteknologi telah berkembang selama 20 tahun. Negara yang sudah menerapkan bioteknologi termasuk negara-negara berkembang. Termasuk Amerika Serikat, Portugal, Republik Ceko, Afrika, Australia, dan lain-lain,” kata Bambang Purwantara saat acara Talk Show Bioteknologi di Jakarta, Senin (11/9/2017).
Bambang menambahkan, selama 20 tahun perkembangan bioteknologi sudah 40 negara yang sudah melegalkan. “Perkembangan 20 tahun bioteknologi ada 40 Negara yang sudah melegalkan atau memberikan izin untuk pangan dapat dimakan,diolah serta ditanam kembali,” katanya.
Bambang menambahkan, Negara-negara berkembang menghasilkan jagung, kedelai, kapas dengan menggunakan bioteknologi. “Jagung di Brazil, Amerika, Argentina dan lainnya. Kedelai di Amerika, Brazil dan lainnya. Kapas di Tiongkok, India dan lainnya,”jelasnya.
Untuk Indonesia, pengembangan produk bioteknologi pertanian yang paling potensial adalah kedelai. Apalagi, 90% kedelai yang dimanfaatkan di dalam negeri untuk memproduksi tahu dan tempe bersumber dari impor yang notabene dihasilkan melalui bioteknologi.
“Yang paling besar menggunkan tread bioteknologi adalah kedelai. Kedelai ini paling terseok-seok adalah Indonesia, sehingga meskipun transgenetik paling maju di Amerika Latin tapi Indonesia masih jadi konsumen. Karena tempe dan tahun 90% impor dari negara-negara penghasil bioteknologi. Kapas (Indonesia) mau jadi yang pertama di dunia 2001 tapi sayang kesalip Cina dan India,”jelasnya.
Bambang melanjutkan, tujuan dari bioteknologi adalah mewujudkan keamanan lingkungan, pangan dan pakan. Produk bioteknologi dapat dikonsumsi masyarakat tanpa menyebabkan sakit, alergi dan halal.
“Harapannya masyarakat tidak perlu khawatir kalau seluruh proses ini dijalankan dengan sebaik-baiknya. Kegunaannya apa untuk mewujudkan keamanan lingkungan, pangan dan pakan ini dapat dikonsumsi manusia tidak sakit, tidak alergi,”ungkapnya.
Bioteknologi segi pertanian sendiri merupakan proses pembuatan dari biokimia, biologi dan rekayasa genetik yang dapat menghasilkan varietas baru, bergizi dan unggul. Sabrina