Meskipun Perum Perhutani sedang langka prestasi, bahkan dipenuhi kesan perilaku negatif yang masih sulit diberantas, ternyata sumber daya manusia-nya masih dikenal banyak yang pandai dan tangguh.
Menurut catatan bisa ditonjolkan beberapa nama antara lain Ida Jatiana, ADM/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Randu Blatung, Budi Shohibudin yang mantan Kepala PEFI, Wawan Tri Wibowo, Wakil Kepala Divre Perhutani Jatim yang mantan juara produkksi getah, Arsis Sri, Agus SG dan dari kalangan senior yang berprestasi seperti Ir. Sadhardjo SM, Ir. Bambang Adji, Ir. Haryono Kusumo, Ir. Soewarno serta Ir. Sulistriyadi yang “kamus hidup”-nya Perhutani serta pekerja lainnya.
Harus diakui intelektualitas para karyawan dan para senior rimbawan di atas tidak bisa diabaikan.
Bahkan layak dimanfaatkan dalam mimbar-mimbar akademis ataupun pada jabatan-jabatan tehnis.
Kesenjangan pemanfaatan rimbawan-rimbawan berkualitas tersebut di posisi Komisaris Badan Usaha yang umumnya diisi petugas-petugas politik, bukan rimbawan profesional, membuat banyak keputusan-keputusan tehnis kebijakan kehutanan melemah.
Badan Usaha seperti Perhutani yang dikenal sebagai Legenda dan Guru Praktik Kehutanan Nasional tidak bisa berperan maksimal bagi pengembangan pelestarian dan usaha bisnis kehutanan yang baik.
Sebagai cerminan manajemen dan kebijakan kehutanan nasional juga nampak rapuh, kecuali usaha pulp dari serat panjang campuran pohon akasia sp.
Apalagi perilaku “wong Perhutani” seringkali dianggap tidak bersih, meskipun fenomena soal akhlak negatif ini juga terjadi di banyak institusi.
“Saya melihat kemampuan lebih dari Sdr. Ida Jatiana, Rimbawan UGM tahun 1991 antara lain ketika yang bersangkutan ternyata adalah orang pertama yang mampu memisahkan asam oxalat dari buah atau umbi porang, yang semula saya pikir merupakan kemampuan ahli dan beberapa ahli UNBRA Malang”, kata Dr. Transtoto Handadhari, Direktur Utama Perum Perhutani 2005-2007.
“Bukan hanya itu, Ida Jatiana yang juga ADM Randu Blatung Divre I Perum Perhutani Jateng itu dengan memanipulasi
adanya duri oksalat yg mengikat antar butiran tepung yang menjadikan umbi porang bebas gatal juga menemukan tumbuhan pohon jati siap pakai pakai untuk tujuan tertentu pada 7 tahun tanpa gubal dan kuat”, jelas Transtoto sambil melanjutkan: “Prestasi karyawan tersebut agar terus dikembangkan untuk kepentingan kemajuan produksi bahkan bisa diikuti perkembangannya untuk peran-peran akademis”.
Transtoto sendiri yang dikenal luas sebagai penulis rimbawan dan memiliki karya-karya monumental antara lain yang terakhir menciptakan Peta Posisi Lahan (2003, Transtoto Handadhari & Firman Fahada) sebagai pengganti tehnik penyusunan tata ruang yang baru khususnya di Jawa serta segudang karya lainnya mengundang kepada semua rimbawan pemikir tersebut untuk mencatatkan karya-karya ilmiah praktisnya sebagai kekayaan intelektual miliknya yang juga akan berdampak bagi kesejahteraannya.
“Negara selayaknya menjemput prestasi mereka yang sangat bermanfaat dan seringkali tersembunyi, serta memberikan penghargaan yang layak bagi rimbawan berprestasi itu”, pungkas Transtoto.
AI