Dampak Flu Burung Pukul China

Wabah flu burung global, yang menyebabkan kematian 58 juta unggas di AS dalam kurun kurang dari setahun saja, menyebabkan penderitaan berat buat China, produsen unggas terbesar kedua dunia. China kini mengalami kekurangan anak ayam.

Sejak awal tahun 2023, harga anak ayam usia sehari (DOC) melonjak di China, yang tak hanya mengancam naiknya angka inflasi, tapi juga memperlihatkan hubungan yang lemah dalam upaya Beijing menopang ketahanan pangan.

Pasar unggas terbesar di dunia ini sangat tergantung dengan impor DOC untuk ayam ras (broiler), yang produksinya mencapai separuh lebih dari produksi ayam di China.

Produksi anak ayam dari Shandong Yisheng Livestock and Poultry Breeding Co., produsen terbesar di China, dibandrol 6 yuan/ekor (hampir Rp1.900) pekan ini. Harga itu melonjak tiga kali lipat dari harga awal tahun.

“Faktor yang mendasarinya adalah tidak memadainya stok bibit ayam impor,” ujar Lin Guofa, kepala riset di firma konsultan Bric Agriculture Group. “Pasoknya terbatas.”

Impor ayam grandparent stock/GPS China pada 2022 hanya separuh lebih, demikian menurut estimasi berdasarkan data bea cukai. Angka itu jauh dari angka kebutuhan permintaan biasanya untuk memenuhi produksi.

Selain akibat wabah flu burung, gangguan juga terjadi pada penerbangan akibat COVID-19 yang tahun lalu membatasi impor.

Menurut data resmi, jumlah GPS untuk ayam ras yang diperbarui tahun 2022 anjlok lebih dari 20%. Sumber-sumber industri mengatakan, banyak peternak yang dipaksa untuk melakukan molting paksa, yakni memperpanjang usia produktif ayam.

Sumber: USDA, Bloomberg

China mengembangkan ayam ras pertamanya secara independen pada 2021, setelah mengimpornya secara penuh selama hampir 20 tahun. Namun, Beijing masih tergantung pada impor karena pasokan dari dalam negeri masih terbatas untuk memenuhi permintaan pasar.

Kemungkinan sekarang ada insentif tambahan untuk mempercepat upaya mengurangi ketergantungan tersebut, mengingat pembatasan yang diterapkan akibat flu burung yang melanda dunia, dan membuat pilihan buat importir ternak di dalam negeri China. Saat ini, berdasarkan permintaan yang diajukan peternak Yisheng bulan ini, China hanya bisa mengimpor dari satu negara bagian AS saja, yakni Alabama, serta dari Selandia Baru.

Kekurangan kemungkinan juga dialami untuk pasok lainnya.

“Impor GPS juga sudah menurun sejak Maret tahun lalu,” papar Shandong Minhe Animal Husbandry Co., Ltd, peternak terkemuka lainnya di China dalam pengajuan impor pekan lalu. “Kurangnya pasok DOC terlihat meningkat secara bertahap dari akhir kuartal kedua atau awal kuartal ketiga. Harga akan menguat.” AI