Asisten Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Muhmammad Syaifullah memprediksi ketersediaan jagung pipilan kering mengalami defisit pada April dan Mei mendatang.
Defisit terjadi sebesar 265.349 ton pada April dan 2.896 ton pada Mei. Prediksi defisit tersebut dihitung dari perkiraan produksi jagung pipilan kering kadar air 15% dan perkiraan kebutuhan.
Berdasarkan hasil prognosa, produksi jagung mengalami defisit dalam 2 bulan berturut-turut. Pada April, diprediksi produksi sebesar 1.450.037 ton sementara kebutuhan sebesar 1.715.386 Ton.
“Berdasarkan data Kementan, ketersediaan dan kebutuhan jagung pipilan kering Januari-Mei 2021, pada April-Mei itu sudah ada warning yaitu minus 265.349 ton di April dan Mei minus 2.896 ton,” ujar Syaifullah dalam Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) Pusat Kajian Pertanian, Pangan dan Advokasi (Pataka) dengan tema “Harga Jagung Melambung”, Selasa (20/04/2021).
Syaifullah juga menyebutkan, salah satu faktor pemicu rendahnya produksi adalah kebiasaan petani dalam ganti komoditas tanaman saat harga sedang jauh.
Selain itu, masalah juga diakibatkan angka kehilangan pada April 2021. Dari total produksi sebesar 1,45 juta ton, jagung pipilan kering yang tercecer sebesar 103.823 atau sekitar 7,16%.
“Ini jadi tugas kami bagaimana edukasi attitude petani untuk konsisten sehingga tak mudah ganti dari jagung ditanami padi dan sebagainya. Itu menjadikan sirkulasi harga tak sesuai ekspektasi kita,” jelasnya.
Technical Consultant US Grains Council Budi Tangendjaja juga menyebutkan masalah produksi jagung pipilan di Indonesia karena memiliki kadar air yang tinggi. Tingginya kadar air tersebut membuat tanaman dan hasil panen jagung mudah ditumbuhi jamur hingga menjadi rusak.
Kepala Subdirektorat Mutu dan Standardisasi Diktorat Jendral Tanaman Pagan Kementerian Pertanian Muhammad Gazali mengatakan manajemen stok menjadi kunci stabilisasi ketersediaan.
Sebab, sepanjang tahun, periode Januari-April merupakan Puncak Produksi atau sekitar 45% dari total produksi tahunan.
Dia menyatakan perlunya dilakukan pengembangan sentra produksi jagung. Gazali tak menampik adanya defisit dalam dua bulan ini. Da menyebutkan pada Mei mendatangkan produksi jagung pipilan kering akan di genjot.
“Diasumsikan bahwa akan ada kekurangan pada April-Mei. Kalau prognosa ketersediaan pada April-Mei itu masih estimasi. Sehingga, kondisi minus ini, mudah-mudahan bisa di kejar produksi untuk kondisi ini,” katanya.
Untuk tahun ini, Kementan menargetkan produksi jagung mencapai 22,5 juta ton guna mencukupi kebutuhan industri pakan unggas dalam negeri.
Atiyyah Rahma