Setiap tahun sebanyak 2 miliar ton karbon dioksida (CO2) dihilangkan dari atmosfer, dan hampir separuhnya diserap oleh hutan, meski investasi teknologi baru untuk penyerapan CO2 terus bertumbuh.
Itulah laporan independen pimpinan University of Oxford yang dilansir pada Kamis (19/1). Laporan ini merupakan laporan pertama yang menilai berapa banyak penghapusan CO2 dunia yang sudah dicapai dan berapa banyak lagi yang masih perlu dihilangkan.
Menurut perkiraan, dibutuhkan 1.300 kali lipat lagi CO2 yang harus dihilangkan oleh teknologi baru — dua kali lipat lebih banyak dari serapan pohon dan tanah — sampai tahun 2050 untuk membatasi pemanasan di bawah 20 Celsius seperti yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
“Penghapusan CO2 dengan cepat sudah jadi agenda,” ujar rekan penulis Steve Smith, ilmuwan iklim di University of Oxford, seperti dikutip Reuters. Hanya saja, katanya, meski ada peningkatan minat dan investasi, “masih ada kesenjangan informasi yang besar.”
Penghapusan CO2 terdiri dari penangkapan gas rumah kaca tersebut dari atmosfer dan menyimpannya dalam jangka waktu yang lama, baik di darat, laut, dan di formasi geologi atau dalam bentuk produk.
Sampai saat ini, hampir semua penghapusan CO2 yang berhasil dilakukan dicapai melalui berbagai macam langkah, seperti menanam pohon serta pengelolaan tanah yang lebih baik.
Dari tahun 2020 sampai 2022, investasi baru global dalam kapasitas penghapusan CO2 mencapai 200 juta dolar AS, kata laporan itu, sementara 4 miliar dolar AS sudah disalurkan ke berbagai riset dan pengembangan yang dibiayai masyarakat sejak tahun 2010.
Meskipun negara-negara saat ini tidak punya rencana menggunakan penghilangan CO2 itu untuk memenuhi sasaran iklim jangka pendek tahun 2030, namun banyak negara yang membayangkan itu sebagai bagian dari strategi mereka mencapai emisi net-zero pada 2050.
Rekan penulis lainnya dari Mercator Research Institute on Global Commons and Climate Change di Jerman, Jan Minx mengatakan, pengurangan emisi CO2 masih tetap jadi prioritas utama untuk mencapai sasaran Perjanjian Paris, tapi “pada saat yang sama kita juga butuh pengembangan serta peningkatan penghapusan CO2 yang lebih agresif, terutama yang menggunakan metode baru tadi.”
Dia menambahkan, memang butuh waktu karena “kita masih dalam tahap paling awal.”
Pada Desember 2022, Departemen Energi AS berkomitmen memberikan 3,7 miliar dolar AS untuk membiayai proyek-proyek penghapusan CO2. Dan Uni Eropa juga bermaksud menangkap CO2 sebanyak 5 juta ton tiap tahunnya pada 2030. AI