Pemerintah memutuskan membuka kran impor jutaan ton gula untuk konsumsi dan industri. Untuk gula industri atau gula kristal rafinasi (GKR), Kementerian Perdagangan telah mengizinkan impor raw sugar 1,93 juta ton. Sementara untuk gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP), kemungkinan Kementerian Pertanian akan merekomendasikan pembukaan impor hampir 650.000 ton GKP.
Presiden Jokowi boleh saja meminta para menteri pembantunya untuk memperhatikan dan menyelesaikan impor sejumlah komoditas pangan, yang tiap tahun volumenya mencapai jutaan ton. Mulai dari kedele, jagung, gula, bawang putih sampai beras. Namun, alih-alih mengerem laju impor, di awal tahun 2021 ini kran impor malah tetap harus dibuka. Deras lagi. Kran impor pertama yang dibuka adalah gula.
Kementerian Perdagangan diketahui telah memberi zin impor gula mentah (raw sugar) untuk kepentingan industri atau gula kristal rafinasi (GKR). Sebelumnya, akhir Desember 2020, pelaku industri gula rafinasi sudah menjerit makin tipisnya stok raw sugar dan stok GRK tinggal untuk kebutuhan Januari. “Izin impor gula mentah untuk industri gula rafinasi sudah diterbitkan pada akhir Desember 2020, tidak lama setelah pelantikan Menteri Perdagangan,” ujar sumber Agro Indonesia di Kementerian Perdagangan, Jumat (15/1/2021). Izin impor ini untuk semester I/2021 dengan volume impor sebanyak 1,93 juta ton.
Berbeda dengan biasanya, volume impor semester I itu menelan separuh lebih kuota impor yang dialokasikan Kantor Menko Perekonomian untuk tahun 2021 sebanyak 3,3 juta ton. Momen Ramadhan dan Idul Fitri pada April-Mei nampaknya jadi pertimbangan. Hal ini diakui Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Bernardi Dharmawan. Pemerintah, katanya, tidak mau industri makanan dan minuman mengalami kekurangan pasokan gula rafinasi dalam menghadapi bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Impor gula ternyata tak hanya untuk kepentingan industri. Gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP), yang dikonsumsi rumah tangga, produksinya juga masih kurang. Bahkan, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Kasdi Subagyono menyebut Januari-Maret adalah bulan kritis karena produksi gula dalam bulan-bulan itu sangat kecil. Padahal, kebutuhan konsumsi per bulan mencapai 237.000 ton, di mana sampai Maret kebutuhan gula mencapai 688.433 ton. Neraca gula sendiri sampai Maret mencapai 29.652 ton plus produksi Maret sebesar 11.837 ton. Itu sebabnya, Kementan kemungkinan bakal merekomendasikan impor GKP dalam dua bulan ke depan sekitar 646.944 ton.
“Pada bulan-bulan kritis itu ada rancangan impor gula sebanyak 323.000 ton pada Februari dan 323.000 ton pada Maret,” ungkap Kasdi. “Dengan impor masing-masing sebesar 323.472 ton di Februari dan Maret, plus produksi gula dalam negeri sebesar 11.837 ton, maka neraca gula hingga Maret 2021 tercatat sebesar 775.033 ton,” lanjutnya.
Dan, seperti biasa, Kementan pun mengaku sudah punya target meningkatkan produksi GKP dalam empat tahun (2020-2023) sebesar 676.000 ton, yang akan dicapai melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Berhasil atau tidak, seperti biasanya pula, mari kita lihat dan tunggu. AI