Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) tiap tahun memberikan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan).
Ribuan, bahkan ratusan ribu Alsintan dari berbagai jenis kini sudah ada di kelompok tani (Koptan) dan Gabungan Koptan (Gapoktan). Alat tersebut jika tidak dirawat akan menjadi rongsokan atau besi tua.
Untuk itu, Kementan terus memfasilitasi pengembangan perbengkelan Alsintan di beberapa daerah. Salah satu tujuannya, agar Alsintan yang rusak dapat diperbaiki dan digunakan dengan maksimal.
Fasilitas perbengkelan tersebut sudah banyak berdiri, antara lain di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, di Sulawesi, Jawa Tengah dan daerah lainnya.
Tidak hanya pengembangan perbengkelan saja, Kementan juga mendorong Poktan atau Gapoktan untuk membangun bisnis dengan mendirikan unit Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA).
Jika dikelola dengan baik, UPJA dapat memberikan keuntungan baik bagi petani maupun kelompok yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Belum lama ini, Kementan memfasilitasi pengembangan perbengkelan UPJA Saridadi di Dusun Mandungan, Desa Suruhkalang, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Manager UPJA Saridadi, Sukino mengatakan, bantuan perbengkelan dari Kementan ini cukup lengkap dan sangat tepat karena menyentuh kebutuhan petani. “Fasilitas gudang perbengkelan memang kami butuhkan. Usaha bengkel Alsintan sudah ada dan berjalan, namun gudang kurang mendukung. Bantuan fasilitas gudang ini memang sangat kami perlukan,” terang Sukino.
Dia menyebutkan, selain usaha bengkel Alsintan, UPJA mempunya unit usaha penyewaan Alsintan, seperti traktor. Selain itu, jasa penyediaan bibit padi dan jasa tanam.
“Kami juga menyediakan jasa pengendalian hama. Selain itu, kami punya dryer yang bisa disewa petani untuk pascapanen,” ujar Sukino.
Dia berharap, dengan adanya fasilitasi perbengkelan dari Ditjen PSP dapat mendukung bisnis UPJA di daerah sentra produksi pertanian. “Adanya fasilitas ini, maka Alsintan yang rusak bisa dengan cepat kita tangani, sehingga saat petani butuh, terutama saat olah tanah, alat tersedia dengan baik,” ungkapnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Alsintan dapat membantu petani untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Selain mempercepat pengolahan tanah, masa tanam dan panen, Alsintan juga terbukti memberikan nilai tambah bagi petani yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan mereka.
“Kami memberikan bantuan Alsintan kepada petani yang berkontribusi positif terhadap peningkatan hasil pertanian untuk bangsa ini,” katanya.
Diakui Mentan, Alsintan selain meningkatkan produktivitas pertanian, juga memberikan dampak positif pada nilai tambah petani. Melalui kelompok usaha ini, Alsintan juga bisa dimaksimalkan fungsinya.
Data Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan mencatat, sejak tahun 2015 pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sebanyak 54.083 unit.
Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan Brigade Alsintan.
Sedangkan tahun 2019, Kementan mengalokasikan Alsintan sebanyak 50.000 unit. Alsintan tersebut berupa Traktor Roda-2 (20.000 unit), Traktor Roda-4 (3.000 unit), Pompa Air (20.000 unit), Rice Transplanter (2.000 unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pemberian Alsintan tersebut diberikan kepada petani dengan dua katagori. Pertama, masyarakat atau petani yang merupakan Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), Koperasi Petani dan Kelomppok Usaha Bersama (KUB) serta masyarakat tani.
Kedua, bantuan Alsintan diberikan kepada Pemda Provinsi, Kabupaten/Kota dan Korem/Kodim. Untuk itu, sebelum mengajukan bantuan Alsintan, dipastikan petani sudah termasuk ke dalam dua kategori ini.
Menurut dia, hal tersebut penting dilakukan, sehingga peralatan mesin pertanian yang dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, untuk memastikan Alsintan yang diberikan benar-benar dimanfaatkan. “Karena bantuan Alsintan umumnya hanya akan diberikan kepada petani yang berkontribusi aktif terhadap peningkatan hasil pertanian untuk bangsa Indonesia,” tegas Syahrul.
Syahrul Yasin Limpo menuturkan, saat ini sektor pertanian menjadi tulang punggung harapan di tengah pandemi COVID-19. Dikatakannya, dalam situasi apapun pertanian tak boleh mengalami gangguan sedikitpun.
“Tujuan pembangunan pertanian nasional kita adalah menyediakan pangan bagi seluruh rakyat, menyejahterakan petani dan menggenjot ekspor,” katanya.
Perawatan Alsintan
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, untuk mendukung pertanian modern, Kementan telah menyalurkan banyak Alsintan.
Alsintan pra-panen seperti traktor roda dua, traktor roda empat, serta rice transplanter telah diterima Poktan atau Gapoktan untuk dikelola bersama dalam unit usaha penyewaan alat pertanian.
“Bantuan yang disalurkan kepada Poktan, Gapoktan, UPJA maupun dinas dalam bentuk brigade di wilayah sentra produksi tujuannya untuk mencapai swasembada pangan,” katanya.
Dia menyebutkan, daerah-daerah sentra produksi yang telah menerima bantuan Alsintan ini perlu didukung keberlanjutannya, sehingga memerlukan layanan pemeliharaan, perbaikan dan penyediaan suku cadang.
“Perbengkelan Alsintan ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional, yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor,” katanya.
Ali mengatakan, Kementan telah menyalurkan Alsintan ke daerah-daerah sentra produksi pangan untuk mendukung budidaya pertanian mereka. Alsintan bantuan tersebut hendaknya dirawat dan dipelihara dengan baik.
Bahkan, di beberapa daerah sentra pertanian sudah banyak berdiri bisnis UPJA. Kehadiran UPJA tersebut sangat membantu petani serta dapat juga meningkatkan pendapatan kelompok tani.
Tak hanya itu, agar Alsintan tetap terpelihara dengan baik, maka Kementan memberikan berupa perbengkelan Alsintan agar keberlanjutannya dapat terus berlangsung. “Kegiatan penerapan mekanisasi pertanian memerlukan dukungan perbengkelan yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh lembaga UPJA,” tegas Ali.
Direktur Alsintan Ditjen PSP Kementan, Andi Nur Alamsyah mengatakan dengan bantuan perbengkelan di bawah pengelolaan UPJA diharapkan ada dua keuntungan.
Pertama, keuntungan jaminan keberlanjutan penggunaan Alsintan. Kedua, sumber pendapatan UPJA, selain dari usaha jasa sewa Alsintan, jasa olah tanah dan jasa perbengkelan.
“Bantuan sarana perbengkelan dilakukan melalui pembangunan workshop yang berfungsi sebagai tempat kerja operasional bengkel dan penyimpanan suku cadang Alsintan, juga kantor administrasi, alat perbengkelan dan fasilitas lainnya,” katanya.
Andi Nur Alamsyah mengatakan, keberadaan Alsintan tidak bisa dihindari karena tenaga kerja atau petani sudah berkurang. Selain itu, tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani berusia lebih kurang 60 tahun, yang kemudian disusul usia antara 40-45 tahun.
Menurut dia, masalah yang muncul pada kegiatan tanam dapat ditangani dengan menerapkan mesin tanam pindah bibit (transplanter, Red.) padi. Mesin transplanter adalah sebagai solusi peningkatan kerja kegiatan tanam padi.
“Hemat tenaga kerja, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam per satuan luas lahan. Dan faktor tersebut akhirnya mampu menurunkan biaya produksi budidaya padi,” katanya.
Dia mencontohkan, pengolahan tanah 1 ha dengan manual/cangkul membutuhkan tenaga kerja sebanyak 30-40 orang/hari dengan lama kerja 240-400 jam, dengan biaya mencapai Rp2-2,5 juta.
Namun, dengan mekanisasi menggunakan traktor tangan, tenaga yang dibutuhkan hanya dua orang dengan waktu kerja 16 jam/ha, dengan biaya hanya Rp900.000 hingga Rp1 juta.
Contoh lainnya, penyiangan secara manual membutuhkan tenaga kerja sebanyak 15-20 orang dengan jumlah jam kerja 120 jam/ha. Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp600.000.
Namun, mekanisasi menggunakan power weeder, jumlah tenaga kerja yang diperlukan hanya dua orang dengan jumlah jam kerja 15-27 jam/ha, dengan biaya hanya Rp400.000. PSP