China membuat dunia makin ketar-ketir. Kali ini, booming produksi plastik China telah mengubah industri petrokimia global, di mana perusahan penyulingan minyak swasta dan BUMN menciptakan kekuatan dominan di saat para saingannya dari seluruh dunia sedang mengalami kelesuan.
“Investasi besar China antara tahun 2020 dan 2027 telah mengubah dinamika pasokan global, yang mengarah pada surplus struktural di Asia dan margin keuntungan yang rendah atau negatif secara terus-menerus,” ujar analis utama petrokimia di Wood Mckenzie, Kelly Cui seperti dilansir Bloomberg. Lembaga konsultan ini memprediksi bahwa hampir seperempat kapasitas produksi etilen global berisiko gulung tikar, meskipun China masih tetap menambah lebih banyak lagi produksi.
Antara tahun 2019 sampai akhir 2024, China akan menuntaskan pembangunan begitu banyak pabrik untuk mengubah minyak mentah dan gas bumi menjadi produk-produk seperti etilen dan propilen — bahan baku beragam produk mulai dari botol plastik sampai permesinan. Dengan begitu, kapasitas produksi China pun melambung menyamai kapasitas gabungan Eropa, Korea Selatan dan Jepang, kata Badan Energi Internasional (IEA).
Contohnya propilen, yang mengalami peningkatan dramatis. Kilang-kilang kecil yang khusus mengubah gas menjadi material yang dikenal sebagai propana dehidrogenasi atau PDH, makin menjamur. Produsen China sendiri sudah memiliki kapasitas PDH dua kali lipat lebih besar dari kapasitas PDH global antara tahun 2019 sampai 2024, kata IEA.
Kenaikan drastis kilang-kilang kecil ini salah satunya karena tidak diperlukannya izin atau persetujuan dari Beijing, seperti halnya kilang-kilang besar. Pemerintah daerah pun menangkap peluang ini untuk memanfaatkan lahan murah dan fasilitas fiskal demi mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi. Semuanya didorong untuk memenuhi permintaan plastik yang dikenal sebagai polipropilen — yang digunakan untuk plastik kemasan, suku cadang kendaraan bermotor dan peralatan listrik.
Sayangnya, ketika pasokan dari dalam negeri mengucur, permintaan dalam negeri malah tersendat.
Kini, masalah membayang. Tekanan finansial dan pangsa pasar juga makin meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, kapasitas operasi pabrik PDH biasanya 80%-85%. Namun, tahun lalu, melimpahnya pasok memaksa mereka menurunkan kapasitas di bawah 70%, dan tahun ini kapasitas produksi mereka makin turun mendekati 50%, kata Joey Zhu, analis di perusahaan intelijen data ICIS. Hanya saja, kata Zou, setidaknya akan ada 9 kilang PDH lain yang akan berproduksi pada rentang 2024-2025, sehingga pedagang memperkirakan bakal ada penundaan baru, penutupan — dan bakal makin banyak penjualan ekspor untuk mengatasi kelebihan tersebut.
Peralihan itu kemungkinan bakal memperburuk hubungan China dengan tetangganya, seperti Korsel, yang memiliki sektor penyulingan minyak yang besar. Dengan makin dekatnya Pemilu Presiden di AS, maka kondisi ini juga akan memicu tuduhan merusak dari Washington dan Brussels bahwa negara melakukan penggelembungan kapasitas.
China Jadi Eksportir Plastik
China kini telah berubah menjadi eksportir bersih polipropilena secara berkelanjutan mulai Maret 2024, demikian data dari Bea Cukai. Produk-produk polipropilena telah diekspor ke negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, seperti Vietnam, Thailand, Bangladesh sampai ke Brasil.
China juga sudah menjadi eksportir bersih produk-produk polyester seperti PVC dan PET, yang digunakan untuk wadah pakaian dan makanan. Pasar yang dituju adalah Nigeria, Vietnam dan India, menurut Rhodium’s Vest. Kondisi ini sekali lagi memperburuk situasi karena terjadinya surplus perdagangan.
Tidak adanya dorongan dari pemerintah, semisal dorongan agar para produsen beralih dari memproduksi produk-produk kelas bawah ke produksi bahan-bahan khusus, diperkirakan membuat kondisi ini tak akan ada perubahan dalam waktu dekat.
“Setiap orang di China punya anggapan bahwa jika mereka cukup cepat, jika mereka jadi yang pertama di industri ini, dan mampu manghabiskan uang dalam jangka waktu yang lama, maka mereka akan jadi pihak yang selamat dalam merebut pangsa pasar. Setelah itu mereka bakal bisa menaikkan harga,” papar analis bahan kimia Asia di Bloomberg Intelligence, Vivien Zheng. Dia memprediksi kilang-kilang PDH tiak akan mengurangi produksinya lebih jauh lagi.
“Sebagian besar kilang baru dibangun selama 3 sampai 5 tahun terahir,” ujarnya. “Nah, mereka ini mau menanggung terjadinya siklus penurunan tersebut.” AI