Presiden Bank DuniaDavid Malpass akhir tak tahan terus mendapat tekanan dari pemerintah Amerika Serikat. Pejabat yang ditunjuk mantan Presiden Donald Trump ini akan mengundurkan diri dari jabatannya pada akhir Juni, setahun sebelum masa baktinya usai.
Bank Dunia mengumumkan pada Rabu (15/2) bahwa Malpass telah memberi tahu dewan ekeskutif untuk mengundurkan diri setelah empat tahun “untuk mengejar tantangan baru”.
“Sungguh kehormatan yang sangat besar dan istimewa untuk melayani sebagai presiden lembaga pembangunan utama dunia bersama dengan begitu banyak orang-orang bertalenta dan luar biasa,” kata Malpass dalam pernyataan itu.
“Beberapa bulan ke depan akan memberi peluang yang bagus untuk terjadinya transisi kepemimpinan yang mulus,” ujar Malpass dalam pesannya kepada staf Bank Dunia, yang berhasil dilihat Bloomberg News.
Mundurnya Malpass (66), membuka peluang pemerintah Presiden Joe Biden mengangkat orang yang bisa menjalankan tujuannya merombak lembaga pemberi pinjaman pembangunan global ini untuk lebih fokus pada tujuan memerangi perubahan iklim.
Sebagai mantan pejabat tinggi di Departemen Keuangan AS, Malpass dinominasikan Donald Trump tahun 2019. Dia memicu kontroversi pada September 2022 dalam sebuah konferensi karena menolak pertanyaan apakah penyebab perubahan iklim, meski pertanyaan itu berulang kali dilontarkan. Hal itu memicu tuntutan pemecatan dirinya di tengah banjir kritik bahwa dia tidak menerima konsensus ilmiah mengenai dampak emisi buatan manusia.
Belakangan Malpass mengatakan dia “benar-benar tidak siap” ketika dia menjawab di sela-sela sebuah pertemuan PBB. Dia kemudian menyerukan perluasan misi Bank Dunia yang secara tegas memasukkan barang-barang publik seperti perubahan iklim.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menekan jajaran pimpinan Bank Dunia dan mendesak mereka untuk “secepatnya” melakukan reformasi guna menyalurkan lebih banyak dana guna mengatasi perubahan iklim.
AS merupakan pemegang saham terbesar di lembaga keuangan internasional itu, yang memberikan pendanaan untuk negara-negara sedang berkembang dan telah mendorong adanya perombakan bersama pemagang saham besar lainnya, termasuk Jerman.
Berbicara di Washington pada Kamis (9/2), kurang dari dua pekan sejak kunjungannya ke tiga negara Afrika, Yellen terus memfokuskan keprihatinannya terhadap Bank Dunia. Institusi ini harusnya “memperluas visinya untuk memasukkan berbagai tantangan global” dan membantu menurunkan biaya yang ditanggung negara-negara yang sedang membutuhkan dana untuk melakukannya, serta terlibat dalam mobilisasi lembaga keuangan swasta “yang lebih kuat”, katanya.
“Ini merupakan peluang yang baik buatnya untuk mempercepat tugas Bank melaksanakan visi itu,” ujar Mark Sobel, mantan pejabat Depkeu AS yang juga mewakili AS di Dana Moneter Internasional (IMF). “Waktunya sangat tepat buat pemerintahan Biden dan tentunya lebih disukai dari sudut pandang itu ketimbang situasi terus berlarut-larut.”
AS biasanya mencalonkan pimpinan Bank Dunia, sementara Eropa mencalonkan pimpinan di lembaga kembaran produk Bretton Woods lainnya: IMF. Kalangan analis menilai, nama-nama yang kemungkinan bakal dicalonkan Biden antara lain Samantha Power (kepala Lembaga Pembangunan Internasional Amerika/USAID) dan Rajivh Shah (Presiden Rockefeller Foundation yang juga mantan kepala USAID).
Yellen sendiri mengucapkan terima kasih atas pengabdian Malpass di Bank Dunia. “Sementara kita semua harus terus meningkatkan ambisi bersama melawan perubahan iklim, selama masa jabatan Presiden Malpass, Bank Dunia telah membuat kemajuan penting akhir-akhir ini dalam masalah ini,” papar Yellen.
Dia juga memuji dukungan Malpass untuk Ukraina, rakyat Afghanistan serta membantu negara-negara berpendapatan rendah mencapai sustainabilitas utang melalui pengurangan utang.
Kalangan aktivis lingkungan menyerukan pemecatan Malpass setelah kesalahan dalam panel diskusi mengenai perubahan iklim pada September 2022, seraya menyebut Malpass tidak mampu memberikan kepemimpinan mengenai masalah itu.
“Kami menyambut baik kepergian orang yang lamban dalam masalah iklim dan pembangunan sebagai pimpinan lembaga keuangan internasional yang penting,” ujar Jake Schmidt, direktur senior strategi iklim internasional di Natural Resources Defense Council, kelompok advokasi lingkungan. “Kita membutuhkan kepemimpinan Bank Dunia yang komit pada tindakan berani untuk mengeluarkan pembiayaan iklim yang lebih banyak guna memenuhi skala krisis iklim dan kebutuhan negara-negara berkembang.”
Sebelum bergabung dalam pemerintahan Trump, Malpass adalah ekonom selama 10 tahun lebih di Bears Stern Co. Dia juga pernah melayani presiden dari kubu Republik lainnya dan menjadi seorang pembantu di Capitol Hill (DPR). AI