Belanja kendaraan listrik (EV) secara global melesat. Tahun 2022 kemarin, belanja tahunan kendaraan listrik penumpang mencetak angka 388 miliar dolar AS atau naik 53% dari tahun sebelumnya.
Hal itu terungkap dari laporan baru yang dimuat Bloomberg NEF mengenai investasi dalam transisi energi, Selasa (15/2).
Dengan memasukkan penghitungan tahun 2022, maka total kendaraan listrik yang terjual sampai hari ini di segmen kendaraaan penumpang menembus angka 1 triliun dolar AS. Ada beberapa cara untuk membaca angka tersebut. Yang paling mendasar, jika sebuah perusahaan otomotif tidak punya strategi EV yang layak, maka mereka kehilangan peluang memperoleh pendapatan dari pangsa pasar EV bernilai 1 triliunan dolar AS selama 10 tahun terakhir.
Terdengarnya sangat besar, memang. Padahal, angka penjualan otomotif global sendiri bernilai sekitar 2,5 triliun dolar AS/tahun. Jadi, selama 10 tahun terakhir sejak EV pertama masuk pasar di era modern, nilai total penjualan otomotif secara umum sekitar 25 triliun dolar AS. Dalam konteks ini, angka kumulatif penjualan EV memang relatif kecil. Apalagi, laba dari EV juga lebih rendah.
Namun demikian, tetap saja angka pertumbuhan itu penting, dan hampir 60% dari total belanja mobil listrik terjadi dalam kurun 18 bulan terakhir. Tahun ini bakal terjadi pemecahan rekor lagi, di mana mobil listrik segmen penumpang kemungkinan akan melewati angka 500 miliar dolar AS. Ini sekarang menjadi sangat penting, bagian yang bergerak sangat cepat dalam angka penjualan otomotif global.
Industri otomotif beroperasi dalam siklus produk yang panjang. Meskipun dirasa ada produk-produk baru yang terus masuk ke pasar, sebetulnya itu sekadar penambahan kosmetik saja dari model-model yang sudah ada — facelift dalam bahas industri. Untuk memahami siklus produk dan apa yang terjadi nantinya, maka penting untuk melihat platform kendaraan.
Pabrikan mobil yang memproduksi tinggi mengembangkan platform baru yang menopang kendaraan selama jangka waktu sekitar 6-10 tahun. Platform kendaraan adalah satu set desain, teknik, dan keproduksian, serta komponen utama yang biasanya dipakai di beberapa kendaraan sekaligus. Terkadang, para pabrikan mobil tidak hanya menggunakan satu platform pada satu merek saja, melainkan juga pada beberapa mereknya.
Platform kendaraan butuh waktu tahunan untuk pengembangannya, menelan biaya miliaran dolar AS dan biasanya serbaguna, yang membuat pabrikan bisa menggunakan struktur bodi mobil yang berbeda untuk memenuhi lebih banyak variasi pilihan konsumen. Platform ini juga memungkinkan adanya saling berbagi (sharing) komponen di antara banyak model, yang merupakan bagian penting dari ekonomi yang keras untuk membangun kendaraan dalam skala besar di seluruh dunia.
Siklus pengembangan yang panjang juga berarti bahwa jika satu produsen mobil keliru atau salah langkah, maka butuh waktu cukup lama untuk menyadari dampak penuh dari kesalahan tersebut. Angka penjualan EV triliunan dolar AS mungkin juga jadi titik yang jelas di mana banyak produsen mobil membuat kesalahan perhitungan.
Nah, Produsen mobil Jepang memberi ilustrasi yang baik soal ini. Gabungan semua jenama mobil Jepang yang terjual tahun lalu kurang dari 5% dari angka penjualan EV secara global, dan tak satu pun dari jenama itu masuk dalam daftar 10 EV dengan volume penjualan terbesar. Ini bukan masalah jika tahun 2019, ketika kendaraan listrik baru 2,6% dari total penjualan otomotif global. Tapi itu menjadi mengkhawatirkan ketika penjualan EV mendekati angka penjualan 18% tahun 2023 ini.
Bahkan jadi lebih ekstrem lagi di pasar China, di mana angka penjualan kendaraan EV kemungkinan lebih dari 30% tahun ini atau naik dari hanya 5% pada 2019. Dari sisi jangka waktu siklus penggunaan platform kendaraan yang normal, perubahan angka itu sangat besar. Pangsa pasar pabrikan mobil Jepang di China kini mulai melorot, di mana angka penjualan mobil baru hanya 21% pada 2022 — dari 25% pada 2020.
Kini, lonceng alarm peringatan berdering di pabrik-pabrik otomotif Jepang, di mana Honda memperbaiki strategi EV-nya dan Toyota memasang manajemen baru untuk menyuarakan strategi mengutamakan EV.
Perubahan arah ini tentu butuh waktu. Toyota menyatakan tidak akan memiliki platform baru khusus EV yang siap untuk diluncurkan sampai tahun 2027. Meski bisa saja dipercepat, tapi itu mencerminkan skala waktu yang dijalankan oleh produsen mobil tradisional.
Toyota mungkin masih bisa sukses. Raksasa otomotif dunia ini sudah memperlihatkan daya adaptasinya yang mengesankan selama sejarah 85 tahun beroperasi. Namun intinya di sini adalah siklus kendaraan berikutnya benar-benar penting untuk membalikkan keadaan. Jika meleset dari sasaran, konsekuensi sangat hebat.
Banyak produsen otomotif lainnya menghadapi situasi yang sama, di mana platform mereka untuk model-model yang akan diluncurkan tahun 2026 sampai 2028 sebagian besar telah ditetapkan. Butuh waktu beberapa tahun untuk mengetahui bahwa pertaruhan mereka tepat.
Memang, masih banyak tantangan mengadang di depan ketika penjualan EV mulai terbang. Bahkan setelah angka pertumbuhan yang fenomenal akhir-akhir ini, hanya 3% dari 1,3 miliar kendaraan penumpang yang melaju di jalanan secara global akan jadi kendaraan listrik pada akhir 2023 ini. Melonjaknya permintaan juga memberikan tekanan yang nyata terhadap rantai pasok batere dan infrastruktur umum pengisian daya.
Hanya saja, angka 1 triliun dolar AS yang disorot dalam laporan Bloomberg NEF menandai dimulainya materialitas nyata di sektor otomotif. Mobil listrik telah merasuk pikiran dan memicu kegembiraan para pengamat industri selama bertahun-tahun. Kini mereka juga merebut pangsa pasar nyata. AI