
Paprika (Capsicum Annum) merupakan tanaman yang masih satu keluarga dengan tanaman cabe. . Buahnya yang berwarna warni seperti hijau, merah, dan kuning biasa digunakan sebagai campuran bahan masakan. Tanaman paprika berasal dari Amerika selatan dan sekarang dibudidayakan di hampir seluruh nusantara.
Rasa manis dan pedas yang dimiliki parika membuat banyak orang terutama di luar negri memakainya untuk meningkatkan kelezatan dan rasa pedas dalam masakannya. Selain itu paprika juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh.
Paprika juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan yang semakin tinggi merupakan prospek yang bagus dan sekaligus menjadikan penyemangat untuk membudidayakan paprika dengan sistem hidoponik. Menanam dengan sistem hidroponik merupakan cara alternatif untuk kita yang hidup di perkotaan karena tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas dan mudah perawatannya
Diding Zaenal Arifin, Ketua Asosiasi Pesantren Hidroponik Indonesia (APHI) kepada Agro Indonesia, Senin (28/12/2020) menyatakan, paprika hidroponik adalah salah satu usaha yang menguntungkan. Apalagi jika dikembangklan di pondok pesantren sebagai kegiatan para santri. Hal ini selain memberikan ilmu baru bagi santri juga memberikan penghasilan sampingan yang cukup lumayan bagi pondok pesantren mengingat kebutuhan paprika makin meningkat seiring menjamurnya resto-resto yang tidak hanya tumbuh di kota-kota besar, tetapi kota kecil seperti Malang kini juga tumbuh pesat.
Menurutnya, paprika memiliki rasa yang pedas walaupun rasa pedas tersebut tidak seperti cabe pada umumnya. Karena itulah orang luar negeri lebih suka menggunakan paprika untuk meningkatkan rasa pedas dalam masakannya.
Budidaya paprika hidroponik bisa menjadi salah satu bisnis di pondok pesantren. Karena banyak orang Indonesia sekarang ini yang terpengaruh budaya barat dan mulai memasak makanan barat dengan campuran buah paprika. Dengan permintaan yang semakin meningkat, bisa menjadikan bisnis budidaya paprika hidroponik.
“Dengan merawatnya secara rutin kita bisa memanen paprika setelah 3 bulan sejak masa tanam. Setelah masa panen pertama, umumnya buah paprika akan bisa terus di penen selama masa produktif yaitu 7 – 9 bulan, Setelah itu dilakukan rotasi dengan mengganti bibit paprika baru,” ujar Diding.
Menurutnya, dengan kita memahami cara menanam paprika, ada keuntungan yang bisa kita dapatkan, begitu pula dengan paprika yang banyak di manfaatkan untuk menambah citarasa masakan pada masakan-masakan oriental, harganya yang terbilang cukup mahal adalah peluang yang bagus untuk menambah penghasilan.
Untuk memulai budidaya paprika, kata Diding, sarana, alat, dan bahan yang harus dipersiapkan adalah tray semai/wadah, benih (contoh benih, media semai (rockwool-grodan/sekam bakar,dll), thermometer dan hygrometer, pinset, ruang semai/lemari semai dan alat semprot (hand sprayer).
Kata dia, hampir sama dengan komoditi lainnya, komoditi paprika dengan sistem hidroponik pundilakukan pembibitan terlebih dahulu. Periode pembibitan awal dari sistem dari bercocok tanam yang sangat penting karena akan menentukan berhasil tidaknya tanaman pada masa produksi.
Dijelaskan Diding, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam persemaian/pembibitan antara lain kualitas benih, jenis media yang digunakan, suhu dan kelembaban, intensitas cahaya dan teknis pembibitan. Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama ± 30 menit, sambil menunggu kita bisa menyiapkan media semai yang akan digunakan. Buat lubang kecil pada rockwool-grodan (apabila menggunakan rockwool) atau garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam (apabila menggunakan sekam bakar) sehingga membentuk bujur sangkar dengan jarak ± 2 cm.
Letakkan benih satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh menghadap kebawah ± 0,5 cm dengan menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa. Setelah bibit siap untuk dipindahkan ke greenhouse ada beberapa hal yang harus dilakukan/dipersiapkan sebelun transplanting:
Kata Diding, sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan seluruh greenhouse dari mikroorganisme (telur/larva, virus, bakteri dan fungi) yang dapat merugikan tanaman. Sebelum media ditempatkan, terlebih dahulu media dimasukkan kedalam polybag atau plastik slab atau pot.
Bila menggunakan plastik slab, ukuran yang biasa digunakan adalah 100 x 25 cm dan jika menggunakan polybag, ukurannya 35 x 40 cm. Media yang biasa digunakan adalah sekam bakar, rockwool-grodan atau cocopeat.
Media dibasahi dengan larutan nutrisi/pupuk dengan EC 1,5 dan pH 5,5 sampai benar-benar basah/jenuh.Tahap selanjutnya bibit siap untuk ditransplanting ke greenhouse. Sebelum bibit ditempatkan bagian bawah polybag digunting dengan hati-hati supaya akar bibit tidak putus/rusak, kemudian bibit ditempatkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan.
“Untuk menghindari terjadi kelebihan air siraman dan tumpukan garam-garam dimedia, satu hari setelah transplanting lubang drainase dibuat pada bagian bawah slab/polybag,” tuturnya.
Pemupukan dan penyiraman (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik umumnya dilakukan secara bersamaan. Teknis fertigasi bisa dilakukan dengan manual atau sistem irigasi tetes (drip irrigation system), tapi yang terbaik untuk fertigasi adalah dengan sistem irigasi tetes yang berkualitas baik dengan demikian fertigasi bisa merata, tenaga kerja tidak terlalu banyak, menghemat waktu (dalam waktu singkat bisa menyiram tanaman dalam jumlah yang banyak). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Diingatkannya, kualitas air (sumber air/sumur/mata air), harus bersih dan bebas dari penyakit/kimiaSelain itu, kualitas pupuk/nutrisi (komposisi hara harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, pupuk yang dipakai mempunyai kemampuan larut 100%) Waktu, volume dan frekuensi fertigasi juga harus diperhatikan juga jenis media yang digunakan.
Pengalaman dari beberapa petani terakhir ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang seperti: Thrips, mites, aphids, leaf miners, ulat, virus, layu fusarium, layu bakteri, powdery meldew, bercak daun, Sedangkan penyakit fisiologis (defesiensi unsur hara) dan sebagainya.
Pencegahan dan Pengendalian dapat dilakukan dengan cara: enjaga kebersihan, membuang sisa tanaman/gulma jauh dari lokasi greenhouse/masuk bak sampah dan dibakar. Di sisi lain, sterilisasi greenhouse (gunakan lysol, formalin, dan pestisida) ini harus dilakukan setiap awal musim tanam/sebelum tanam dimulai.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memasang bak disenfeksi kaki untuk mencegah masuknya telur/larva hama dan patogen penyakit yang terbawa oleh alas kaki. Satu hal perlu diperhatikan pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani, konsumen, dan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut harus menggunakan pengaman seperti jas/pakaian semprot, sarung tangan, masker, kacamata dan pengaman lainnya. Shanty