Predikat Yogyakarta sebagai kota batik dunia terus dijaga oleh masyarakatnya. Salah satunya dengan melestarikan dan memperkenalkan budaya membatik seperti yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Wukirsari, Imogiri, Bantul.
Penduduk tiga dusun di kelurahan itu tergabung dalam Kampung Batik Giriloyo dan membentuk sebuah koperasi jasa untuk menampung hasil kerajinan batik tulis penduduk dan menjualnya ke masyarakat umum.
“Di perkampungan batik ini ada sebanyak 640 perajin batik tulis. Kegiatan membatik ada yang dilakukan sebagai pekerjaan utama dan sambilan,” ujar Nur Ahmadi, Ketua II Perkampungan Batik Giriloyo, pada acara kunjungan wartawan ke sentra -sentra binaan Kementerian Perindustrian, di Yogyakarta, Kamis (22/06/2023).
Selain menampung dan menjual hasil kerajinan batik tulis, keberadaan Perkampungan Batik Giriloyo yang membaawahi 12 kelompok pembatik ini juga ditujukan untuk menjaga dan melestarikan budaya membatik pada masyarakat setempat. “Kami berusaha melestarikan budaya membatik pada penduduk dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak dan remaja di kawasan perkampungan batik ini,” ujar Nur.
Menurutnya, melestarikan budaya membatik itu merupakan salah satu upaya untuk menjaga status kota Yogyakarta sebagai kota batik dunia,” Setiap dua tahun sekali UNESCO melakukan peninjauan ke lokasi-lokasi kerajinan batik untuk menilai apakah Yogyakarta masih layak sebagai kota batik dunia. Dan salah satu tempat yang dikunjungi Lembaga PBB itu adalah Perkampungan Batik Giriloyo,” papar Nur.
Upaya melestarikan budaya batik tidak hanya dilakukan terhadap penduduk setempat, pengurus Perkampungan Batik Giriloyo juga memberikan pengenalan dan pelatihan membatik kepada masyarakat luas.
Pada tahun 2019, ungkap Nur, terdapat 29.000 orang dari berbagai daerah yang datang ke perkampungan batik ini untuk mengikuti pelatihan membatik. Kegiatan ini sempat vakum pada saat pandemi dan mulai lagi pada tahun 2023.
“Sejak Januari hingga Mei tahun ini, sudah ada 15.000 orang yang mengikuti pelatihan ini. Mereka berasal dari wilayah Jawa dan luar Jawa,” kata Nur.
Untuk mengikuti pelatihan membatik, paparnya, para peserta cukup membayar Rp 60.000. Mereka nantinya diberikan kain putih polos dan diajari cara membatik. Kegiatan ini dilakukan selama dua jam.
Upaya yang dilakukan Perkampungan Batik Giriloyo ini mendapat dukungan dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin). “Sesuai kebutuhan mereka, kami telah membangun unit showroom dan pelatihan di perkampungan batik ini,” ujar Kepala Biro Humas Kemenperin, Kris Sasono Ngudi Wibowo.
Menurutnya, pemberian bantuan akan terus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas IKM batik di kawasan itu.”Kami akan bantu lagi apa yang mereka butuhkan,” papar Kris.
Menurutnya, pendekatan satu sentra industry dengan sentra lainnya berbeda tergantung karakteristik produk dan kondisi perajin. Buyung N