Lahan pertanian tak bisa lepas dari ketersediaan air. Namun, mengelola air untuk pertanian tak semudah yang dibayangkan. Jika musim penghujan, lahan pertanian yang terairi secara berlebihan membuat tanaman menjadi busuk atau rusak.
Sebaliknya, pada musim kemarau, ketersediaan air kurang menyebabkan kekeringan dan tanaman akan mati. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) terus membangun pengelolaan air yang memadai.
Salah satu program yang dijalankan Ditjen PSP adalah mengupayakan konservasi lahan melalui program Flood Management Selected River Basins (FMSRB) yang dananya berasal dari pinjaman (Loan) ADB. Pengelolaan air yang dibangun adalah kolam penampungan air dari sumber air (embung) seperti di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten.
FMSRB adalah program yang dilaksanakan di Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang, dengan pemikiran bahwa di 3 kabupaten tersebut lahan pertanian tak lepas dari peran sumber air dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung dalam penyediaan air.
Jika DAS Ciujung tidak dikelola dengan baik, maka lahan pertanian yang seharusnya produktif menjadi kurang produktif. Pembuatan embung pun jadi sangat diperlukan.
Jika musim hujan lahan tidak terendam air, di musim kemarau saat air dari irigasi tidak mencukupi, sehingga embung bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.
Dirjen PSP Sarwo Edhy mengatakan, selain membangun embung, untuk meningkatkan kesejahteraan petani, melalui program yang sama telah dan sedang melakukan kegiatan konservasi lahan seluas 325 hektare (ha), mengoptimasi lahan seluas 75 ha, pembuatan damparit, instalasi perpompaan, pembuatan sumur resapan, dan banyak lagi.
Proyek ini juga mendukung pilihan mata pencaharian bagi para petani yang mencakup penyediaan ternak (sumber pupuk organik), peralatan pertanian, benih dan bibit dari berbagai varietas hasil panen tinggi dan lain-lain untuk memastikan keberlanjutan investasi terasiring.
Dengan dibangunnya embung berkapasitas 750 meter kubik air di Kecamatan Cipanas ini, diharapkan petani yang sebelumnya hanya panen sekali dalam setahun bisa menjadi dua kali atau tiga kali panen.
Selain di Kecamatan Cipanas, ada 14 embung lagi yang tersebar di sejumlah kecamatan lainnya. Jadi, total ada 15 embung yang dibangun di Kabupaten Lebak.
“Dengan ini, kami berharap petani bisa memanen 2 sampai 3 kali hasil pertanian mereka dalam satu tahun,” ujar Sarwo Edhy di sela-sela kunjungan kerjanya meninjau pembangunan embung di Desa Haurgajruk kecamatan Cipanas, Lebak, Rabu (14/8/2019).
Selama ini, Kabupaten Lebak masuk daerah penghasil pangan dan menyumbangkan hasil pertaniannya untuk kebutuhan nasional. Untuk itu, pemerintah sangat peduli dan mendukung swasembada pangan di wilayah tersebut.
“Kami berharap proyek ini akan meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut dia, untuk proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif.
Sarwo Edhy berharap masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah. “Saya pesan kepada petani dan masyarakat di sini agar menjaga dan memelihara embung ini dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai karena ini kan manfaatnya selain buat petani juga masyarakat bisa menggunakan air di sini saat kekeringan,” katanya.
Sangat Membantu
Sementara Kepala Dinas Pertanian Lebak Dede Supriatna mengatakan pihaknya sangat berterima kasih kepada pemerintah melalui Dirjen PSP Kementan yang telah membantu para petani lebak khususnya dan masyarakat Lebak umumnya dengan proyek FMSRB yang membangun embung, dam parit, bantuan bibit, ternak, kandang, mesin APPO untuk pengolah pupuk organik dan lain-lain.
“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah melalui Ditjen PSP Kementan semoga dengan segala bantuan yang telah diberikan bisa meningkatkan kesejahteraan petani di Lebak,” kata Dede
Dia mengatakan, tahun anggaran 2018/2019 dampak positif bakal dirasakan oleh 13 kelompok tani yang berada di kabupaten Lebak dari proyek yang tengah berlangsung saat ini.
“Dengan pembangunan embung, para petani bisa panen dua sampai tiga kali panen dalam satu tahun. Biasanya petani hanya bisa panen sekali dan pada musim kemarau mereka selalu gagal panen,” kata Dede.
Manager proyek FMSRB, Diana Nur Fatimah mengatakan, setiap penerima bantuan dalam program ini minimal mencakup 25 ha lahan. Di Kabupaten Lebak untuk proyek 2018/2019 kali ini ada 13 kelompok tani penerima bantuan lahan konservasi, sehingga total lahan konservasi mencakup 325 ha. Sementara 3 kelompok tani lainnya bisa mengoptimasi lahan mereka.
Program ini juga memberi bantuan berupa 10 kerbau kepada kelompok tani Sekar Wangi di Desa Sangkan Wangi, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak untuk dipelihara.
Kotoran kerbau ini bisa dijadikan pupuk kandang untuk kebun mereka. Kelompok tani ini diketuai Pak Hendi yang kebetulan di lahannya juga ada kebun durian.
Diana berharap, jika nanti proyek ini telah selesai, jangan hanya dibiarkan saja, tapi tetap harus dikelola, dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik mungkin. Biar bagaimana pun akan tetap berguna sampai dengan generasi penerus berikutnya. PSP