Indonesia kini sedang melakukan transformasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Untuk itu, bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) terus diberikan untuk petani melalui Kelompok Tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, misalnya. Tahun 2019 menerima bantuan 44 unit Alsintan. Alsintan itu terdiri dari traktor roda dua 28 unit, traktor roda empat 8 unit, dan pompa air sebanyak 8 unit.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, Alsintan ini sebisa mungkin harus bermanfaat. Bahkan diharapkan mampu memberikan nilai tambah untuk petani.
“Jangan sampai Alsintan hanya disimpan di rumah atau dijual. Karena itu harus dioptimalkan supaya tepat sasaran,” kata Sarwo Edhy, Rabu (23/10/2019).
Dia mengatakan, jika Alsintan bisa dikelola dengan baik, maka akan memberi penghasilan tambahan bagi Poktan atau Gapoktan. Terlebih Poktan atau Gapoktan bisa membentuk usaha pelayanan jasa Alsintan (UPJA), koperasi dan kelompok usaha bersama (KUB).
“Seperti yang dilakukan kelompok mahasiswa di Sumatera Selatan yang mengelola Alsintan dengan mendirikan KUB. Kurun tiga bulan, hasil dari sewa Alsintan sudah mencapai Rp170 juta,” jelas Sarwo Edhy.
Lebih dari itu, Sarwo juga mengatakan, Alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil. UPJA terbukti bisa memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.
“Setiap tahun, Sukoharjo selalu mendapat alokasi bantuan Alsintan dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian,” jelas Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti.
Langsung ke Petani
Netty mengaku Alsintan tersebut langsung didistribusikan pada petani melalui Poktan maupun Gapoktan di wilayah Sukoharjo. Penyaluran sendiri dilakukan secara proporsional disesuaikan dengan luasan lahan pertanian di setiap wilayah.
Selain itu, ada juga yang berdasarkan ajuan atau proposal dari Poktan maupun Gapoktan. Sebagian Alsintan tersebut sudah didistribusikan pada Poktan maupun Gapoktan dalam acara tanam padi di Desa Sapen, Mojolaban, beberapa waktu lalu oleh Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya.
“Saat ini, meski masih musim kemarau, petani di sejumlah wilayah tetap tanam padi karena bisa mencari alternatif sumber air. Hal itulah yang harus dilakukan petani saat irigasi teknis seperti Dam Colo sedang ditutup,” katanya.
Untuk standing crop atau posisi tanam hingga akhir September, ujar Netty, tercatat seluas 11.934 hektare (ha). Terdiri dari tanaman padi seluas 10.914 ha, palawija 711 ha, hortikultura 148 ha, dan perkebunan 167 ha.
Untuk bulan Oktober 2019, potensi sawah beririgasi masih terdapat lahan seluas 1.535 ha, yang bisa ditanami dengan catatan petani bisa mencari sumber air alternative, kata Netty.
“Kami sudah mengajukan bantuan pengembangan sumber air ke Kementerian Pertanian. Namun, karena keterbatasan anggaran, belum semua kebutuhan terpenuhi,” tambahnya.
Data Agro Indonesia mencatat, bantuan Alsintan yang disalurkan melalui Ditjen PSP, Kementan mencapai 385.170 unit. Alsintan diyakini mampu meningkatkan efisiensi usaha tani sampai 35%-48% serta mengatasi keterbatasan tenaga kerja di sektor pertanian,dan tentunya meningkatkan pendapatan petani.
Hingga tahun 2018 lalu Ditjen PSP telah menyalurkan bantuan Alsintan sekitar 385.170 unit. Terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.
Pada tahun 2015, Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit. Tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 sebanyak 84.356 unit, dan tahun 2018 sebanyak 115.435 unit (per Oktober 2018). Total yang sudah diberikan sebanyak 385.170 unit.
Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani dan UPJA dan brigade Alsintan. “Alsintan itu kita berikan ke kelompok tani sebagai bagian program pengembangan UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan), ada yang ke Dinas Pertanian untuk dimanfaatkan dalam kegiatan Brigade Alsintan. UPJA dan Brigade ini merupakan gerakan Alsintan di kawasan pengembangan tanaman pangan dan horti,” kata Sarwo Edhy.
Bantuan RMU
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman, Bambang Pamuji mengatakan untuk menggerakan kawasan perbatasan, pemerintah memberikan bantuan Rice Milling Unit (RMU) ke petani.
“Pemikirannya kawasan perbatasan adalah akses terdekat untuk produk kita bisa ekspor ke luar negeri,” katanya. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah perbatasan yang cukup banyak.
Perbatasan tersebut antara lain dengan Malaysia, Brunei, Filipina, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Perbatasan itu sebenarnya surga baru bagi kehidupan bangsa ini.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberikan fasilitasi Rice Milling Unit (RMU) sejak tahun 2016. Pembangunan RMU sebagai bentuk komitmen integrasi dan modernisasi langkah-langkah di lapangan.
Hingga saat ini, RMU di kawasan perbatasan sudah sebanyak 26 unit. Tersebar di beberapa provinsi, seperti Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Bantuan alat tersebut secara teknis untuk meningkatkan kualitas produksi dan daya tawar petani. PSP