Seruan boikot yang dilancarkan pengusaha India terhadap impor minyak sawit Malaysia membuka peluang Indonesia menaikkan lagi ekspor CPO dan produk turunannya ke India. Apalagi jika seruan boikot akibat isu Kashmir itu sampai memicu sengketa dagang. India dipastikan mengalihkan pembelian ke Indonesia.
Perdana Menteri Mahathir Mohamad membuat genting hubungan dagang dengan India, ketika secara sadar menyinggung isu sensitif buat India: Kashmir. Bahkan, Mahathir menyebut India telah “menginvasi dan menduduki” Kashmir di Sidang Umum PBB, bulan lalu. Kritik pedas ini langsung memicu kemarahan India dan mendorong Solvent Extractors Association of India menyerukan aksi boikot dengan meminta anggotanya tidak membeli minyak sawit dari Malaysia.
“Ketegangan antara India dan Malaysia akan menguntungkan Indonesia, khususnya ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya,” ungkap Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Mukti Sardjono kepada Agro Indonesia, Jumat (25/10/2019).
Kisruh Malaysia-India memang seolah jadi berkah buat ekspor CPO. Pasalnya, selama ini Indonesia adalah menjadi pemasok CPO dan produk turunannya terbesar ke India, yang belakangan disalip Malaysia yang sebelumnya sebagai pemasok kedua terbesar bagi India.
Dengan alasan mengatasi defisit APBN akibat impor, sejak 1 Maret 2018, pemerintah India menaikkan bea impor terhadap produk CPO Indonesia dari 30% menjadi 44% serta produk turunannya dari 40% menjadi 50%. Hal serupa dilakukan India terhadap produk CPO Malaysia. Namun, awal tahun 2019, terjadi perubahan setelah India menurunkan bea impor bagi minyak sawit asal Malaysia. Sementara bea impor CPO asal Indonesia tidak diturunkan.
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan, ekspor CPO dan minyak sawit olahan Indonesia ke India pada periode Januari-Mei 2019 mencapai 1,84 juta ton. Pada periode yang sama, ekspor CPO dan minyak sawit olahan asal Malaysia ke India sudah menembus 2,21 juta ton.
Namun, upaya pemerintah melobi India dan memberikan kemudahan masuk untuk produk raw sugar dan daging kerbau India menghasilkan penurunan bea masuk impor untuk minyak sawit olahan yang telah disuling (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil/RBDPO) dan disamakan dengan Malaysia. “Melihat kondisi yang ada, kami optimis ekspor CPO dan produk turunannya ke India di tahun 2019 ini minimal sama dengan tahun lalu, yakni sekitar 6 jutaan ton,” ucap Mukti. AI