Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan perhatian khusus terhadap wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memastikan distribusi air tetap merata dan bisa dinikmati para petani.
Untuk wilayah Cirebon, Jawa Barat, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy mengunjungi kawasan yang berpotensi mengalami dampak kekeringan, yaitu Desa Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Sarwo didampingi Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Camat Kapetakan, Danramil Kapetakan, Kapolsek, dan Kepala Desa Pegagan Lor.
“Seperti yang kita lihat, petani sudah mempunyai inisiatif dengan difasilitasi Kementan, sesuai dengan arahan menteri pertanian bahwa kita harus tanggap terhadap masalah yang terjadi di lapangan,” ujarnya.
Menurut dia, di sini sudah ada ada program pompanisasi dan pipanisasi untuk mengalirkan air dari jaringan primer. “Alhamdulillah, program pipanisasi dan pompanisasi bisa menyelamatkan 1.500 hektare (ha) yang berpotensi kekeringan,” kata Sarwo.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Efendi menilai, kunjungan pemerintah pusat membuktikan perhatian terhadap petani di daerah. “Asa potensi kekeringan di Kabupaten Cirebon seluas 1.500 ha. Berkat kerja keras semua pihak, lahan kami bisa selamat dari kekeringan,” katanya.
Masih terkait masalah air, Kementan terus melakukan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) sesuai dengan kebutuhan petani. Sarwo Edhy mengatakan, program RJIT ini dilakukan untuk membangun jaringan irigasi tersier yang kondisinya hampir 50% rusak.
“Dengan swakelola, jaringan irigasi tersier yang direhabitasi umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani,” katanya.
Sarwo Edhy menambahkan, rumus program RJIT adalah jaringan sudah rusak, di sekitarnya ada sawah, ada sumber air, dan ada petaninya. “Mayoritas RJIT dilakukan melalui bansos oleh petani. Itu lebih kuat, lebih bagus volumenya, lebih panjang dari yang ditetapkan dan mereka merasa memiliki,” tambahnya.
Menurut dia, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan RJIT atau pembangunan embung, bisa mengajukan permintaan ke Dinas Pertanian kabupaten atau kota masing-masing. “Nanti dinas bisa meneruskannya ke kami untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang akhirnya bisa mensejahterakan petani,” ujar Sarwo di Desa Suak Temenggung, Kecamatan Pekaitan, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau, Selasa (13/9/2019).
Program RJIT yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah terbukti sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani. Efek yang langsung dirasakan petani adalah adanya penambahan indeks tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun, menjadi dua kali atau lebih.
“Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani. Jika sebelumnya hanya sekali setahun, menjadi dua kali,” katanya.
Pembuatan irigasi tersier di Desa Suak Temenggung, Kecamatan Pekaitan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, sehingga mampu meningkatkan ekonomi di desa melalui peningkatan produksi pertanian.
Swakelola
Pekerjaan ini dilakukan secara swakelola agar tepat sasaran dan mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi warga desa setempat, seperti di Dusun Sumber Sari, RT 03/RW 03 Sk 2, Desa Suak Temenggung, Kecamatan Pekaitan, Kabupaten Rohil.
“Pengerjaan proyek yang berasal dari dana Provinsi Riau tersebut pelaksanaannya dilakukan dengan cara swakelola,” ungkap Kepala Desa atau Penghulu Suak Temenggung, Kartono.
Dia menambahkan, ini tentunya akan menambah sumber pendapatan, khususnya bagi warga Desa Suak Temenggung. Bahkan dapat menggerakkan perekonomian desa. “Pekerjaan yang dikerjakan secara swakelola ini bermanfaat dan dibutuhkan bagi masyarakat desa,” ucapnya.
Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementan sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier seluas 3,12 juta hektare (ha). Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.
“Kita harapkan JIT yang sudah diperbaiki tersebut dirawat petani secara swadaya, agar infrastruktur perairan itu tetap berfungsi dengan baik,” tambah Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP, Rahmanto.
Menurut Rahmanto, pemeliharaan jaringan irigasi baik skunder, primer dan tersier tidak lain agar suplai air ke sawah petani menjadi lancar. “Jika suplai air lancar, maka tanaman tidak mengalami kekeringan. Apalagi di musim kemarau sekarang, keberadaan air sangat dibutuhkan,” tegasnya.
Dia menyebutkan, Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.
Dalam waktu tiga tahun (2015 s/d 2017) Direktorat Irigasi Pertanian telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.
Untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat, hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi, saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha. Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.
Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.
Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir, 2015-2018 mencapai 2.956 unit, untuk realisasi per 5 November 2018. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 73,90 ribu ha.
Menurut dia, rehabilitasi jaringan irigasi tersier selama empat tahun terakhir, 2015-2018, Ditjen PSP Kementan melaksanakan kegiatan dengan pola bantuan pemerintah sebagai stimulus terhadap terselenggaranya pembangunan pertanian di pedesaan.
“Kegiatan yang dilaksanakan Ditjen PSP secara langsung atau tidak langsung berdampak pada peningkatan IP, penambahan luas baku lahan sawah, luas tambah tanam, perlindungan usahatani, dan peningkatan produksi. PSP