Ketersediaan pangan menjelang Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri menjadi perhatian serius pemerintah, karena berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, permintaan pangan meningkat. Jika tidak diantisipasi, maka akan menimbulkan gejolak harga.
Berdasarkan angka prognosa neraca pangan pokok Kementerian Pertanian (Kementan), sampai bulan Mei 2021 diperkirakan ketersediaan pangan dalam keadaan cukup. Untuk beras diperkirakan akan surplus 12,56 juta ton karena Maret-April 2021 adalah masa panen raya, dan begitu juga jagung surplus 3,40 juta ton.
Hasil perhitungan sampai Minggu II-Maret 2021 mencatat, stok beras yang tersimpan di Bulog, penggilingan, pedagang, PIBC dan lainnya, mencapai 6,79 juta ton.
Begitu pula surplus komoditas jagung, panen pada awal tahun sampai dengan Mei 2021 merupakan puncak siklus panen besar yang setiap tahun selalu terjadi sebagai hasil penanaman awal musim hujan.
Itu sebabnya, anggota Komisi IV DPR Fraksi Gerindra, Renny Astuti menyesalkan keputusan dan pernyataan dari Menteri Perdagangan untuk melakukan impor beras sebanyak 1 juta ton — yang diyakini tidak akan mengganggu harga gabah di petani.
“Padahal, fakta di lapangan, hampir seluruhnya harga gabah jauh di bawah HPP. Untuk itu, kami menyarankan kepada Mentan untuk menjelaskan kondisi fakta di lapangan kepada Mendag,” ujar Reni dalam Rapat Kerja Menteri Pertanian bersama Komisi IV DPR di Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Penolakan juga datang dari anggota Komisi IV DPR Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin. Dia menolak adanya rencana impor beras 1 juta ton dan menilai keputusan tersebut sangat kontradiktif dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan produksi beras surplus.
“Alasan Mendag dan Menko Perekonomian tidak bisa kita terima secara argumentatif. Kita juga harus berikan apresiasi kepada petani dan Kementan yang sudah menjamin ketersedian pangan dengan baik,” tegasnya.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV tersebut, Andi juga mengapresiasi upaya antisipasi yang dilakukan Kementan dalam menyerap gabah petani meskipun bukan tupoksi utama dari Kementan. ”Saya yakin kerja Mentan sudah bagus. Kita harus tetap bersinergi, dan saat ini kita harus punya kepercayaan diri bahwa petani kita mampu menghasilkan pangan sendiri terutama beras,” ucapnya.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR, Sutrisno juga sangat meyakini bahwa Indonesia tidak akan kekurangan stok beras di tahun 2021, sehingga, menurutnya, pemerintah tidak perlu melakukan impor beras. Secara tegas, dia meminta Kementan untuk terus melakukan upaya pengamanan produksi pertanian dalam negri sehingga prediksi ketersedian beras yang sudah dirilis Kementan bisa menjadi data riil.
“Sesuai data prediksi produksi beras yang disampaikan oleh Dirjen Tanaman Pangan, yang sudah dihitung dari stratanya kabupaten/kota, artinya dari metodologi statistik ini sangat rendah tingkat kekeliruannya. Saya meyakini prediksi itu juga akan menjadi kenyataan,” terangnya.
Strategi Amankan Stok Pangan Jelang Ramadhan
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memaparkan beberapa strategi Kementan dalam memastikan stok pangan menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri. Langkah dilakukan sebagai upaya antisipasi untuk memenuhi permintaan masyarakat yang melonjak tinggi khususnya beras dan daging.
“Menjelang Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri, perlu antisipasi dengan baik, terutama terkait dengan ketersediaan pangan pokok di masyarakat,” ucapnya.
Dia menegaskan, Kementan memberikan perhatian serius dikarenakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada saat Ramadhan dan Idul Fitri akan banyak disorot terkait ketersediaan dan harga yang melonjak.
“Langkah yang kita diambil adalah melalui optimalisasi penyediaan pangan dari dalam negeri, dan mempercepat proses impor untuk komoditas pangan yang belum sepenuhnya dicukupi dari dalam negeri, seperti kedelai, bawang putih, daging sapi dan kerbau serta gula pasir,” jelasnya.
Mentan menyebutkan, Kementan telah membuat perhitungan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok berdasarkan data yang tersedia.
Selain beras yang diperkirakan surplus 12,56 juta ton dan jagung surplus 3,40 juta ton. Surplus produksi jagung dikarenakan petani telah memasuki masa panen mulai dari awal tahun sampai dengan Mei 2021.
Tidak hanya itu, untuk komoditas lain diperkirakan juga akan tersedia dalam jumlah cukup, di antaranya komoditas bawang, cabai, daging ayam ras, telur, gula dan minyak goreng.
“Dalam rangka meyakinkan publik terkait dengan jaminan ketersediaan pangan pokok saat memasuki Ramadhan dan Idul Fitri benar-benar tersedia secara fisik dan harga di petani terjaga dengan baik, maka Kementan membuat berbagai langkah antisipasi,” jelasnya.
Antisipasi Kementan dalam menjamin ketersedian pangan pokok mendorong Perpadi dan Bulog dan mitra lainnya untuk menyerap gabah panen petani serta mengoptimalkan dryer dan gudang penyimpanan untuk menjaga stok yang sudah siap untuk diserap pasar.
Kemudian Kementan akan menyampaikan Early Warning System (EWS) informasi ketersediaan cabai dan bawang bulan Maret-Juni 2021 ke provinsi dan kabupaten serta melakukan konsolidasi dengan asosiasi dan pelaku usaha terkait upaya menjaga pasokan cabai dan bawang.
“Untuk memantau ketersediaan komoditas utama lainnya, seperti jagung, kedelai, daging sapi/kerbau, gula pasir, dan minyak goreng, baik pemantauan produksi dan distribusi dari daerah, maupun pemantauan percepatan impor serta distribusi komoditas yang diimpor ke pasar pada saat diperlukan,” tegasnya.
Syahrul menyebutkan, Kementan juga akan terus meningkatkan koordinasi antarlembaga dalam rangka stabilisasi harga dan ketersediaan bahan pangan pokok saat terjadi gejolak harga dan menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN). Terpenting juga mengintensifkan gelar pasar murah di berbagai wilayah.
“Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan juga memantau perkembangan harga harian komoditas utama. Hal ini dilakukan guna mendeteksi kemungkinan terjadinya peningkatan atau penurunan harga ekstrim yang berpotensi meresahkan masyarakat sehingga bisa segera diantisipasi,” tuturnya. HMS
Mentan Minta Bulog Serap Gabah Petani Cegah Harga Anjlok
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta Perum Bulog untuk menyerap gabah petani secara maksimal, di tengah masa panen raya periode Maret-April 2021. “Saya mendapat arahan dari Menteri Koordinator Perekonomian untuk bekerja sama dengan Perum Bulog. Saya sudah bersurat pada Kepala Bulog untuk maksimalkan penyerapan gabah, di lokasi panen untuk menjaga harga,” jelas Syahrul dalam keterangan pers, Jumat (19/3/2021).
Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, Perum Bulog mendapatkan penugasan khusus untuk melakukan pengadaan gabah atau beras untuk stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Pengadaan gabah atau beras tersebut mengacu pada ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Ketetapan HPP diberlakukan untuk menjaga harga gabah atau beras di tingkat petani tidak anjlok.
Menurut Syahrul, Kementan berkomitmen untuk turut aktif menjaga harga jual gabah petani. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membentuk Tim Terpadu Gerakan Serap Gabah Petani. Pembentukan tim ini dituangkan dalam surat Menteri Pertanian Nomor 28/TP.100/M/03/2021.
“Kita bantu petani semaksimal mungkin. Kami sudah membentuk Tim Terpadu Gerakan Serap Gabah Petani guna menstabilkan harga gabah di tingkat petani,” tegas Syahrul.
Tim Terpadu ini terdiri dari berbagai lembaga terkait, seperti Bulog, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kodim, Polres, Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), serta Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling). Tim ini akan membeli gabah di tingkat petani sesuai dengan HPP. Tim sudah bekerja, seperti di Sragen, Jawa Tengah, dengan menyerap gabah petani sebanyak 17.580 ton dan di Banten sebanyak 53.000 ton, dan disentra-sentra produksi padi lain.
“Langkah serap gabah ini akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, sehingga penurunan harga akibat panen raya bisa diantisipasi dan dapat memenuhi caadangan beras pemerintah. Dengan langkah ini kita harapkan harga gabah tidak anjlok dan petani bisa sejahtera. Itulah harapan kita semua,” ungkap Syahrul.
Lebih lanjut Mentan mengatakan, dirinya akan fokus mengawal produksi dan peningkatan kesejahteraan petani serta tidak masuk pada isu impor. HMS