Upaya pelatihan mitigasi konflik, serta edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dan ekosistemnya, ternyata memberikan harapan bagi masa depan gajah sumatera di Sugihan-Simpang Heran. Asa tersebut tergambar dalam film dokumenter “Asa Gajah Sumatera di Air Sugihan”.
“Sejumlah tokoh masyarakat, guru, dan anak-anak dari sejumlah desa di Air Sugihan, yang berbatasan langsung dengan kantong Sugihan-Simpang Heran, ternyata memahami gajah sumatera. Mereka sadar bahwa gajah sumatera harus dilindungi. Mereka rela berbagi ruang hidup dengan gajah sumatera,” kata Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation saat Pemutaran dan Diskusi Film Asa Gajah Sumatera di Air Sugihan di gedung Fisip UIN Raden Fatah Palembang, Minggu (25/9/2022).
Harapan ini tentunya merupakan kabar baik, dan penting untuk dijaga, sehingga gajah sumatera di Sugihan-Simpang Heran terus hidup harmonis dengan manusia yang berada di sekitarnya.
“Maka upaya selanjutnya adalah memperluas kesadaran tersebut pada masyarakat di Air Sugihan, serta melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi di Sumatera Selatan, sebagai laboratorium ilmu pengetahuan dan edukasi,” kata Dolly, yang juga Dosen Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Pemutaran film itu menjadi bagian dari kegiatan pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah, edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah dan ekosistemnya, serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk kebutuhan mineral gajah yang dilakukan Belantara Foundation berkolaborasi dengan Forest Wildlife Society dan Rumah Sriksetra, yang didukung KNCF (Keidanren Nature Conservation Fund) dan APP Sinar Mas.
Selain pemutaran film, juga digelar diskusi dengan narasumber Dr. Dolly Priatna (Belantara Foundation), Syamsuardi (Forest Wildlife Society), Taufik Wijaya (Rumah Sriksetra), dan Dr. Yenrizal (Fisip UIN Raden Fatah Palembang).
“Kami sangat mendukung berbagai kegiatan terkait persoalan lingkungan hidup, termasuk gajah sumatera yang saat ini hidupnya terus terancam. Selain minat saya pada komunikasi lingkungan, juga Fisip UIN Raden Fatah Palembang berkomitmen terhadap berbagai upaya atau tindakan menyelamatkan lingkungan. Menyelamatkan Bumi,” kata Dr. Yenrizal, Wakil Dekan I Fisip UIN Raden Fatah Palembang.
“Perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan gajah sumatera. Pemutaran dan diskusi film dokumenter tentang keberadaan gajah sumatera di Air Sugihan, di Fisip UIN Raden Fatah Palembang merupakan wujud dukungan yang luar biasa. Sebuah angin segar bagi masa depan gajah sumatera. Kami percaya para peneliti, dosen, mahasiswa dari Fisip UIN Raden Fatah Palembang dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan, tenaga dan waktunya dalam upaya menyelamatkan gajah sumatera yang terus terdesak hidupnya,” kata Syamsuardi dari Forest Wildlife Society. *** AI