Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian mengeluarkan empat jurus ampuh untuk mendukung pencapaian target kebijakan pertanian.
Jurus ampuh itu terdiri dari peningkatan produksi dan provitas (produktivitas), pertanian berbiaya rendah, mekanisasi juga pengaplikasian teknologi, sekaligus aspek sosialisasi program tepat sasaran.
Dirjen PSP Kementan Sarwo Edhy mengungkapkan strategi itu pada penutupan Rapat Teknis (Ratek) dan Pengelolaan Anggaran Tahun Anggaran (TA) 2020 Wilayah III, di Hotel Best Western Solo, Jawa Tengah, Kamis (27/02/2020).
“Rangkaian Ratek dan Pengelolaan Anggaran TA 2020 sangat penting. Posisinya pun strategis, khususnya untuk mendukung pencapaian target sasaran umum kebijakan Kementan tahun ini. Untuk itu, semua harus fokus pada empat aspek tersebut. Turunan pengaplikasiannya sudah dijelaskan dalam rangkaian Ratek ini,” katanya.
Sarwo Edhy menjelaskan, empat aspek strategi utama itu, yakni peningkatan produksi dan provitas, bisa menjadi fokus pertama. Usaha ini bisa dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian.
Pada aspek ini juga mencakup peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) petanian. Aspek lainnya adalah pertanian berbiaya murah. Cara ini kepanjangan upaya menurunkan beban pembiayaan pertanian.
Untuk mendapatkan pertanian berbiaya murah dilakukan dengan efisiensi dan pengembangan kawasan berbasis korporasi. Aspek lain, mekanisasi dan akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi.
Cara ini mampu memberi efisiensi waktu kerja pengolahan lahan hingga 97,4%. Total efisiensi pembiayaan bisa mencapai 40%. Untuk itu, sosialisasi agar mindset petani berubah dipilih sebagai aspek berikutnya.
Sarwo mengatakan, penerapan empat aspek strategi utama akan memberikan manfaat maksimal bagi pertanian. Yang utama itu biaya efisien, tapi produkivitasnya tinggi.
“Setelah Ratek ini, peserta harus turun ke lapangan untuk mensosialisasikan semuanya. Mindset petani harus diubah dari tradisional menuju modern. Caranya dengan mekanisasi dan Alsintan yang sudah diberikan. Jumlahnya sangat banyak,” tegas Edhy.
Kementan sudah menyerahkan total 463.000 unit alat dan mesin pertanian (Alsintan). Jumlah ini akan terus bertambah karena total anggaran tahun ini untuk Alsintan sekitar Rp1,169 triliun,
Anggaran tersebut itu untuk pengadaan 23.440 unit Alsintan dengan rincian 8.500 unit traktor roda 2 (TR-2) dan TR-4 sebanyak 1.210 unit. Kementan pun menyiapkan kuota maksimal 10.000 unit pompa air.
Bantuan Alsintan tahun 2020 semakin lengkap dengan 1.100 unit rice transplanter, seeding tray berjumlah 50.000 unit, serta Cultivator memiliki slot 2.630 unit.
“Kebijakan relokasi nantinya akan diberlakukan. Alsintan harus memberikan manfaat optimal. Pokoknya, peralatan mesin jangan dibiarkan rusak. Pengelolaannya harus jelas dan transparan,” ungkapnya.
Untuk memanfaatkan Alsintan, pengelolaannya bisa dilakukan bersama Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Koperasi di tingkat petani juga bisa diberdayakan, lalu alternatif lain kelompok usaha bersama.
Target Serapan
Sarwo juga menjelaskan, Alsintan harus bisa dikaryakan untuk mendapatkan imbal balik berupa jasa. Nantinya, jasa tersebut bisa digunakan untuk pembiayaan perawatan hingga pengadaan Alsintan baru.
“Silakan saja Alsintan dikelola bersama agar memberi manfaat lebih. Dari situ, tentu ada hasil berupa jasa yang bisa digunakan lebih lanjut. Bisa untuk perawatan alat hingga pengembangan usaha, seperti penambahan jumlah Alsintannya. Kalau pola ini terbentuk, semua akan sejahtera. Sebagai percontohan, bisa melihat Gorontalo. Mereka itu sangat tertib,” jelasnya.
Selain fokus pengaplikasian empat formulasi tersebut, Sarwo tetap mengingatkan target serapan anggaran 40% hingga Triwulan I/2020. Sepanjang 2020, Ditjen PSP Kementan memiliki alokasi anggaran Rp3,4 triliun.
Artinya, kabupaten/kota punya slot anggaran Rp1,36 triliun untuk mendukung produkivitas pertanian. Selain Alsintan, dana ini bisa dialirkan melalui UPPO, KUR, Irigasi, Optimasi Lahan, Pengendalian Lahan, bahkan Asuransi.
“Pokoknya, serapan anggaran 40% harus tercapai. Anggaran yang dibutuhkan daerah sudah dipetakan dan bisa dieksekusi lebih cepat. Langsaung saja laksanakan kegiatan terkait pengalokasian anggaran yang sudah dipekati melalui workshop,” katanya.
Sarwo juga menyebutkan alokasi dana subsidi pupuk mencapai Rp26,63 triliun. Subsidinya tetap menyasar lima varian pupuk, termasuk organik di dalamnya. “Ketersediaan pupuk akan terjaga. Subsidi pupuk tetap diberikan. Alokasi dananya sudah diputuskan, termasuk kapasitas fisiknya. Kami harap ketersediaan pupuk bersubsidi bisa dimanfaatkan optimal. Dengan begitu, produktivitas pertanian naik,” katanya.
Subsidi tahun ini tetap berlaku bagi lima jenis pupuk: Urea, SP-36, ZA, NPK, juga Organik. Sebagai gambaran, volume untuk pupuk ZA mencapai 750.000 ton, NPK diberi kuota 2,75 juta ton, dan SP-36 sekitar 500.000 ton. Sementara Pupuk Organik dilakukan dari Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) dengan sumber dana DIPA 2020 senilai Rp100 miliar untuk 500 unit.
UPPO sebenarnya memiliki beberapa komponen bantuan. Ada Rumah Kompos dengan Bak Fermentasi, Ternak berupa Sapi/Kerbau, Kandang Komunal, Kendaraan Roda 3, hingga Mesin APPO. Para penerimanya memiliki background Poktan/Gapoktan. Hanya saja, para Poktan/Gapktan ini harus memiliki validasi dan telah diverifikasi oleh institusi yang menaunginya.
“Komposisi pupuk bersubsidi tetap sama dengan tahun lalu. Yang membedakan hanya kuotanya saja. Untuk tahun ini jelas ada perubahan. Sebab, kami secara menyeluruh harus menyesuaikan semuanya,” tegasnya. PSP