Petani di Kabupaten Sorong, Papua Barat mendapat bantuan berbagai jenis alat dan mesin pertanian (Alsintan). Bantuan yang diserahkan langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, didampingi Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy, diharapkan mampu memacu produktivitas petanian.
Bantuan tersebut diserahkan pada acara Temu Tugas Peneliti-Penyuluh Balitbangtan dan Penyuluh Daerah Provinsi Papua Barat di Belagri Hotel, Kota Sorong, Rabu (26/2/2020). Hadir dalam kegiatan ini Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan, Walikota Sorong Lambert Jitmau, pejabat daerah setempat, pejabat Kementan dan perwakilan petani.
Dirjen PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, Alsintan yang dibagikan adalah traktor roda 2 sebanyak 10 unit, traktor roda 4 sebanyak 2 unit, kemudian 10 unit cultivator, dan 15 unit pompa air. “Bantuan Alsintan kita berikan secara simbolis kepada 4 kelompok tani (poktan) yang mewakili 4 jenis Alsintan yang kita bagikan,” tuturnya.
Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pertanian bisa menjamin perbaikan taraf hidup masyarakat di Papua Barat dan Sorong. Usaha pertanian tidak pernah rugi. “Pertanian tidak bisa rugi. Bagaimana bisa rugi, kalau puso kita ganti, kalau tanaman terserang hama pun kita ganti karena ada asuransi. Pertanian adalah solusi lapangan kerja. Solusi agar ekonomi rakyat bisa naik, solusi buat perut rakyat,” paparnya.
Menteri yang akrab disapa SYL itu mengaku siap mendukung kemajuan Papua Barat melalui sektor pertanian. Dia pun meminta para dirjen lingkup Kementan untuk mengawal pertanian Papua Barat.
Mentan menambahkan, petani bisa memanfaatkan banyak hal untuk mendukung kemajuam pertanian. “Pertanian sudah memasuki era 4.0, sudah canggih. Petani bisa memanfaatkan IT. Kita di Jakarta juga punya WAR Room yang bisa memantau aktivitas pertanian di daerah,” paparnya.
Syahrul juga berharap petani tidak perlu khawatir. Pasalnya, ada dana KUR yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung petani. “Manfaatkan KUR, ada dananya yang siap dikucurkan sampai Rp50 triliun. Bunganya rendah, cuma 6%. Petani bisa pinjam KUR sampai Rp50 juta. Jadi, apa ruginya?” tuturnya.
Tidak seperti skema KUR pada umumnya, skema KUR untuk petani ini berbeda. Jadi, petani yang mengambil KUR dapat keringanan untuk membayarnya, yakni dengan cara dibayar (bahkan boleh dicicil) pada saat produk pertaniannya sudah menghasilkan (panen).
Hal ini tentu memudahkan para petani. Sebagai contoh, petani, misalnya, mengajukan KUR Rp50 juta (tanpa agunan) untuk modal usaha taninya yang berupa tanaman padi atau jagung. Kedua tanaman ini baru menghasilkan kurang lebih 3 bulan kemudian. Jadi, ketika sudah 3 bulan, petani dapat melunasinya. Jika dihitung bunganya hanya 0,2% atau sekitar Rp8.000 saja.
Total KUR yang disediakan Kementan saat ini sebesar Rp50 triliun. Alokasi itu dibagi untuk Bank BNI sebesar Rp20 triliun, Bank BRI sebesar Rp20 triliun dan sisa Rp10 triliun dialokasikan untuk Bank Mandiri.
Untuk saat ini, KUR yang sudah siap adalah Rp20 triliun yang berada di Bank BNI. Dalam empat bulan ke depan, KUR senilai Rp20 triliun ini sudah disalurkan ke petani yang memang membutuhkan modal usaha tani.
Perbedaan KUR petani adalah kredit yang dikeluarkan bukan dalam bentuk uang, tapi berbentuk sarana produksi pertanian. Itu sebabnya, dalam KUR ini daerah (dinas) dan bank sudah bekerja sama dengan para off-taker yang dibutuhkan para petani. Off-taker yang dimaksud adalah penyalur pupuk, benih, bahkan hingga alat dan mesin pertanian (Alsintan).
Agar KUR ini dapat tersalurkan secara adil dan merata, dinas atau pemerintah daerah diminta turut berperan. Apalagi, kepala dinas pertanian berperan untuk mengeluarkan surat pernyataan bahwa petani/kelompok tani tersebut berhak mendapatkan KUR.
Petani Sorong Bahagia Dapat KUR
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengaku sangat senang Menteri Pertanian sudah berkenan berkunjung ke Papua Barat, khususnya Sorong. Menurutnya, potensi pertanian dan perkebunan Papua Barat sangat tinggi.
“Papua Barat memiliki 12 kabupaten 1 kota, dengan jumlah penduduk mencapai 981.222 juta,” tuturnya.
Komiditi unggulan Papua Barat pun beragam. Ada jagung, kedelai, gandum, markisa, buah naga, kentang, wortel, bawang, kopi, kakao, sagu dan masih banyak lagi.
Sementara itu Ludia (28 tahun), anak muda Sorong, Papua Barat yang memiliki usaha bisa pertanian, mengaku sangat bahagia. Pasalnya, dia mendapat pinjaman KUR untuk mengembangkan usahanya,
Selama ini, uang dari penjualan hasil panen setiap bulan dia sisihkan untuk menabung di salah satu bank milik pemerintah. Ludia berkeinginan mengembangkan usahanya, tak sekadar menanam sayuran, tapi juga ingin beternak.
“Saya sempat bicarakan dengan penyuluh di kampung. Selain tanam sayur, saya juga ingin beternak babi,” katanya. Bahkan, dirinya sempat mengutarakan kepada pihak bank tempat dia menabung.
Dengan senyum sumringah, dia melanjutkan, “Saya tidak percaya ketika dihubungi bank sebagai penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian sebesar Rp30 juta dan diminta hadir dalam acara penyerahan KUR pertanian oleh Mentan Syahrul,” katanya.
Dengan mata berkaca-kaca Ludia mengucapkan syukur dan terima kasih atas dukungan pemerintah. Dirinya berjanji akan menggunakan KUR untuk ternak babi dan mengembangkan tanaman sayuran.
Penerima bantuan KUR lainnya, Abun (30) merasakan pemerintah berpihak pada petani kecil. Sebagai petani sayuran, bantuan KUR pertanian ini akan digunakan untuk membeli pupuk, dan bibit sayuran. “Modal ini akan saya gunakan untuk beli pupuk dan tanam sayuran. Saya tanam yang ringan ringan saja, karena sayuran ini perawatannya tidak susah,” ungkapnya.
Abun berharap pemerintah terus mendukung petani dengan permodalan seperti ini. Kemudahan dan keringanan untuk mengembangkan usaha tani sangat penting baginya sebagai insentif. PSP