Giwangan Kini Punya Green House Anggrek

Penandatanganan kerja sama dan peresmian Green House Giwang Kusuma PKK Kelurahan Giwangan dengan Asosiasi Anggrek Kota Yogyakarta, di Kelurahan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta, Rabu (25/2/2020).

Akhirnya, green house (rumah kaca) yang diharapkan para petani anggrek wilayah Giwangan terwujud. Green house diresmikan dalam acara  penandatanganan kerja sama dan peresmian Green House Giwang Kusuma PKK Kelurahan Giwangan dengan Asosiasi Anggrek Kota Yogyakarta, di Kelurahan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta, Rabu (25/2/2020).

Green house ini dibangun untuk mewadahi aspirasi masyarakat Giwangan pecinta anggrek dan  dapat digunakan oleh warga setempat yang memiliki minat terhadap anggrek.

Acara  tersebut dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Pangan Kota Yogyakarta Supartama, Ketua LPMK Slamet Heriyanto, Ketua Asosiasi Petani Anggrek Kota Yogya (APAKY) Kadarsih Agus, dan kader PKK Giwang Kusuma. Dalam momen itu juga ditandatangani kerja sama antara Asosiasi Petani Anggrek Kota dengan PKK Giwang Kusuma.

Kehadiran green house dengan luas 50 meter persegi itu  akan memberi ruang bagi masyarakat Yogyakarta yang gemar membudidayakan tanaman anggrek. Masyarakat bisa datang ke green house untuk belajar berkaitan dengan anggrek. Petani anggrek yang selama ini aktif juga bisa turut memanfaatkan green house tersebut.

”Petani anggrek yang selama ini sudah aktif bisa turut memanfaatkan green house tersebut. APAKY memiliki keinginan agar kehadiran green house bisa memberikan dampak positif lebih luas kepada masyarakat. Misalnya saja, membangun minat anak muda untuk membudidayakan anggrek karena selama ini yang minat anggrek banyaknya tua-tua,” kata Kadarsih Agus

Dia berharap green house bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin karena Giwangan sangat potensial dan strategis untuk destinasi wisata. Menurut dia, budidaya anggrek perlu pengalaman dan pengetahuan agar bisa berkembang dengan baik. Green house yang ada ini bisa sebagai tempat untuk belajar dan APAKY akan selalu mendampingi  untuk pemberdayaan ibu-ibu PKK.

“Marilah kita sama-sama mewujudkan semangat kita untuk terus berkembang. Kita lanjutkan, kita  kembangkan agar nanti di Giwangan ini akan terwujud  sentra anggrek yang juga dicita-citakan oleh Pak Camat dahulu, yang berpesan dikelola anggreknya khusus Umbulharjo. Dan saya yakin jika bersungguh sungguh, semua yang ibu-ibu lakukan akan berhasil,” ujar Kadarsih.

Menurutnya, budidaya anggrek sesungguhnya mudah. Yang penting cukup nutrisi, pupuk sambil diamati.  “Saya harap kedepannya berhasil, supaya kita bisa mempersembahkan harapan harapan dinas pertanian dan supaya bisa mewujudkan kalau asosiasi anggrek ada di kota, tidak hanya nama saja terutama yang lagi pesat pesatnya di daerah Giwangan. Mudah mudahan terus dan tidak bosan, akan semakin terus mencintai anggrek,” paparnya.

Sementara itu Supartama menyatakan anggrek yang dikembangkan memiliki nilai ekonomis  yang cukup tinggi, nilai estetika yang cukup tinggi  dan memiliki nilai gengsi yang sangat hebat.

Dia menjelaskan, budidaya  anggrek sangat menguntungkan. Mulai dari anggrek ‘baby’, yang baru keluar dari botol pembenihan hingga ukuran blooming setelah dipelihara 3 bulan. Jika pemeliharaan bagus bisa aku Rp15.000-Rp20.000 per pohon. Tinggal memilih jenis dendro, palynopsis atau hibryd.

Dia menjelaskan, budidaya anggrek dapat dimulai dengan  membangun kebun vegetatif setelah itu generatif. Jika dalam satu pot ada 2 tangkai maka 1 tangkai bisa diambil untuk dikawinkan. “Kalau mengawinkan sudah, 2 ini pasti jadi, dikawinkan nanti akan keluar seperti tempolong yang berisi biji anggrek. Kalau bijinya anggrek nanti ditumbuhkan di dalam inchase, di dalam media akar, akan menjadi  anggrek baby, tiap botol nanti melalui penjarangan,” katanya.

“Jika tiap botol harganya Rp30.000-Rp50.000 atau lebih. Jika dalam 1 bunga yang disilangkan itu bisa mencapai 100-200 botol, maka ada nilainya,” imbuh Supartama.

Potensi Pasar

Jika dilihat dari analisa  usaha taninya, budidaya anggrek sangat menguntungkan, baik itu vegetatif atau generatif. “Anggrek ini kita dorong untuk nanti bentuknya adalah koorporasi berbasis masyarakat, kelompok kelompok masyarakat. Jadi kedepannya itu tidak hanya senang senang memelihara, tidak seperti itu. Kita akan mendorong untuk bisa melangkah kepada tahapan yang nantinya bisa membangun seperti usaha,” kata perwakilan Dinas Pertanian Pangan Kota Yogyakarta Supartama.

Suparta memaparkan tentang hal  berkaitan dengan pemasaran anggrek secara umum ke masyarakat.

“Ketika rapat dengan FPPS di Kecamatan Jetis bersama dengan BRI, pimpinan BRI Unit Jetis, menyampaikan agar ada  kelompok   ataupun masyarakat itu yang mau kerja sama dengan BRI untuk menyediakan anggrek anggrek seperti  ini di meja pelayanan di BRI  seluruh kota. Tapi ketika ditantang seperti itu,  ternyata masih pada bingung,” ujarnya.

Jadi, lanjut dia, nanti Ibu Agus Kadarsih (Ketua APAKY) bisa saja dihubungkan dengan BRI membutuhkan mungkin ada 100 kantor  cabang pembantu pembantu, termasuk kantor yang besar.

Potensi pasar juga  terbuka lebar dengan makin banyaknya masyarakat peminat anggrek yang bisa membeli langsung kepada pembudidaya.  “Harapan kami, ada divisi-divisinya  yang  nanti ketika melangkah, masing masing divisinya itu bisa bekerja dengan optimal, untuk keuntungan seluruh kelompok kelompok anggrek,” paparnya.

Dia mencontohkan, ada divisi yang untuk kerja sama dengan BRI, atau dengan bank lain, dengan Pemda Kota, Provinsi, atau kantor-kantor lainnya seperti  PLN, Pertamina dan sebagainya.

“Yang menjadikan kita itu sebagai usaha bukan le okeh sinaune (karena banyak belajarnya) bukan le okeh ilmune (karena banyak ilmunya), tetapi  keberanian untuk melangkah. Wes tiwas sinaune tekan ndi ndi, takon ndi ndi, jebulane ilmune ora tau diterapke. (Sudah belajarnya sampai kemana mana, bertanya kemana mana, ternyata ilmunya tidak pernah diterapkan. Akhirnya rintis utuh. Disini asosiasi sudah merencanakan untuk kerjasamanya  menggunakan dari green house,“ papar Supartama.

Di pertemuan ini, Slamet Heriyanto yang sering dipanggil Yanto selaku Sekretaris Asosiasi LPMK Kota Yogya dan Ketua Forum LPMK Giwangan juga menyambut baik akan peran dinas yang telah mensuport dengan prasarana green house.

Menurutnya, green house perlu ditambah karena anggota petani anggrek banyak. Aspirasi dan partisipasi ibu-ibu harus diwadahi dan dihargai. “Kebutuhan green house satu tidak mencukupi dan di kelurahan Giwangan masih banyak tanah yang kosong yang bisa dimanfaatkan untuk dua green house lagi dan juga laboratorium,” harapnya.  

Anna Zulfiyah