Harga Cabe Meroket Karena La Nina

Harga cabe di Jawa Timur (Jatim) mengalami kenaikan harga, penyebabnya antara lain disebabkan aspek menurunnya produksi di musim penghujan, karena saat ini La Nina serta faktor tata niaga terutama dari aspek distribusi akibat adanya antisipasi pandemi covid-19.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur (Distan Provinsi Jatim), Hadi Sulistyo terkait dengan naiknya harga cabe yang kini berada di pasaran, Senin (11/01/2021).

Selanjutnya, Hadi memaparkan, potensi produksi cabe di Jatim tahun 2021. Untuk ketersediaan cabe besar, potensi luas panen komoditi cabe besar semester I (Januari-Juni) sebesar 5.973 hektar dengan produksi sebesar 55.939 ton.

Dengan prakiraan luas panen bulan Januari 2021 sebesar 702 hektar. Luasan lahan tanam cabe terluas berada di Kabupaten Blitar 180 ha, Malang 151 ha, Lumajang 60 ha, Banyuwangi 53 ha.

Sedangkan prediksi produksi bulan Januari 2021 sebesar 6.957 ton utamanya Kabupaten Blitar 2.871 ton, Malang 1.305 ton, Lumajang 815 ton, Banyuwangi 380 ton.

Sementara, lanjutnya, potensi luas panen Semester II (Juli – Desember) sebesar 4.221 ha utamanya di kabupaten Malang seluas 938 ha, Blitar 529 ha, Banyuwangi 458 ha, Jember 329 ha, Tuban 209, Lumajang 206 ha, dan Sumenep 159 ha dan Kediri 158 ha.

Dengan potensi produksi pada semester II sebesar 41.095 ton, utamanya di Kabupaten Malang 10.938 ton, Jember 5.711 ton, Blitar 4.874 ton, Banyuwangi 3.209 ton, Lumajang 2.211 ton dan Kediri 1.461 ton.

Untuk ketersediaan cabe rawit, Hadi menjelaskan, potensi luas panen komoditi cabe rawit pada semesteri I (Januari s/d Juni) sebesar 22.853 hektar dengan produksi sebesar 286.923 ton,

Dengan Prediksi luas panen bulan Januari 2021 sebesar 1.788 hektar utamanya di Kabupaten Blitar 468 ha, Malang 179 ha, Jember 205 ha, Bondowoso 236 ha dan kediri 33 ha.

Prediksi produksinya pada bulan Januari 2021 sebesar 17.493 ton dengan sebaran terbesar di Kabupaten Blitar 4.475 ton, Malang 1.385 ton, Situbondo 1.075 ton, Banyuwangi 844 ton dan kediri 626 ha.

Kemudian potensi luas panen komoditi Cabe rawit pada semester II (Juli – Desember) sebesar 39.547 ha, utamanya di kabupaten Blitar 8.212 ha, Kediri 3.386 ha, Malang 3.018 ha, Sampang 6.647 ha dan Tuban 5.367 ha.

Potensi produksi pada semester II (Juli s/d Desember) sebesar 366.742 ton, utamanya di Kabupaten Blitar 103.289 ton, Kediri 29.040 ton, Malang 40.185 ton, Probolinggo 21.631 ton dan Tuban 20.763 ton.

Terkait survey harga petugas informasi pasar (PIP), lanjutnya, rata-rata harga cabe besar di tingkat produsen sebesar Rp. 33.800,- harga tertinggi dilaporkan di kabupaten Bojonegoro dan Bondowoso sebesar Rp. 40.000,-, dan ditingkat konsumen sebesar Rp. 42.400,- dengan harga tertinggi di Kabupaten Bojonegoro dan Bondowoso sebesar Rp. 45.000,- s/d Rp. 50.000,-.

Sedangkan rata-rata harga cabe rawit di tingkat produsen sebesar Rp. 35.900,- ; harga tertinggi dilaporkan di kabupaten Kediri Rp. 48.000,-, harga ditingkat konsumen sebesar Rp. 45.500,- dengan harga tertinggi di kabupaten Bojonegoro Rp. 60.000,- dan Kediri Rp. 55.000,-.

Untuk tahun ini,  ada dukungan kegiatan peningkatan produksi cabe dari Pemprov Jatim berupa dukungan berupa pengembangan kawasan cabe besar di kabupaten Magetan dan Mojokerto, Pamekasan dan Gresik.

Selain hal tersebut dilakukan dengan memfasilitasi untuk dapat memasarkan pula ke beberapa pelaku, serta fasilitasi pengamanan terhadap serangan organisme pengganggu tumbahan (OPT), fasilitasi kredit usahatani, fasilitasi bantuan pupuk subsidi. Elsa Fifajanti