Harga CPO Diperkirakan Tetap Bertahan Tinggi

Harga minyak sawit (CPO) kemungkinan mulai mereda dalam enam bulan ke depan, meskipun akan tetap tinggi di kisaran 4.700 ringgit/ton atau 1.124 dolar AS/ton ketika keterbatasan pasok — yang telah mendorong harga mencetak rekor — akan bertahan.

Prediksi ini dikemukakan konsultan bisnis dan ekonomi LMC International, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (13/1).

Menurut Julian Conway McGill, kepala regional LMC, butuh waktu 12 bulan sebelum produksi CPO di Asia Tenggara pulih ke level akhir 2019. Ini berarti selama tiga tahun penuh tidak ada pertumbuhan alias pertumbuhan produksi nol, ketika produksi CPO Indonesia dan Malaysia menurun pada 2020 dan 2021, katanya.

Harga minyak sawit sudah naik dua kali lipat lebih dalam 3 tahun terakhir, yang didorong oleh krisis tenaga kerja parah di perkebunan Malaysia dan ketatnya pasok minyak nabati di pasar global. Pandemi COVID-19 menyebabkan tertutupnya perbatasan di Malaysia, produsen sawit terbesar kedua di dunia, dan menghentikan perekrutan tenaga kerja asing baru sehingga produksi tahunan pun rontok ke titik terendah dalam 5 tahun.

Menurunnya produksi Malaysia memang tidak mengejutkan. Namun, penurunan produksi Indonesia, setelah kinerja terkuat produksi semester pertama, jelas membuat syok pasar, kata McGill. Dia memperkirakan produksi sawit Malaysia tahun ini naik 2,6% menjadi 18,6 juta ton dan produksi sawit Indonesia naik 5% menjadi 47 juta ton.

LMC juga memperkirakan ketatnya pasok minyak sawit dan makin tingginya penggilingan kedele akan membuat India mengalihkan impornya ke minyak kedele dan bunga matahari. Pasar harus memperhatikan berbagai kebijakan yang diambil pemerintah India terkait minyak kedele yang berasal dari kedele GMO atau transgenik.

Di sebagian besar produsen dan importir utama kedele, penggilingan kedele sendiri berada di bawah tingkatan tahun 2020, meski produksi kedele mencetak kinerja sangat bagus. Ini telah membatasi volume minyak yang dihasilkan.

Ketika margin penggilingan kedele membaik, pasok minyak kedele AS akan lebih bersaing. Di China, penggilingan kedele terganggu oleh pemadaman listrik meski margin keuntungan sedang lebih baik. Namun penggilingan akan meningkat setelah Tahun Baru Imlek. AI