Harga dan Ekspor Komoditas Sawit Membaik

Kelapa Sawit (pixabay.com)

Di tengah kondisi dunia yang dilanda pandemi Covid-19, industri kelapa sawit nasional masih mampu memberikan kontribusi positif bagi pendapatan devisa Indonesia.

Hal ini tercermin dari kinerja ekspor komoditas minyak sawit mentah (CPO) selama semester pertama 2020 yang menunjukkan stabilnya perolehan ekspor komoditas tersebut.

“Kinerja industri kelapa sawit masih positif di tengah kondisi dunia yang mengalami kontraksi,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, dalam jumpa pers mengenai kinerja komoditas kelapa sawit selama semester pertama 2020 yang digelar secara virtual di Jakarta, Rabu (12/08/2020).

Dia menjelaskan, dibandingkan dengan bulan Mei 2020, produksi CPO pada bulan Juni mencapai 4.096 ribu ton atau naik 13,5%. Memang  konsumsi dalam negeri turun 3,5% menjadi 1.331 ribu ton, namun ekspor naik signifikan 13,9% menjadi 2.767 ribu ton dan harga CPO masih menunjukkan kenaikan dari rata-rata  526 dolar AS pada bulan Mei menjadi  602 dolar AS per ton-Cif Rotterdam pada bulan Juni.

 “Nilai ekspor di bulan Juni juga naik dari  1,474 miliar dolar AS menjadi 1,624 miliar dolar AS,” ucapnya.

Joko menjelaskan, produksi CPO dan PKO selama Januari-Juni 2020 mencapai sebesar 23.504 ribu ton atau  9,2% lebih rendah dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun lalu. Sementara  nilai ekspornya 6,4% lebih tinggi menjadi senilai  10,061 miliar dolar AS.

Joko menyebutkan, produksi bulan Juni yang lebih tinggi dari bulan Mei 2020 diduga selain karena carry over produksi bulan Mei yang terkendala karena lebaran juga sebagian provinsi telah masuk ke periode tren produksi naik. “Konsumsi dalam negeri bulan Juni yang masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei, diduga masih disebabkan oleh pembatasan sosial berskala besar atau PSBB,” ujarnya.

GAPKI juga mencatat konsumsi untuk pangan pada bulan Juni turun 3,9% menjadi 638 ribu ton. Persentase penurunan konsumsi pangan itu lebih rendah dari rata-rata penurunan tiga bulan sebelumnya sebesar 5,4%.

Sementara konsumsi biodiesel pada Juni turun sebesar 5,4% dari bulan Mei menjadi 551 ribu ton. Dibandingan dengan Jan-Juni 2019, konsumsi biodiesel 2020 lebih tinggi 25 % dikarenakan implementasi program B30.

Sedangkan konsumsi dalam negeri bulan Juni untuk oleokimia masih naik dengan 6,8% dibandingkan bulan Mei meskipun dengan laju yang lebih rendah. Kenaikan ekspor cukup tinggi pada bulan Juni, setelah turun pada bulan sebelumnya.

Kenaikan terjadi pada CPO (31%), refined palm oil (10,2%), minyak laurik (6%) dan juga adanya ekspor biodiesel. Kenaikan terbesar untuk ekspor dengan tujuan India (52%) menjadi 583 ribu ton, Afrika (43,3%) menjadi 271 ribu ton, China (33%) menjadi 440 ribu ton, dan Pakistan (32%) menjadi 203 ribu ton. Kenaikan ekspor CPO ke India mencapai 206 ribu ton dari total kenaikan sebesar 200 ribu ton, namun terjadi penurunan pada ekspor produk lain terutama refined palm oil.

Joko mengatakan, kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik.

“Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel,” jelasnya.

Menurutnya, kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik.Buyung N