Sosok Ir. Hartono Prawiraatmadja, MSc. bagi kalangan rimbawan pasti dianggap bukan orang asing. Maklum saja, insinyur kehutanan ini sudah malang melintang sebagai PNS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur ini juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Alam dan Ekosistem (SDAE), dan juga sempat menjadi Direktur Kawasan Konservasi (KK) yang masih lingkup Kementerian LHK.
Jabatan yang terakhir itu ini tak lama dipegangnya. Pasalnya, dia mendapat tugas baru. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.1 tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut (BRG), persisnya pada 6 Januari 2016, insinyur kehutanan jebolan UGM tahun 1981 ini diangkat menjadi sekretaris badan baru tersebut.
BRG merupakan lembaga nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada presiden dan dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Tugasnya sesuai dengan perpresnya adalah mengkoordinir dan memfasilitasi restorasi gambut pada Provinsi Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar. Kalteng dan Kalsel hingga Papua.
Pada Desember 2020, Presiden Jokowi memperpanjang BRG dan mengubah namanya menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Dan Hartono, yang menyelesaikan pendidikan pasca-sarjana jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Universitas Edinburgh, Skotlandia ini pun mendapat tanggung jawab untuk memimpin badan yang mendapat tugas tambahan mempercepat rehabilitasi ekosistem mangrove. Berikut wawancara khusus Agro Indonesia dengan Kepala BRGM tersebut pekan lalu di kantornya.
Boleh dibilang Anda itu merupakan bidan yang memberikan peran penting lahirnya lembaga yang disebut BRG. Ketika awal dibentuk, lembaga yang benar-benar baru ini tentu banyak kendalanya?
Pertama-tama yang kita lakukan mengisi lembaganya dulu. Setelah orangnya ada, baru menyusun perencanan sekaligus mengeksekusi rencana tersebut. Bukan saya sendiri yang membidani BRG. Tapi juga teman-teman dan banyak yang ikut membantu. Intinya, kita saling mengisi (sharing) untuk mencapai tujuan.
Sesuai prepres-nya, apa saja tugas dan sasaran BRG sebagai organisasi yang ingin dicapai?
Iya. Tugas dan fungsi serta sasarannya BRG adalah wajib menyusun rencana dan pelaksanaan restorasi untuk jangka waktu 5 tahun dengan sasaran seluas 2 juta hektare (ha). Organisasinya terdiri dari Kepala Badan, Sekretaris Badan, dan dilengkapi dengan Deputi Perencanaan dan Kerja Sama, Deputi bidang Edukasi, Sosial dan Partisipasi Kemitraan, serta Deputi Penelitian dan Pengembangan. Itu yang kami jabarkan.
Pada awalnya, keberadaan BRG dianggap tumpang tindah dengan lembaga lain, semisal Kementerian LHK. Apakah Anda merasakan hal itu?
Ya tidak gitu. Kan perpres-nya jelas. BRGM ditugasi untuk melaksanakan restorasi gambut. Jadi, bukan mengambil porsi kementerian yang ada. Untuk urusan regulasi, tetap berlaku di kementerian, semisal urusan gambut di Kementerian LHK. Sedangkan untuk mangrove aturannya berada di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dan kita tetap memakai aturan yang berlaku. Jadi, BRGM tetap menjalin kerja sama yang baik. Tidak ada istilah tumpang tindih tadi, apalagi bersaing.
Kalangan rimbawan senior menyebut Anda dapat rezeki sebagai orang sholeh. Pasalnya, setelah pensiun, justru diangkat menjadi Kepala BRGM pada 23 Desember 2020 dan dilantik oleh Presiden Jokowi?
Ha-ha-ha… nggak gitu ceritanya. Justru saya mengajukan pensiun dini. Kalau saya masih di manggala (Kementerian LHK, Red.) dan menjabat eselon II, maka seharusnya belum saatnya pensiun. Tahun ini baru masuk pensiun.
Jadi, belum masuk usia pensiun sebagai PNS toh?
Belum. Saya mengundurkan diri atau mengajukan pensiun dini karena jabatan sebagai Kepala Badan merupakan jabatan politik dan harus mundur dari Aparatur Sipil Negara (ASN).
Selama Anda memimpin BRGM konkretnya apa yang dilakukan?
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) tahun 2021 telah melakukan berbagai kegiatan guna menjalankan tugas dan fungsi utamanya dalam memulihkan ekosistem gambut dengan target seluas 1,2 juta ha dan rehabilitasi mangrove seluas 600.000 ha hingga tahun 2024.
Meski semakin berat, BRGM merasa bangga dan tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Presiden Jokowi. Alhamdulillah, dengan bantuan dan partisipasi semua pihak, tugas yang diberikan kepada BRGM dan stakeholder bisa diselesaikan dengan baik.
Apakah Anda merasa jika tugas BRGM ada campur tangan alam, misalnya penghujan?
Meski belum sempurna, tapi Presiden dan publik bisa melihat BRGM dan stakeholder serta mitra cukup signifikan mengurangi frekuensi kebakaran, terutama di lahan gambut.
Upaya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove ini, terutama yang sudah terbasahi, terpulihkan dan dilindungi masyarakat juga. Ini merupakan upaya Indonesia dalam memenuhi komitmen NDC Indonesia untuk mengurangi emisi karbon. Apalagi jika mengingat kemampuan kedua ekosistem ini dalam menyimpan cadangan karbon dunia.
Dari target yang diberikan pemerintah optimiskah tercapai?
BRGM sudah berhasil merestorasi gambut seluas 300.000 ha di tahun 2021 melalui strategi 3R, yaitu Rewetting (pembangunan 774 unit sekat kanal dan 110 unit sumur bor), Revegetasi seluas 325 ha dan Revitalisasi Sumber Mata Pencaharian Masyarakat sebanyak 279 unit.
Restorasi gambut dilakukan di 7 tujuh provinsi prioritas, yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.
Selain pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG), tahun 2021 ini BRGM melakukan pemeliharaan sebanyak 4.032 unit sumur bor dan 8.059 unit sekat kanal. Juga melakukan perbaikan terhadap 586 sumur bor dan 339 unit sekat kanal yang dibangun pada periode sebelumnya.
Kalau untuk rehabilitasi mangrove apa targetnya?
Untuk tahun 2021, BRGM sudah mencapai 34.911,72 ha atau sebesar 105,79%. Jadi, hasil tersebut melebihi target penanaman tahun ini seluas 33.000 ha yang dilakukan di 9 provinsi prioritas, yaitu Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat.
Rehabilitasi mangrove yang dilakukan BRGM ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi ekologis mangrove, seperti mencegah terjadinya abrasi, pertahanan wilayah pesisir dari tsunami, tempat pemijahan biota laut. Bukan itu saja, program ini juga dikembangkan untuk memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat, karena pulihnya ekosistem mangrove dapat dijadikan sentra pariwisata.
Apakah ini semua atas kinerja BRGM?
Keberhasilan BRGM ini tak lepas dari kerja sama antar-Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, pihak swasta lainnya serta masyarakat. Oleh karena itu, BRGM mendirikan 110 Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan 220 Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM) yang terintegrasi dengan pembangunan kawasan perdesaan. Di mana DMPG dan DMPM pada tahun 2021 meliputi kegiatan edukasi, sosialisasi dan pelatihan yang manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Untuk tahun ini, target yang ingin dicapai BRGM?
Setelah melakukan evaluasi dan monitoring, BRGM akan menambah luasan target restorasi gambut pada tahun 2022 sekitar 360.000 ha. BRGM akan menggunakan pendekatan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang merupakan solusi permanen dalam restorasi dan pengelolaan ekosistem gambut secara sistematis, terpadu, tepat dan teruji.
Selain itu, konsolidasi KHG juga bakal dilakukan untuk memastikan IPG yang telah terbangun berfungsi efektif dan terintegrasi dengan pembangunan daerah lainnya.
Sedangkan target luasan rehabilitasi mangrove juga diperkirakan akan bertambah pada tahun 2022, mengingat target rehabilitasi mangrove hingga tahun 2024 adalah 600.000 ha. AI