Upaya memacu budidaya bawang putih di dalam negeri mulai menunjukan hasil. Terbukti, luas tanam meningkat hingga 300% bahkan hasil produksi bisa dilepas untuk pasar ekspor.
Ekspor perdana bawang putih untuk tujuan Taiwan dilepas Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, di Brebes, sebanyak 15 ton dan akan menyusul 12 ton dari target 1.000 ton.
Prihasto Setyanto, saat ditemui di sela meninjau persiapan ekspor di gudang Tangerang Selatan, Jumat (14/8/2020) mengaku bangga dengan capaian ini lantaran momentumnya tepat menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-75 serta di tengah upaya jajaran Kementan menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui ekspor pertanian.
“Saya sudah buktikan sendiri, bawang putih lokal kita punya keunggulan aroma yang lebih kuat dibandingkan bawang impor. Rasa bawang (putih-red) lokal saat digigit rasanya kuat getir dan sangat pedas. Beda dengan bawang putih honan, kating bahkan bawang tunggal impor. Masih lebih kuat aroma bawang lokal kita,” jelas Anton, sapaan akrabnya.
Menurut Anton, kurun 3 tahun terakhir Kementan terus berupaya menggeliatkan bawang putih nasional melalui skema APBN, wajib tanam importir dan swadaya petani. Hasilnya cukup menggembirakan dengan kenaikan angka produksi dan luas tanam mencapai 300%.
Direktur Utama PT. Tajie Pratama Indonesia, Miming Juanita Tjugiarto, mengatakan bawang putih yang akan diekspor ke Taiwan itu berasal dari Parakan Temanggung, sebanyak 12 ton
“Pasar bawang putih masih terbuka lebar. Saya baru bisa ekspor sebanyak 12 ton dari permintaan 500 ton di Taiwan,” ungkapnya.
Dalam proses persiapan mulai dari pembersihan daun, akar dan kotoran tidaklah mudah dan cepat. Semua butuh proses dan tenaga kerja yang tidak sedikit.
Menurut Miming, masyarakat Taiwan sangat menyukai aroma bawang putih asal Indonesia. Mereka menyebut bawang putih Indonesia dengan “xiang suan” yang artinya bawang putih wangi.
“Tidak masalah dengan harga, namun size perlu diperhatikan. Permintaan Taiwan saat ini diameter di atas 3 cm,” katanya.
Hingga saat ini Taiwan banyak mengimpor bawang putih dari Spanyol, dengan jarak lebih jauh daripada dari Indonesia. Peluang ini bisa dimanfaatkan jika ukuran umbi dan harga bawang putih asal Indonesia bisa lebih kompetitif.
Dirinya menyebutkan, dari sejumlah bawang putih yang dibeli dari petani yang lolos untuk ekspor rata-rata 40%-50% saja.
“Selebihnya belum bisa masuk spek. Lalu kami buang daun, akar dan bersih dari tanah sehingga susut mencapai 50% lebih,” katanya.
Pihaknya meminta Pemerintah terus membina petani agar dapat melakukan teknis budidaya yang benar dan berorientasi ekspor.
“Tidak harus berukuran sama persis dengan China, kalau diameternya bisa mencapai 4 cm sudah bagus sekali. Gak hanya ke Taiwan, kita bisa ekspor ke negara lainnya,” pungkasnya. Jamalzen