Industri furniture siap menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 nanti. Dengan bahan baku yang berlimpah, industri furniture Indonesia, khususnya yang berbasis rotan, diyakini akan mampu menjadi pemimpin di pasar Asean.
Keyakinan itu dilontarkan Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, Pranata, usai membuka Rapat Lembaga Kolaborasi Pengembangan Rotan Ramah Lingkungan Melalui Perkuatan Tautan Bisnis Hulu Hilir dan Dukungan Pembiayaan Hijau yang digelar Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (Pupuk), di Jakarta, Selasa (4/10).
Menurut Pranata, saat ini 85% bahan baku rotan dunia berasal dari Indonesia. Dengan penguasaan sumber bahan baku itu, furniture rotan Indonesia memiliki potensi besar untuk menguasai pasar.
Hal itu setidaknya sudah dibuktikan dengan adanya kebijakan larang ekspor bahan baku rotan, dimana dampaknya menyebabkan ekspor furniture rotan Indonesia mengalami kenaikan sebesar 30 % dalam tiga tahun belakagan ini. Sedangkan impor furniture rotan mengalami penurunan sekitar 50 % dalam tiga tahun terakhir.
Walaupun potensinya cukup besar, namun Pranata mengingatkan kalau masih ada sejumlah hal yang harus diperbaiki pelaku usaha di industri furniture rotan agar bisa memimpin pasar global.
“Industri furniture rotan masih perlu mendatangkan desainer-desainer dari luar negeri agar produk kita tidak kalah dengan kreasi dari produk negara pesaing,” ujarnya.
Selain itu, pasokan teknologi juga masih diperlukan bagi industri furniture rotan nasional agar produksi bisa dilakukan secara terukur dan standar. Walaupun membutuhkan datangnya teknologi baru dalam produksi furniture rotan, namun Pranata menegaskan kalau kegiatan produksi secara manual dengan menyerap banyak tenaga kerja juga tetap diperlukan.
“Kegiatan produksi secara manual masih diperlukan karena tenaga manusia dapat memberikan perbedaan dalam suatu produk yang akan dibuat,” tuturnya.
Sementara itu Ketua Pupuk, Lendonovo mengatakan kegiatan rapat lembaga kolaborasi itu diadakan sebagai ajang untuk menyampaikan hasil dialog kebiakan rotan ramah lingkungan tingkat nsional di tahun 2013 dan mendapatkan informasi mengenai kebijakan pemerintah tentang pengembangan industri rotan, terutama terkait dengan usaha rotan bahan baku dan pengembangan skema pembiayaan hijau.
“Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan untuk berbagi informasi dan pengetahuan mengenai mengenai situasi dan kondisi usaha dan industri rotan di setiap daerah,” ujarnya. B Wibowo