Industri Olahan Rumput Laut Sumbang Devisa 96 Juta Dolar AS

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berusaha mengoptimalkan peran industri pengolahan rumput laut sehingga dapat memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat, terutama para petaninya.

“Kami punya tugas untuk terus menggenjot hilirisasi, supaya bahan baku dalam negeri kita semakin tinggi nilai tambahnya dengan berbagai produk turunan yang dihasilkan oleh industri pengolahannya. Melalui aktivitas industri ini, telah berkontribusi nyata terhadap penerimaan devisa dari ekspor produk jadinya,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika melalui keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (4/11/2021).

Terkait upaya mendorong hilirisasi industri pengolahan rumput laut, beberapa waktu lalu, Plt. Dirjen Industri Agro beserta jajarannya melakukan kunjungan kerja di PT Hydrocolloid Indonesia, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan pengolahan rumput laut yang telah beroperasi sejak tahun 2012 ini hasil produksinya sebesar 80 persen  untuk mengisi pasar ekspor, khususnya ke Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Denmark, dan negara-negara Amerika Selatan.

“Artinya, kita punya daya saing dan pasar ekspor olahan rumput laut ini masih menjanjikan. Apalagi, Indonesia punya potensi besar dengan ketersediaan bahan baku rumput lautnya,” ungkap Putu. Pada tahun 2020, produksi rumput laut kering sekitar 376 ribu ton, dengan penghasil utamanya berasal dari Provinsi Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

“Sementara itu, nilai ekspor dari industri pengolahan rumput laut di Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai  96,19 juta dolar AS dengan volume produksi sebesar 26.611 ton,” sebut Putu. Saat ini, Kemenperin fokus mendorong utilisasi industri ini dapat terus meningkat.

Putu pun menjelaskan, produk olahan rumput laut di Indonesia dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni agar-agar dan karaginan. Secara global, saat ini Indonesia menempati posisi ke-7 untuk negara eksportir agar-agar dan peringkat ke-6 sebagai negara eksportir karaginan.

Di sisi lain secara volume ekspor, Indonesia merupakan negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput laut kering. “Pada tahun 2019, nilai ekspor olahan rumput laut hanya 49,75 persen dari nilai ekspor rumput laut kering, dengan produk olahan utama yang diekspor itu adalah karaginan. Pada tahun 2020, persentase tersebut meningkat menjadi 53,79 persen,” imbuhnya.

Putu menambahkan, Kemenperin terus mendorong pengoptimalan penggunaan produk olahan rumput laut dalam negeri bagi para industri penggunanya. Hal ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendukung kebijakan substitusi impor.

“Selanjutnya, meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut, mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, serta mendorong kerja sama riset dan pengembangan produk olahan rumput laut dengan lembaga riset dalam dan luar negeri,” tandasnya.

Putu optimistis, kebijakan hilirisasi industri rumput laut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir terutama bagi nelayan budidaya dan petani rumput laut. “Bahkan, industri berbasis agro ini dapat memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, seperti dari hasil ekspornya,” ucapnya.Buyung N