Klaim Kementerian Pertanian (Kementan) yang menyebutkan produksi jagung nasional melimpah dan ada di mana-mana, nampaknya tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Buktinya, industri pengolahan jagung di Kabupaten Banteang, Sulawesi Selatan (Sulsel) kesulitan bahan baku jagung.
“Katanya produksi jagung banyak dan ada di mana-mana. Tapi kami tidak menemukan di lapangan. Kami kesulitan bahan baku jagung,” kata Komisaris Utama PT Inen Sunan, Iskandar Andi Nuhung kepada Agro Indonesia di Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Mantan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementan ini mempertanyakan klaim produksi jagung yang dibilang banyak itu adanya di mana.
“Kami cari di setiap kabupaten di Sulsel, dapatnya hanya sedikit, yaitu 5 ton. Padahal, kebutuhan kami cukup besar,” tegasnya.
PT Inen Sunan adalah industri pengolahan jagung menjadi tepung dan ethanol. Kapasitas terpasang 35 ton/hari. Namun, karena tidak ada bahan baku jagung, maka kapasitas hanya bisa dipenuhi 5 ton/hari.
Menurut dia, jika kapasitas industri PT Inen Sunan terpenuhi, maka pihak direksi mempunyai rencana perluasan pabrik.
“Kami ada rencana industri ini menjadi pabrik terbesar di Asia. Mesin untuk penambahan kapasitas sudah kami pesan dari Jepang. Namun, melihat kondisi bahan baku jagung sulit didapatkan, maka rencana itu kita tunda dulu,” tegasnya dengan nada kecewa.
Dia menyebutkan, industri pakan ternak juga mengeluhkan hal yang sama.
“Industri pakan justru impor gandung pengganti jagung,” ucapnya. Dengan kasus ini, maka perlu dipertanyakan data produksi jagung nasional yang katanya melimpah ruah itu.
Sebab, kenyataan di lapangan, jagung sulit di dapatkan. Jamalzen