Labu Madu Keuntungan Melejit di Tengah Covid

Dosen Hortikultura Instiper Yogyakarta, Ryan Firmansyah S.P., M. Si.

Dosen Hortikultura Instiper Yogyakarta, Ryan Firmansyah S.P., M. Si.

Labu madu (Curcubita moschata) atau disebut juga dengan butternut squash, buah yang dikenal di luar negeri dengan nama pumpkin butternut mulai dikenal di Indonesia. Labu ini memiliki bentuk yang unik seperti kacang tanah dan bohlam lampu. Daging buahnya berwarna mentega dan memiliki rasa manis dengan tekstur lembut.

Selain bentuknya yang unik, labu ini juga berkhasiat untuk kesehatan karena mengandung serat yang tinggi, antioksidan, beta karoten, vitamin A dan B kompleks. Memiliki sifat yang rendah kalori sehingga sangat cocok pula digunakan untuk makanan menu diet sehat. Kandungan vitamin A nya bisa membantu untuk kesehatan mata. Dan labu ini juga baik digunakan sebagai makanan pendamping ASI untuk bayi.

Di samping manfaatnya untuk kesehatan, ternyata labu madu ini juga menjanjikan peluang bisnis yang menarik.  Prospeknya bagus, pasar masih terbuka lebar dan harga jualnya tinggi. Jumlah produk masih terbatas di pasaran, sedangkan permintaan terhadap buah ini relatif cukup tinggi. Itu sebabnya budidaya labu madu ini dilirik dan menjadi pilihan usaha.

Bagaimana prospek labu madu ini, Agro Indonesia berkesempatan wawancara dengan dosen Hortikultura Instiper Yogyakarta, Ryan Firmansyah S.P., M. Si.  di lahan labu madunya di daerah Sembego, Maguwoharjo, Depok Sleman, DIY.

Dosen satu ini memang suka bertani. Setelah sukses dengan melon Chamoenya, sekarang mengembangkan labu madu. Berikut petikan wawancaranya.

Mengapa budidaya labu madu?

Sebenarnya awalnya ini untuk mengisi waktu karena pandemi Covid yang sampai sekarang belum selesai. Aktivitas secara langsung dibatasi, banyak kerja di rumah (WFH), kegiatan online. Saya merasa banyak waktu yang bisa digunakan untuk hal yang positif dan bermanfaat. Saya mendapat referensi, dan saya pelajari. Saya melihat labu madu ini ini sangat potensial dan prospek. Tahan lama dan harga jualnya juga tinggi.

Lalu mulai budidaya labu ini, bersama rekan usaha Abdul Hakim Limbong, mengawali dengan bongkar lahan, karena lahan ini dulunya bukan lahan siap pakai, jadi memang harus diolah dulu. Jadi kalau sore menggarap lahan. Awalnya penuh perjuangan, sekarang tidak menduga terlihat hasilnya. Jadi saat pandemi ini kami bisa isi waktu untuk kegiatan yang bermanfaat, menghasilkan.

Apa kelebihan labu madu?

Ada beberapa kelebihan dari labu madu ini, disamping manfaat kesehatan, untuk usaha labu ini menjanjikan. Pasar masih terbuka lebar, harga jualnya tinggi. Budidayanya mudah, tidak terlalu jauh dari melon, karena saya pernah budidaya melon. Tetapi melon rentan sekali dengan penyakit, apalagi di saat hujan dan di lahan terbuka.

Labu madu lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak rewel. Dan buah labu madu ini tahan lama, bisa sampai 6 bulan. Kalau melon, begitu panen, paling lama 1 bulan, itu harus terjual, kalau tidak bisa busuk. Beda dengan labu madu, kalau panen saat itu tidak langsung terjual, tidak takut. Karena daya simpan bisa tahan sampai 6 bulan.

Bagaimana kualitas labu madu nantinya?

Sangat dipengaruhi dari tahap pemilihan benih dan juga penanamannya. Banyak yang menjual benih labu madu, saya beli benih yang bagus. Benihnya harus bagus dan berlabel. Itu penting, karena akan memberi hasil yang bagus. Kalau benihnya tidak bagus, nanti hasilnya juga tidak akan bagus. Di online banyak yang jual, saya beli yang resmi dan terpercaya.

Supaya hasil bagus?

Untuk budidayanya, meski tidak terlalu rewel tetap harus dipelihara, dirawat. Pupuk seminggu sekali. Kalau satu tanaman sudah ada 3 buahnya, langsung saya potong pucuk ujungnya. Pemangkasan perlu dilakukan, tunas-tunas yang tidak penting juga dikurangi, dihilangkan untuk mencegah daun dan cabang yang tumbuh tak terkendali, kurang efektif, supaya lebih bagus pertumbuhannya dan untuk pembesaran buahnya. Supaya hasilnya proposional.

Seleksi serangan hama dan penyakit juga di lakukan. Untuk hasil yang lebih bagus dan sehat, sejauh ini saya hindari penggunaan bahan kimia. Bahan kimia bisa saja membasmi hama, tapi bisa juga membunuh serangga yang berguna untuk penyerbukan.

Penyakit juga ada, jamur, embun bulu ada di daun, tapi tanaman tahan, tidak sampai merusak buahnya. Buah tetap bagus, tidak terlalu pengaruh pada buah. Kalau ada tanaman atau daun yang terkena penyakit, bisa diatasi secara manual, daun yang terserang penyakit kami petik, buang dan musnahkan.

Berapa banyak tanam dan prediksi hasilnya?

Karena ini pertama, baru tanam luas sekitar 350 m2, jumlah tanaman ada 400 batang. Satu tanaman prediksi buahnya bisa sampai 4,5-5 kg, jadi menghasilkan sekitar 1,5-2 ton. Harga per kg Rp15.000. Di tempat lain ada yang Rp20.000/kg dan di Batam 1 buah seharga Rp65.000 dengan berat kurang lebih 1,5 kg.

Jadi bisa dihitung keuntungannya (setelah dikurangi modal usaha). Labu bisa dipanen 2,5-3 bulan. Dalam setahun bisa tanam 3 kali, panen 3 kali. Tapi untuk lahan ini, dalam satu lahan ini, kami mengatur waktu tanam, tanam tidak bersamaan. Supaya panennya tidak sekaligus, tetapi bisa panen setiap saat.  Kalau tanam bersama, begitu panen, harus menunggu sampai 3 bulanan supaya bisa panen lagi. Dengan tanam yang diatur waktu tanamnya, maka panennya pun bisa setiap waktu.

Bagaimana dengan pasarnya?

Pasarnya bagus, masih banyak permintaan. Dari Jakarta, Bandung dan daerah lain. Batam menunggu. Kami sudah punya link disana, menunggu butuh berapa untuk dikirim. Yang Bandung sudah kirim. Di Yogya link kampus, teman-teman, bahkan ini yang belum dipanenpun sudah ada yang boxing untuk beli. Kami pasarkan secara online juga melalui media sosial, instagram. Karena sekarang marketnya seperti itu, banyak lewat digital, digital marketing.

Tidak takut menumpuk lama dan rugi?

Tidak. Saya tidak kuatir kalau misal selesai panen, labu tidak langsung habis. Karena labu madu ini tahan lama sampai 6 bulan. Dan harus bisa berinovasi, labu ini bisa diolah jadi macam-macam makanan. Seperti ini bentuk yang kurang bagus, bisa diolah jadi makanan yang lain. Bisa dibikin dodol, kue, puding, kolak, manisan dan sebagainya. Diversifikasi produk penting. Saat ini kami memang menjual buah labunya. Ke depannya, bisa jual makanannya juga, dari olahan labu madu.

Pasti menguntungkan?

Ya dan ini sudah terlihat hasilnya. Pembeli ada setiap hari. Baik lewat pesan kirim maupun yang datang langsung ke kebun. Tetapi sebenarnya tujuan awal saya bukan orentasi hasil uang. Ada kegiatan yang menarik, bermanfaat, yang bisa dikerjakan disela waktu kosong.

Yang pertama senang dulu, jangan orientasi uang, sukai dulu pekerjaannya Awal-awal untuk belajar dan produksi. Saya tidak merasa ahli, tapi ada pengalaman. Berjalan saja, nanti akan datang sendiri hasilnya. Karena sebenarnya kalau mau mengerjakan sesuatu dengan diniati, dan serius, pasti hasilnya akan baik. Ini peluang. Ini bisa menjadi lahan untuk belajar dan bekerja. Ini juga untuk mahasiswa yang ingin penelitian. Siapapun yang ingin belajar, bisa datang kesini, kami undang kesini.

Harapan ke depan?

Konsepnya tidak hanya produksi karena kita mengikuti zaman. Ke depannya memang akan kami buat lahan ini seperti tempat wisata, sesuai keperuntukannya dengan konsep agrowisata. Ini bisa jadi destinasi wisata. Dibuat yang instagramable, bisa untuk foto-foto (selfi) dan bisa untuk belajar seputar labu madu. Dan yang ingin labu bisa merasakan sensaninya membeli dan petik labu sendiri di lahan.

Anna Zulfiyah