Irigasi Tersier Diperbaiki: IP Naik, Produksi Gabah Meningkat

Dalam empat tahun terakhir ini, pemerintah telah berhasil memperbaiki lebih dari 3 juta hektare (ha) saluran irigasi primer. Perbaikan irigasi tersebut mampu meningkatkan produksi gabah nasional.

“Adanya perbaikan itu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP)  minimal 0,5. Bahkan, ada yang naik 1, misalnya dari 1 kali tanam menjadi 2 kali tanam,” kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Pending Dadih Permana di Jakarta, Kamis (3/1/2019).

Dia menjelaskan, saluran irigasi primer merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jaringan primer menyalurkan air dari sumber utama seperti embung, bendungan maupun waduk yang kemudian disebar melalui jaringan sekunder.

“Meski kewenangan jaringan irigasi berada di bawah kementerian berbeda, koordinasi tetap dilakukan dengan baik karena semua jaringan irigasi yang terkoneksi,” kata Pending.

Sementara itu Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah sudah merehabilitasi saluran irigasi primer untuk mengairi areal persawahan seluas 3 juta ha dalam 5 tahun terakhir.

“Ini perbaikan irigasi primer yang ditargetkan dalam rencana kita seluas tiga juta hektare. Ini salah satunya,” kata Presiden Joko Widodo ketika meninjau rehabilitasi saluran irigasi primer Lodoyo di Kelurahan Jegu, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jatim, Kamis (3/1/2019).

Presiden menyebutkan, lahan persawahan seluas 3 juta ha merupakan target dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dalam 5 tahun. “Ini target yang harus kita selesaikan dalam 5 tahun,” tegas Presiden Jokowi.

Presiden menyebutkan, saluran irigasi primer Lodoyo dibangun pada 1982 dan setelah itu belum ada rehabilitasi lagi yang signifikan. “Ini direhabilitasi agar air yang mengalir tidak hilang di tengah jalan. Kita rehabilitasi semuanya,” katanya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, perbaikan saluran irigasi primer untuk lahan 3 juta ha, sesuai target RPJMN, sudah tercapai. “Khusus yang di sini ( Lodoyo), panjangnya 16 km untuk 12.000 ha sawah. Ini dari Waduk Wlingi di Blitar juga,” katanya.

Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementerian Pertanian     (Kementan) sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) seluas 3,12 juta ha. Realiasi terbesar terjadi tahun 2015, yang mencapai 2,45 juta ha.

Pending Dadih Permana mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dari luasan 3,12 juta ha, mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.

Menurut dia, dengan  peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi peningkatan produksi sebesar 8,18 juta ton, sehingga total produksi padi selama 4 tahun pada lahan rehabilitasi jaringan mencapai 24,37 juta ton gabah kering panen (GKP).

“Kita harapkan JIT yang sudah diperbaiki tersebut dirawat petani secara swadaya agar   infrastruktur perairan itu tetap berfungsi dengan baik,” tambah Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP, Rahmanto.

Pasok agar lancar

Menurut Rahmanto, pemeliharaan jaringan irigasi baik skunder, primer dan tersier tidak lain agar pasok air ke sawah petani menjadi lancar. “Jika pasok air lancar, maka tanaman tidak mengalam kekeringan. Apalagi di musim kemarau, keberadaan air sangat dibutuhkan,” tegasnya.

Dia menyebutkan, Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber   air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan, seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.

Dalam waktu tiga tahun (2015-2017), Direktorat Irigasi Pertanian telah melaksanakan   program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.

Pending menambahkan, untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit   20   ha,   maka   luas   oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.

Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.

Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.

Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir, 2015-2018 mencapai 2.956 unit, untuk realisasi per 5 November 2018. Dengan estimasi luas layanan 25 ha per unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 73,90 ribu ha.

“Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi per tanaman mencapai 384,28 ribu ton,” kataPending.

Menurut dia, untuk rehabilitasi jaringan irigasi tersier selama empat tahun terakhir (2015-2018), Ditjen PSP Kementan melaksanakan kegiatan dengan pola bantuan pemerintah sebagai stimulus terhadap terselenggaranya pembangunan pertanian di pedesaan. “Kegiatan yang dilaksanakan Ditjen PSP secara langsung atau tidak langsung berdampak pada peningkatan IP, penambahan luas baku lahan sawah, luas tambah tanam, perlindungan usahatani, dan peningkatan produksi. PSP