Dalam Kurun 2015-2018, Cetak Sawah Baru dan Optimalisasi Lahan Capai 1,16 Juta Ha

Penambahan luas areal pertanian dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) melalui program cetak sawah baru dan optimalisasi lahan.

Dalam kurun waktu empat tahun (2015-2018), Ditjen PSP berhasil menambah areal pertanian seluas  1,16 juta hektare (ha), yang terdiri  dari kegiatan optimalisasi lahan seluas 900.000 ha dan  cetak sawah baru lebih dari 211.000 ha, demikian dikatakan, Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan, PSP Indah Megahwati.

Sesuai nawacita Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan persiapan menuju lumbung pangan dunia tahun 2045, kegiatan cetak sawah 1 juta ha — yang ditargetkan tercapai hingga pemerintahan Jokowi-JK berakhir — saat ini ternyata telah terwujud, bahkan berlebih menjadi 1,16 juta ha.

“Saat ini perluasan areal luas lahan sudah mencapai 900.000 ha. Kita lebih banyak membuka lahan rawa. Perluasan areal sawah yang 1 juta ha tersebut, 90%-nya dari optimasi rawa. Untuk saat ini, kegiatan cetak sawah sudah hampir 200.000 ha. Jadi sudah lebih dari 1 juta ha,” paparnya.

Kegiatan cetak sawah Kementan terbagi dua. Pertama, cetak sawah yang sebenarnya, dalam arti mengubah lahan tidur menjadi sawah. Kedua, optimalisasi lahan, yakni menambah areal luas tanam melalui optimalisasi lahan yang tidak produktif.

Cetak sawah baru dilakukan bekerjasama dengan TNI di lahan-lahan tidur di luar Jawa, antara lain Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Pulau Kalimantan, dan Papua.

Tahun 2015, Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan, Ditjen PSP  telah membuka sawah baru seluas 20.070 ha, tahun 2016 berhasil mencetak sawah seluas 132.129 ha, dan 2017 seluas 60.243 ha.

Dengan demikian, Kementan melalui Ditjen PSP, dalam kurun waktu 3 tahun telah berhasil mencetak sawah baru  seluas 212.442 ha. Sedangkan target cetak sawah tahun anggaran (TA) 2018 seluas 12.000 ha.

Cetak sawah seluas 212.442 ha yang telah berhasil dicetak itu menambah luas baku lahan sawah di tanah air. “Minimal akan mampu menambah produksi beras nasional sebanyak 673.326 ton/tahun dengan rata-rata produksi 3 ton/ha. Secara berkesinambungan, produksi dan produktivitas tersebut akan bertambah,” katanya di Jakarta, pekan lalu.

Menurut dia, hal ini tidak terlepas dari upaya memberdayakan masyarakat agraris atau bisa disebut juga masyarakat pedesaan di Indonesia sebagai masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan budaya. Sumber daya manusia pedesaan umumnya memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang rendah sehingga rentan terhadap dampak lingkungan.

“Mereka memang penghasil produk pertanian, tapi segi kualitas dan kuantitas masih sangat terbatas. Hal ini akibat sistem pertanian yang masih subsisten dan daya beli masyarakat pedesaan yang rendah,” kata Indah.

Di tengah semua keterbatasan itu, perlu ada upaya untuk mendorong pengembangan cetak sawah baru yang lebih modern serta memanfaatkan penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan) canggih dalam bercocok tanam.

Naikkan rasio pemanfaatan lahan

Pengembangan lahan cetak sawah baru juga harus memenuhi syarat teknis, dari sisi agroklimatnya, ketersediaan airnya, unsur hara dan ketersediaan SDM yang mengelola serta ada sarana dan prasarana, termasuk jalan produksi dan jaringan irigasi.

Secara hukum lahan harus clean and clear. Karena itu, meskipun tersedia data lahan terlantar, lahan tidur dan lahan rawa, kenyataannya yang dapat dimanfaatkan dan memenuhi syarat di atas kurang dari 1 juta ha. Luasan itupun terpencar-pencar, sehingga perlu dilakukan verifikasi lapangan dalam penentuan kelayakan lahan.

Sisi lain yang mengkhawatirkan adalah besarnya laju konversi lahan sawah teknis yang sulit dikendalikan. Jika angka konversi lahan di atas benar, maka sebagian besar adalah sawah produktif yang berada di daerah layanan irigasi teknis dengan produktivitas tinggi antara 6-9 ton gabah kering giling (GKG)/ha/panen akan terus berkurang.

Sementara lahan cetak sawah yang baru tidak langsung bisa berproduksi dengan baik. Kalaupun bisa berproduksi umumnya di tahun kedua atau ketiga dengan produktivitas 2,5-4 ton GKG/ha.

Indah mengatakan, secara umum, keuntungan atau manfaat program cetak sawah adalah meningkatkan rasio pemanfaatan tanah, mengurangi jumlah lahan terlantar, lahan tidur atau lahan rawa.

Meskipun alih fungsi lahan terus berlanjut dan pertumbuhan penduduk sejak pemerintahan Jokowi-JK yang mencapai 12,8 juta jiwa dibanding tahun 2014, capaian produksi pertanian saat ini justru meningkat.

Tambahan konsumsi sebesar 1,7 juta ton pun dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri. Ini dapat dicapai karena salah satunya karena bertambahnya luas tanam melalui optimalisasi lahan dan cetak sawah baru. PSP