Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyarankan para petani di Bengkulu untuk mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) atau asuransi pertanian.
Keunggulan dari AUTP, sebut SYL, adalah adanya perlindungan dan pertanggungan untuk hasil panen para petani. Petani tak perlu khawatir menjalankan usaha taninya.
“Apalagi, saat areal persawahan terendam banjir akibat hujan. Sebab, asuransi petanian ini dapat melindungi petani dari kerugian melalui pertanggungan yang diberikan,” kata Mentan.
Selain itu, dia menyebutkan bahwa AUTP juga membantu petani untuk melindungi tanaman dari serangan hama organisme penggangu tumbuhan (OPT) dan perubahan iklim.
Sementara Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil menambahkan, AUTP juga akan menjaga ketahanan pangan, tak hanya dari sisi produktivitas petani itu sendiri.
Dengan pertanggungan yang didapat, ujarnya, petani dapat mengupayakan kembali budidaya pertaniannya, meski mengalami gagal panen.
“Petani akan mendapat pertanggungan sebesar Rp6 juta/hektare (ha)/musim ketika mengalami gagal panen. Dengan begitu, petani tak perlu khawatir karena memiliki modal untuk memulai kembali usaha pertanian,” katanya.
Dari sisi ketahanan pangan, Ali menjelaskan bahwa AUTP dapat menjaga dengan sangat baik. Sebab, petani tetap dapat menanam kembali dan menjaga produktivitas mereka.
“AUTP menjaga produktivitas pertanian. Program AUTP tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional,” kata Ali.
Data Ditjen PSP menyatakan, realisasi AUTP tiap tahun cenderung meningkat. Tahun 2015, pada saat program ini pertama kali diluncurkan, luas yang terproteksi hanya mencapai 233.499 ha atau 23,3% dari target 1 juta ha. Kecilnya realisasi pada tahun ini karena waktu kerjanya hanya tiga bulan.
Tahun 2016, target yang dipasang hanya 500.000 ha dan tercapai 99,9% atau 499.964 ha. Tahun 2017, target AUTP dinaikkan seluas 1 juta ha dan tercapai 99,8% atau seluas 997.966 ha.
Tahun 2018, target 1 juta ha dilanjutkan dan terealisasi 806.199 ha (80,6%). Tahun 2019, target tetap sama 1 juta ha, namun hingga akhir November 2019 sudah mencapai 795,6 ribu ha.
Ali Jamil meminta daerah agar lebih gencar mensosialisasikan program asuransi pertanian ini. Pasalnya, masih banyak petani yang masih belum mengerti cara mendaftar.
“Kepada Dinas Pertanian seluruh daerah agar terus melakukan pendekatan kepada petani. Bisa menggunakan para penyuluh juga. Ini agar perani bisa lebih tenang dan nyaman, serta tidak takut mengalami gagal panen,” katanya.
Di samping itu, Pemda sebenarnya bisa mengalokasikan anggaran pembayaran premi melalui mekanisme APBD. “Ini sangat dimungkinkan bagi daerah yang memiliki kepedulian tinggi pada keberlanjutan pertanian di daerahnya,” tegasnya.
Komitmen Jasindo
Sementara itu, PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) berkomitmen dengan Dinas Pertanian Kota Padang Panjang untuk meningkatkan proteksi para petani melalui AUTP.
Komitmen ini dituangkan melalui penandatanganan perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh Erwan Dallymartha, selaku Branch Manager Asuransi Jasindo Padang dan Ade Nafrita Anas selaku Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Panjang untuk membantu kelancaran program AUTP ke depannya.
Cahyo Adi, selaku Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo mengatakan, terjadinya kerja sama ini merupakan bentuk kepedulian bersama antara Dinas Pertanian Kota Padang Panjang dengan Jasindo yang tergabung dalam holding asuransi BUMN, Indonesia Financial Group (IFG), dalam memberikan perlindungan kepada petani melalui program AUTP.
“Ini merupakan bukti nyata kepedulian dinas terkait dan kami sebagai perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada petani padi melalui program AUTP,” tuturnya.
Kerja sama ini bertujuan untuk meringankan petani dalam pembayaran premi 20% yang seharusnya dibayar oleh petani secara mandiri dan memberikan kesempatan kepada petani yang mendapatkan program ini agar dapat merasakan efek positif dari hadirnya asuransi.
Cahyo menambahkan, program kerja sama Asuransi Jasindo dengan Dinas Pertanian Kota Padang Panjang ini dapat menjadi stimulus bagi kabupaten lainnya di wilayah Sumatra Barat agar melakukan hal yang sama.
“Program kerja sama ini diharapkan dapat mendorong daerah lainnya untuk melakukan hal yang sama, karena dengan adanya program kerja sama seperti ini dapat memberikan kemudahan kepada petani dalam merasakan manfaat asuransi sehingga ke depannya para petani merasa harus menyisihkan penghasilannya untuk membayar premi asuransi secara mandiri,” ujarnya.
Jasindo juga secara intens melakukan koordinasi dengan dinas terkait di provinsi lainnya dalam mendukung program AUTP. Selain itu, dengan sudah terdigitalisasinya proses pendaftaran pada sistem aplikasi SIAP sampai dengan pengajuan klaim untuk AUTP menjadi nilai tambah.
Dengan demikian, dinas dan penyuluh pertanian semakin dipermudah dalam mendukung program AUTP sekaligus membantu petani agar terlindungi dari risiko gagal panen.
Jateng dan Jatim
Cahyo Adi mengatakan, pertumbuhan signifikan AUTP terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Jawa Tengah adalah realisasi tertinggi untuk AUTP dengan luas 6.410,23 ha,” ujarnya.
Realisasi tertinggi kedua dan ketiga adalah Jawa Timur dengan 3.725,84 ha dan Jawa Barat dengan 3.510,42 ha. Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat tercatat sebagai tiga provinsi dengan pertumbuhan AUTP sangat baik selama 3 tahun berturut-turut.
Sedangkan untuk tingkat kabupaten, pertumbuhan signifikan AUTP tercatat di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan realisasi mencapai 4.000 ha. Dengan mengacu data Jawa Tengah, maka Boyolali mencakup 62,4% wilayah penerima AUTP terbesar.
Cahyo menambahkan, untuk realisasi tingkat nasional di kuartal 1, realisasi AUTP adalah 15.496,79 ha. Dalam perhitungan yang ada, tiga provinsi terbesar di Pulau Jawa ini menyerap 88,06% program asuransi usaha tani atau setara 13.646,49 ha.
Pada 2022, program AUTP efektif baru dimulai pada Maret dan semua pendaftaran para petani baru dibuka di bulan yang sama.
“Sampai 11 Mei 2022 AUTP yang sudah mendaftar adalah 60.641,50 ha,” katanya.
Asuransi Jasindo yang tergabung di dalam Indonesia Financial Group atau IFG melakukan beberapa strategi untuk mendongkrak penjualan AUTP.
Strategi yang dilakukan salah satunya dengan berkoordinasi dengan dinas setempat untuk menyinergikan program bantuan. Kelompok tani yang menerima bantuan diwajibkan mengikuti asuransi. “Seperti di Kabupaten Boyolali, realisasinya tinggi dikarenakan dinas setempat memberlakukan sinergi tersebut. Setiap poktan yang menerima bantuan maka wajib ikut asuransi,” kata Cahyo.
Direktur Pembiayaan Pertanian Dirjen PSP Kementan, Indah Megahwati menambahkan, ketika mengalami gagal panen, biasanya petani kesulitan mengakses modal untuk memulai kembali usaha pertaniannya. Dengan AUTP, persoalan itu dapat tertanggulangi.
“Tak ada lagi kendala permodalan yang dihadapi karena petani mendapat pertanggungan yang dapat digunakan untuk memulai kembali usaha pertaniannya,” ujar Indah.
Adapun syarat yang harus dipenuhi petani untuk mengikuti AUTP adalah petani sudah tergabung dalam kelompok tani (poktan). Selain itu, petani juga harus mendaftarkan lahan pertanian yang hendak diasuransikan 30 hari sebelum masa tanam dimulai.
Petani juga diwajibkan membayar premi sebesar Rp36.000/ha/musim dari jumlah total premi sebesar Rp180.000/ha/musim.
Sementara itu, sisanya sebesar Rp140.000/ha/musim disubsidi pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). YR