Jurus Jitu Kemenperin Sediakan SDM Berkualitas

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berusaha menyediakan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, terutama dalam kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0 dengan terus mendorong pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor industri melalui pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan vokasi.

“Upaya tersebut merupakan salah satu implementasi dari program prioritas yang terdapat di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Dengan ketersediaan SDM industri yang kompeten, kami meyakini sektor manufaktur nasional akan mampu lebih berdaya saing global di era digital,” kata Tenaga Ahli Kementerian Perindustrian Bidang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri, Mujiyono di Jakarta, Selasa (02/07/2019).

Menurutnya, dengan rata-rata pertumbuhan industri di Tanah Air yang mencapai 5-6%, diproyeksikan kebutuhan tenaga kerja mencapai 600 ribu orang per tahun. Karena itu, pemerintah akan lebih fokus terhadap pengembangan kualitas SDM termasuk di sektor industri.

“Oleh karenanya, dibutuhkan revitalisasi program vokasi, khususnya di pendidikan tinggi seperti politeknik secara terstruktur dan sistematis. Tujuannya agar SDM industri kita bisa langsung siap terjun di lapangan sesuai kebutuhan perusahaan-perusahaan sekarang,” paparnya.

Menurut Mujiyono, kompetensi dari lulusan program pendidikan vokasi seperti politeknik, memiliki pengetahuan dan wawasan yang lengkap, termasuk pula skill maupun attitude-nya. “Itu yang sebenarnya dibutuhkan oleh industri saat ini. Kami optimistis, berdasarkan aspirasi besar peta jalan Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” imbuhnya.

Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin sudah menyiapkan tiga jurus jitu agar pendidikan tinggi semacam politeknik mampu berkontribusi secara optimal dalam pengembangan SDM industri yang unggul. Strategi pertama, Kemenperin memacu pembangunan politeknik di kawasan industri, karena saat ini pemerintah sedang giat mendorong pertumbuhan manufaktur di kawasan industri.

“Sehingga kami mendorong pembangunan politeknik di kawasan industri untuk menyuplai tenaga kerja terampil di sana. Kemudian, kurikulum juga disesuaikan dengan kebutuhan industri yang ada di kawasan itu sendiri,” terangnya.

Dalam dua tahun terakhir ini, Kemenperin sudah merealisasikan pembangunan empat politeknik di kawasan industri, yaitu Politeknik Industri Logam di Morowali, Sulawesi Tengah, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, Akademi Komunitas Tekstil di Solo, Jawa Tengah, serta Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Strategi Kedua, Kemenperin mendorong perusahaan-perusahaan holding maupun industri skala besar untuk bisa membangun politeknik sesuai kebutuhan sektornya. Dengan demikian, diharapkan para lulusan dari politeknik yang didirikan perusahaan tersebut, mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di seluruh anak perusahaannya.

“Melalui strategi itu, Kemenperin mendorong pihak swasta agar melakukan replikasi pembangunan politeknik yang telah dilakukan pemerintah,” ujarnya. Bagi perusahaan yang membangun politeknik, pemerintah akan memfasilitasi keringanan pajak atau memberikan insentif super deductible tax atas kontribusinya dalam penciptaan tenaga kerja terampil melalui pelaksanaan program vokasi. 

Sementara itu, strategi ketiga, Kemenperin akan melakukan revitalisasi seluruh politeknik yang ada di Tanah Air dan menyesuaikan dengan kebutuhan industri. “Politeknik dan industri harus link and match. Jadi, kami meminta agar industri juga ikut membina politeknik. Satu politeknik dapat dibina oleh lima perusahaan industri. Ini harus kita lakukan secara terintegrasi, antara industri dengan politeknik,” tuturnya.Buyung N