Jurus Kemenperin Ukir Performa IKM Furnitur

Pekerja mebel

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri kecil menengah (IKM) sektor furnitur agar menghasilkan produk inovatif yang berkualitas dan berorientasi ekspor dengan penggunaan bahan baku kayu legal. Walaupun begitu, kegiatan itu juga  perlu didukung dengan berbagai kebijakan strategis dan koordinasi yang kuat di antara pemangku kepentingan terkait.

“Kami juga ingin menegaskan bahwa untuk memajukan industri furnitur Indonesia tidak saja semata-mata kewajiban pemerintah, namun juga kerja sama dengan semua pihak yang dapat membantu kemajuan industri dari hulu ke hilir yang menjadi komitmen kita bersama dalam meningkatkan kinerja furnitur nasional, dengan harapan, tentu saja program-program yang dilakukan dapat menjadi katalisator peningkatan ekspor furnitur Indonesia ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (7/12/2020).

Gati menjelaskan bahwa Kemenperin telah melakukan berbagai program dan kegiatan untuk mendorong IKM sektor furnitur agar menghasilkan produk inovatif yang berkualitas dan berorientasi ekspor.

“Program dan kegiatan yang telah diterapkan, antara lain pengembangan material center di Jepara, pengembangan sentra, pengembangan desain produk, program link and match dan pemberdayaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kayu di sentra furnitur,” katanya.

Gati menjelaskan, pengembangan material center di Jepara merupakan salah satu program untuk menjaga ketersediaan bahan baku dan bahan pendukung serta memfasilitasi mesin terbaru untuk para IKM furnitur di sentra. Adanya material center diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan IKM yang tidak mempunyai kapabilitas dalam membeli bahan baku dan bahan pendukung dengan kuantitas yang besar.

“Material center ini juga didukung dengan pemakaian sistem informasi yang terintegrasi secara online sehingga IKM dapat memonitor pemesanannya secara real time melalui aplikasi,” tuturnya. Program material center di Jepara akan menjadi model bagi pengembangan material center di daerah lain.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan kemampuan produksi para pelaku IKM furnitur di sentra, Kemenperin mempunyai UPT kayu maupun rotan di sentra furnitur yang dapat membantu pelaku IKM dalam hal pemanfaatan mesin produksi.

“Dalam meningkatkan kemampuan UPT, kami telah memfasilitasi mesin dan peralatan dengan teknologi terbaru serta peningkatan kualitas SDM di UPT dengan sertifikasi tenaga kerja dalam bidang pembahanan dan finishing produk,” paparnya.

Selain fokus menembus kancah internasional, Kemenperin juga mendorong pelaku IKM furnitur mampu merebut peluang besar di pasar domestik. Oleh karena itu, untuk dapat mengakselerasi penetrasi IKM di pasar dalam negeri, Kemenperin memfasilitasi kerja sama melalui program link and match dengan beberapa e-commerce furnitur di Indonesia seperti fabelio.com dan isiruma.com.

“Melalui program ini, diharapkan pelaku IKM furnitur mendapatkan akses untuk mempelajari tren produk dan meningkatkan pemasaran produk,” imbuhnya.

Adapun untuk mempromosikan produk furnitur nasional, Kemenperin memfasilitasi IKM dalam pameran bertaraf internasional seperti Indonesia International Furniture Expo (IFEX), Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA), serta Furniture Virtual Expo.

“Pameran menjadi sangat penting bagi industri furnitur mengingat media ini merupakan proporsi terbesar dalam mendapatkan buyer baru,” terang Gati. Apalagi, mengingat pameran IFEX dan JIFFINA merupakan bagian dari rangkaian pameran furnitur Asia yang menjadi ajang promosi produk furnitur unggulan Indonesia dan tempat berkumpulnya antara produsen dan pembeli potensial.

Kemenperin mencatat, performa industri furnitur terlihat dari capaian nilai ekspornya pada tahun 2019 sebesar 1,95 miliar dolar AS atau naik 14,6% dari tahun 2018 yang teratat di angka 1,69 miliar dolar AS.

Adapun negara tujuan utama pengapalan produk furnitur nasional, sebanyak 50% adalah ke pasar Amerika Serikat. Berikutnya, Jepang (8%), Belanda (5%), Jerman (4%), dan Inggris (3%).

Sepanjang kuartal II tahun 2020, ekspor furnitur Indonesia menembus angka 1,04 miliar dolar AS, dan diperkirakan bisa mencapai 2 miliar dolar AS hingga akhir tahun ini. “Jika dilihat dari posisi ekspor furnitur dunia, Indonesia berada pada posisi ke-26 dan di Asia menduduki posisi ke-5 setelah China, Vietnam, Malaysia dan Taiwan, sehingga perlu terus didorong dengan terobosan-terobosan untuk meningkatkan daya saing produk furnitur nasional,” pungkasnya. Buyung N