Kapasitas UPG Bulog Perlu Ditingkatkan

Pemerintah sepanjang tahun 2016 berhasil meningkatkan produksi gabah nasional. Bulog sebagai lembaga stabilisasi harga juga melakukan pembelian gabah petani, terutama di daerah yang harganya di bawa Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

“Pengadaan beras kita, sampai minggu kemarin sudah mencapai 2,7 juta ton,“ kata mantan Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu di Jakarta, Jumat (11/11/2016).

Wahyu dihubungi Agro Indonesia terkait dengan tugas barunya sebagai Dirut PT Pertani. “Tugas saya di Bulog, sebenarnya belum selesai, masih banyak yang harus dilakukan, sehubungan dengan stabilisasi harga pangan,” katanya.

Hal yang perlu diperbaiki terkait dengan pengadaan beras antara lain menghadirkan atau menambah mesin pengering gabah dan jagung. Selain itu unit penggilingan gabah milik Bulog, harus dibenih dan ditingkatkan kapasitasnya.

Meskipun demikian, lanjut Wahyu, dalam waktu 17 bulan di Bulog, cukup memberikan warna tersendiri dalam pengadaan beras dan bahan pangan. “Saya lihat pengadaan beras cukup baik. Bulog juga ditugasi untuk stabilisasi harga daging. Ini sudah kita jalani dengan mengimpor daging kerbau dari India,” katanya.

Walaupun harga daging masih relatif tinggi, namun adanya daging kerbau impor memberi pilihan kepada masyarakat. Sementara untuk komoditi jagung untuk pakan ternak, memang belum sempat dilakukan oleh Wahyu, karena dia sudah pindah dari Bulog.

“Saya belum sempat melakukan pembelian jagung petani, karena waktu itu harga jagung petani masih tinggi. Bulog akan beli jagung petani jika harga dibawa HPP,” tegasnya.

Meningkat

Produk gabah nasional tahun 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi pangan 2016 berdasarkan hasil pembahasan antara Kementan dan Badan Pusat Statistik (BPS) tertanggal 5-7 Oktober 2016 mencatat produksi padi sebanyak 79,1 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebanyak 3,74 juta ton GKG (4,97%) dibandingkan produksi tahun 2015.

Kenaikan produksi padi tahun ini terjadi di Pulau Jawa sebanyak 1,22 juta ton GKG dan di luar Jawa  2,52 juta ton GKG. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen 0,92 juta ha atau naik 6,51%, walaupun produktivitas turun 0,77 kuintal/ha (1,44%).

Kenaikan produksi padi tahun 2016 yang relatif besar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Timur dan Sumatera Utara.

Sementara itu, penurunan produksi padi yang relatif besar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah dan Yogjakarta.

Produksi jagung juga mengalami peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2016 ini produksi jagung mencapai 23,16 juta ton pipilan kering atau naik dari produksi tahun lalu sebanyak 3,55 juta ton (18,11%).

Peningkatan produksi jagung ini menyebar di beberapa daerah, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Daerah Jawa kenaikannya mencapai 1,08 juta ton pipilan kering, sementara untuk luar Jawa peningkatan produksinya mencapai 2,48 juta ton.

Bulog pun terus mengoptimalkan serapan gabah dan beras petani dengan target serapan 7.000 ton gabah/ hari. Kini stok beras Bulog sudah mencaopai 2,7 juta ton.

Stok beras tersebut diperkirakan lebih dari cukup. Bahkan bisa mencukupi sampai bulan April 2017. Dengan kondisi pertanaman yang ada sekarang, maka sampai akhir tahun ini Bulog menargetkan mampu menyerap gabah sebanyak 3,2 juta ton.

Bulog membeli gabah dan beras petani sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Salah satunya, misalnya, gabah kering panen (GKP) dibeli seharga Rp3.750/kg.

Sementara untuk gabah kering giling (GKG) senilai Rp4.600/kg. Adapun beras ditebus Bulog di harga Rp7.300/kg. Bulog juga melakukan pembelian beras komersial yang harganya di atas HPP untuk dijual secara komersial.

Menurut Wahyu tugas di Bulog belum selesai, namun karena ditugaskan menjadi Dirut PT Pertani, maka dia mau tak mau harus meninggalkan Bulog.

Ditanya apakah di PT Pertani dia ditugaskan untuk membenahi agar menjadi perusahaan yang sehat? Wahyu mengatakan bahwa di PT Pertani sama saja dia ‘balik kandang’. Beberapa tahun lalu Wahyu memang salah satu direktur PT Pertani. “Kalau di PT Pertani, murni bisnis. Jadi, di sini saya harus cari untung agar perusahaan menjadi sehat,” katanya.

Cukup berat

Sementara itu, Sekjen Kementan Hari Priyono mengatakan, tugas Wahyu di PT Pertani cukup berat, karena BUMN ini selalu merugi. Perusahaan ini bisa bertahan karena masih ada suntikan dana dari pemerintah.

“Namun dengan kehadiran Wahyu kembali di PT Pertani, kita harapkan perusahaan lebih maju, “ kata Hari kepada Agro Indonesia, usai salat Jumat (11/11/2016), di Jakarta.

Hari mengaku tidak tahu secara persis alasan dipindahkannya Wahyu. Padahal, katanya, jabatan sebagai Direktur Pengadaan Bulog merupakan posisi yang sangat strategis. “Saya belum dapat info dari teman-teman kenapa dia dipindahkan menjadi Dirut PT Pertani,” katanya.

Ditanya, kekosongan Direktur Pengadaan Bulog akan berpengaruh dengan penyerapan gabah petani, Hari Priyono mengatakan, tidak mengetahui secara jelas mekanisme kerja di Bulog. “Tapi saya kira, sebagai lembaga, pasti Bulog sudah punya mekanisme. Artinya mekanisme ini, siapa orangnya, mekanisme pengadaan tetap berjalan,” ungkapnya.

Harus paham pertanian

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menilai kinerja Bulog, selama ini termasuk biasa-biasa saja. Tidak ada yang yang istimewa. Pengadaan beras, berjalan seperti biasanya. Begitu juga untuk pangan lain seperti daging.

“Saya lihat kinerja Bulog biasa saja. Pengadaan beras berjalan seperti biasanya. Stok mungkin cukup tersedia, karena produksi gabah tahun ini cukup tinggi,” ungkapnya.

Menurut Winarno, harga beras saat ini masih cukup tinggi karena pengusaha penggilingan padi lebih suka main beras premium ketimbang beras medium. “Beras medium untungnya kecil, makanya pengusaha penggilingan main di premium,” tegasnya.

Untuk beras jenis medium, lebih banyak dikelola oleh penggilingan padi rakyat. Namun, tidak jarang jenis beras medium dioplos dengan premium. “Pedagang yang nakal biasanya melakukan pengoplosan,” ungkapnya.

Dia mengatakan, meskipun jabatan Direktur Pengadaan Bulog saat ini masih kosong, namun diharapkan tidak mempengaruhi pengadaan beras serta penyerapan gabah petani.

KTNA juga berharap pemerintah menempatkan atau menugaskan sumberdaya manusia, yang mempunyai basic tentang pertanian. “Kalau misalnya bukan orang yang paham tentang pertanian, maka akan berpengaruh dengan kinerja Bulog, terutama dalam pengadaan beras,” tegasnya.

Winarno mengatakan, jika pemerintah menugaskan Bulog sebagai stabilisasi harga pangan di Indonesia, maka lembaga ini harus ditambah fasilitasnya seperti mesin pengering dan mesin penggilingan.

“Selama ini Bulog, sepertinya memang disengaja harus bermitra dengan pihak ketiga. Padahal, jika Bulog punya penggilingan yang besar, tentu akan lebih baik,” tegasnya.

Bulog, kata Winarno, memang sudah mempunyai Unit Penggilingan Gabah Beras di beberapa tempat. Namun, penggilingan milik Bulog ini mempunyai kapasitas yang kecil, yaitu 20 ton/hari. “Seharusnya pemerintah membangun unit penggilangan beras yang besar, sehingga lebih efisien,” ungkapnya.

Selain pabrik penggilingan, pemerintah seharusnya memberikan fasilitas kepada Bulog, yakni mesin pengering gabah. Mesin pengering dinilai penting untuk meningkatkan kualitas beras yang dihasilkan. “Beras Bulog dikenal masyarakat beras mutu jelek. Jadi, kesan ini harus dihilangkan. Salah satunya dengan menyediakan mesin pengering,” katanya.

Winarno mengatakan, UPGB selain kapasitasnya kecil, jumlahnya tidak terlalu banyak. Kalah jika dibandingkan dengan penggilingan padi milik swasta.

Data Agro Indonesia, mencatat BULOG memiliki sekitar 131 UPGB yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari 131 unit UPGB ini sekitar 90 unit yang melakukan kegiatan dengan baik.  Sisanya masih dalam perbaikan.

Menurut Winarno, jika UPGB Bulog ditingkatkan kapasitas dan ditambah mesin pengering, maka untuk pengadaan beras Bulog akan lebih gampang dan tidak perlu melakukan mitra kerja dengan pihak ketiga.

“Kalau Bulog ada mesin pengering, maka gabah petani dengan kadar air tinggi dapat diserap, sehingga pengadaan beras Bulog lebih cepat terpenuhi,” katanyanya. Jamalzen