Kecilnya minat kaum muda terjun ke sektor pertanian menjadi salah satu alasan yang mendorong kebijakan pemerintah membangun pertanian modern dengan menggunakan mekanisasi digital. Langkah tersebut untuk menarik kaum milenial kembali ke sawah.
Itu sebabnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menilai mekanisasi digital alat dan mesin pertanian (Alsintan) memang mendesak dilakukan. “Perlu dukungan mekanisasi pertanian, mengubah pola mindset petani dari tradisional ke modern,” kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy di Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Menurut dia, penyusutan jumlah tenaga kerja petani lantaran petani muda enggan dengan pekerjaan yang kotor, becek dan panas-panasan. Apalagi, upah buruh tani yang rendah juga menjadi alasan sektor pertanian tidak disenangi kaum milenial.
“Karena itu, keberadaan alat dan mesin pertanian (Alsintan) yang modern bakal mampu menarik petani muda. Tak hanya menarik minat saja, Alsintan yang modern juga mampu menekan biaya produksi,” ujarnya.
Sarwo mencontohkan, pengolahan tanah satu hektare (ha) dengan manual/cangkul membutuhkan tenaga kerja sebanyak 30-40 orang/hari dengan lama kerja 240-400 jam, dan menelan biaya sekitar Rp2 juta-Rp2,5 juta.
Namun, melalui mekanisasi, yakni menggunakan traktor tangan, tenaga yang dibutuhkan hanya dua orang dengan waktu kerja 16 jam/ha, dengan biaya hanya Rp900.000 hingga Rp1 juta.
Contoh lainnya, penyiangan secara manual membutuhkan tenaga kerja sebanyak 15-20 orang dengan jumlah jam kerja 120 jam/ha. Biaya yang dibutuhkan mencapai Rp600.000. Namun, melalui mekanisasi menggunakan power weeder, jumlah tenaga kerja yang diperlukan hanya 2 orang dengan jumlah jam kerja 15-27 jam/ha, dengan biaya hanya Rp 400.000.
Sarwo Edhy menambahkan, mekanisasi alat dan mesin pertanian juga sudah memasuki tahap digitalisasi. Salah satu contohnya adalah traktor roda empat yang dapat dikendalikan dengan remote control (pengendali jarak jauh).
“Di Jawa sudah banyak petani yang mengoperasikan Alsintan dengan remote control. Mereka tidak harus kotor-kotoran di sawah, pengoperasiannya cukup dari pinggir sawah saja. Digitalisasi ini yang bakal menarik minat kalangan milenial,” terangnya.
Selama ini, pemerintah telah menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian sebanyak 350.000 unit. Bantuan ini terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, cooper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.
Pada 2015 lalu, Alsintan yang telah disalurkan sebanyak 54.083 unit, pada 2016 sebanyak 148.832 unit, serta 2017 sebanyak 82.560 unit. Kemudian pada 2018, Alsintan yang disalurkan mencapai 112.525 unit. “Alat dan mesin pertanian ini sudah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA, dan brigade Alsintan,” ujar Sarwo.
UPJA
Keberadaan Alsintan di pedesan mendorong berkembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) oleh kelompok tani. Dengan UPJA kelompok tani mendapat keuntungan usaha, baik anggota kelompok maupun non anggota.
Keberadaan UPJA di sejumlah daerah tak sedikit yang memiliki kinerja cukup apik karena mampu mengoptimalisasikan mekanisasi pertanian bantuan pemerintah. Bahkan, UPJA yang berkinerja mantul (mantap betul) tersebut ada yang melakukan ekspansi usahanya dengan membeli Alsintan secara swadaya.
Sebagian UPJA lainnya terus berkiprah membantu petani memanfaatkan Alsintan untuk mewujudkan pertanian Indonesia lebih modern. Untuk mengembangkan penggunaan Alsintan ke petani, sejumlah UPJA pun menggandeng penyuluh pertanian lapangan (PPL), Babinsa dan dinas terkait di daerah.
Kolaborasi yang cukup bagus tersebut akhirnya membuahkan hasil gemilang terhadap enam UPJA pada puncak Hari Pangan Nasional (HPN) ke-38, di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, tahun 2018. Mereka diganjar sebagai UPJA berprestasi dan berkinerja cukup bagus.
Data Agro Indonesia mencatat, ada enam UPJA yang mendapat hadiah Alsintan, antara lain, UPJA Tani Mandiri (Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur) sebagai UPJA Berprestasi Pertama yang berhak mendapat hadiah combine harvester (1 unit) dan traktor roda empat (1 unit).
Kemudian, UPJA Amanah Jaya (Kabupaten Banyuasin, Sumsel) sebagai UPJA berprestasi kedua yang berhak mendapat hadiah combine harvester (1 unit), traktor roda dua (1 unit) dan pompa air (1 unit). Sedangkan UPJA Karya Bersama ( Kabupaten Demak, Jateng) sebagai UPJA berprestasi ketiga mendapat hadiah combine harvester (1 unit) dan traktor roda dua (satu unit).
Sementara UPJA Rina Karya (Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah) sebagai UPJA berprestasi keempat yang mendapat hadiah combine harvester (1 unit) dan pompa air (1 unit). Kemudian, UPJA Mandiri (Kabupaten Way Kanan, Lampung) sebagai UPJA berprestasi kelima mendapat hadiah traktor roda empat (1 unit) dan pompa air (1 unit). Sedangkan UPJA Berkah Bersama (Kabupaten Banjar, Kalsel) sebagai UPJA berprestasi keenam mendapat hadiah traktor roda empat (1 unit).
Manager UPJA Mandiri, Rasid Wahyono, mengaku sangat bangga UPJA yang dikembangkan di Lampung bisa masuk sebagai salah satu nominasi UPJA berprestasi dan berkinerja cukup bagus.
“Setelah kami melakukan presentasi di hadapan tim evaluasi kinerja UPJA Kementan, Alhamudillah kami bisa lolos sebagai salah satu dari enam UPJA berprestasi,” katanya.
Dengan prestasi ini UPJA Mandiri akan terus mengembangkan Alsintan ke petani. Sebab, penggunaan Alsintan bukan hanya lebih efektif tapi juga akan efisien. Penggunaan Alsintan juga berdampak positif terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman petani.
“Kami bersyukur terpilih sebagai UPJA berprestasi tahun ini dan kami juga senang mendapat hadiah Alsintan dari Kementan. Rencananya, hadiah dari Kementan ini akan kami manfaatkan untuk pengembangan olah tanah di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung,” papar Rasid. PSP