Dukung Program Serasi Kementan, Produsen Dolomit Tingkatkan Produksi

Pemerintah kini sedang gencar mengoptimalkan lahan rawa melalui Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi). Agar program ini sukses, dibutuhkan banyak dolomit untuk menetralisir lahan yang masam.

PT Polowijo Gosari, sebagai produsen dolomit terbesar di Indonesia, akan ikut berpartisipasi dengan meningkatkan produksi dolomit. Chief Marketing Officer PT Polowijo Gosari Adhie Widihartho mengatakan, adanya Program Serasi membuat permintaan dolomit terus meningkat. Dolomit dimanfaatkan untuk menetralisir lahan rawa yang masam. “Dengan dolomit, lahan rawa kini bisa tanam dua kali dalam setahun dari biasanya hanya satu kali,” katanya di Jakarta, pekan lalu.

Menurut dia, kebutuhan dolomit pada lahan rawa bukaan baru yang belum ditanami/baru dibuka membutuhkan 4 ton/hektare (ha), sehingga permintaan dolomit di lahan rawa cukup besar.

Dia menambahkan, saat ini produktivitas tanaman padi pada lahan rawa yang pernah tanam hanya sebesar 3 ton/ha, sedangkan yang belum pernah tanam 2 ton/ha. “Dengan dolomit, kesuburan lahan rawa meningkat, sehingga produktivitas juga pasti akan naik,” katanya.

Adhie mengakui bahwa dolomit mampu memperbaiki kondisi lahan pertanian dan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, keunggulan dolomit yang digunakan pada lahan pertanaman padi di Jawa, ternyata tanaman padi petani lebih tahan terhadap hawa wereng batang cokelat.

“Jadi, dolomit bukan hanya memperbaiki kesuburan tanah, tapi juga meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama penyakit,” katanya.

Menurut dia, kemampuan dolomit memperbaiki kondisi tanah tidak dimiliki pupuk organik umumnya, bahkan sebenarnya dolomit juga sudah bagian dari pupuk organik dan bukan pupuk kimia.

“Kelebihan dolomit karena mengandung Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Zat itu sangat dibutuhkan tanah yang rusak dan masam untuk meningkatkan kesuburan lahan,” katanya.

Dengan adanya program Serasi, Adhie mengaku pihaknya berencana meningkatkan kapasitas produksi dolomit menjadi 1 juta ton pada 2020 seiring tingginya permintaan di pasar. “Saat ini kapasitas produksi pabrik diperkirakan sebesar 600.000 ton, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya sebesar 300.000 ton,” ujarnya.

Dia menargetkan, pada 2020 produksi dolomit bisa mencapai 1 juta ton. Untuk mendukung rencana itu, pihak perusahaan  melakukan investasi pembangunan pabrik baru sekitar Rp1 triliun.

Sementara itu, cadangan dolomit yang dimiliki PT Polowijo Gosari di Gresik diperkirakan sebanyak 500 juta ton dalam bentuk gunung seluas sekitar 700 ha.” Jika setahun saja produksinya sebanyak 2 juta ton, maka cadangan itu bisa mencapai 250 tahun,” ujarnya.

Program Serasi

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy mengatakan, program Serasi merupakan upaya pemerintah dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan petani dengan target seluas 500.000 ha.

Pada tahap awal akan dilakukan di Sumatera Selatan seluas 220.000 ha, Kalimantan Selatan 153.363 ha dan Sulawesi Selatan 33.505 ha. Pada mulanya memang hanya dua provinsi, yakni Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan masing-masing seluas 250.000 ha.

Tapi dalam perkembangannya, banyak daerah yang juga ingin mengembangkan lahan rawa. Di antaranya Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Riau.

“Banyak gubernur yang mengajukan ikut program Serasi. Setelah kami telusuri dan layak karena ada lahannya yang sesuai dan juga petani yang akan menggarap, maka provinsi yang bisa dialokasikan untuk program Serasi adalah Lampung, Kalteng, Kalbar dan Riau,” tuturnya.

Dalam program ini ada beberapa kegiatan, yakni Survei Investigasi dan Desain (SID), rehabilitasi jaringan irigasi, bantuan Alsintan pra dan pascapanen, bantuan saprodi, pengembangan usaha melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB), integrasi budidaya serta melibatkan petani milenial.

Kegiatan ini juga melibatkan TNI-AD dalam pendampingan pelaksanaan kegiatan untuk membantu dalam koordinasi antara Babinsa dengan petani. Selain itu juga dalam pelaksanaan SID, pendampingan proses pengerjaan fisik di lapangan serta membantu memastikan seluruh pekerjaan terlaksana dengan baik.

“Kerjasama dengan TNI AD ini mendapat respon positif. Apalagi, TNI mempunyai kepentingan dalam ketahanan pangan, sehingga menjadi tugas TNI juga,” ujar Sarwo.

Kementan juga terus bekerja dengan petani yang menggarap lahan rawa tersebut dengan bantuan ekskavator dan pompa gratis. Data Ditjen PSP mencatat, jumlah ekskavator yang telah diterjunkan ke provinsi pengembangan lahan rawa, yakni Sumatera Selatan sebanyak 71 unit, Kalimantan Selatan 67 unit ekskavator besar dan 16 unit ekskavator kecil, dan di Sulawesi Selatan sebanyak 25 unit ekskavator.

Jika raksasa tidur berupa rawa tersebut berhasil dibangunkan dan terbukti produktif, maka indeks pertanaman (IP) padi bisa mencapai tiga kali dalam setahun. “Sasaran kira ada dua, yakni peningkatan IP dan produktivitas,” ujarnya.

Di lokasi Serasi, kata Sarwo, selama ini IP-nya baru 1 dan 1,5. Dengan program Serasi, setidaknya nanti bisa naik menjadi 2, bahkan IP 3. Begitu juga produktivitas yang selama ini masih rendah hanya 2,5-3,5 ton/ha dapat ditingkatkan paling tidak menjadi 5 ton/ha. Di Desa Kandangan, Tanah Laut, dengan optimasi lahan rawa ada yang produktivitasnya mencapai 7 ton/ha.

Meski dalam optimasi lahan rawa tak semudah membalikkan telapak tangan, namun Sarwo optimis program Serasi bisa berhasil. “Dengan hasil itu kita optimis target pengembangan lahan rawa seluas 500.000 ha bisa tercapai. Apalagi, ekskavator sudah diterjunkan dengan jumlah yang cukup di masing-masing provinsi,” tuturnya.

Made Subiksa, Peneliti dari Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian mengatakan, budidaya di lahan rawa berbeda dengan di lahan kering.

Meski demikian, katanya, bukan tidak mungkin bisa meningkatkan produktivitas. Sebab beberapa daerah sudah membuktikan diri bisa berbudidaya di lahan rawa dengan produktivitas yang tidak kecil. Salah satunya dengan menggunakan dolomit. “Jadi, penggunaan dolomit di lahan rawa itu sendiri tidak hanya untuk pembenah tanah, tapi juga berfungsi sebagai pupuk,” jelas Made.

Made menjelaskan, fungsi dolomit sebagai pembenah tanah karena bisa meningkatkan pH tanah, mengurangi toksisitas Al dan Fe, memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas mikroba dan mempercepat mineralisasi bahan organik.

“Sedangkan dolomit berfungsi sebagai pupuk karena dolomit secara langsung meningkatkan unsur hara Ca dan Mg dan secara tidak langsung bisa meningkatkan ketersediaan hara P, N dan K serta unsur mikro,” terang Made. PSP