Komunitas Banyu Bening kembali melaksanakan tradisi tahunan Kenduri Banyu Udan, Jumat, 9 September 2022. Dalam acara ini disajikan Kirab Bregada Pangeran Cempa dengan pakaian tradisional khas keprajuritan, prosesi kenduri, potong tumpeng dan juga tari-tarian tradisional Riris Mangenjali. Ini menggambarkan wujud rasa syukur atas nikmat air hujan yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan prosesi ini sekaligus sebagai sarana kampanye kepada masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan serta menjaga kelestarian sumber air.
Air hujan adalah potensi sumber air yang belum banyak termanfaatkan dengan baik selama ini. Masyarakat banyak menganggap air hujan adalah air yang kotor. Namun pada kenyataannya air hujan adalah air bersih yang dapat dijadikan sumber air sehari hari. Air hujan sekaligus menjadi solusi berbagai masalah yang timbul akibat eksploitasi tanah yang merembet pada munculnya masalah-masalah yang lain. Setidaknya konservasi sumber daya air melalui pemanenan air hujan yang dilakukan masyarakat akan menyokong perubahan-perubahan lingkungan menjadi lebih baik.
Acara Kenduri Banyu Udan ini adalah yang ke-7 kalinya dan sekaligus Ulang Tahun Sekolah Air Hujan ke-3. Dilaksanakan di halaman Sekolah Air Hujan Banyu Bening di Dusun Tempuran, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY. Hadir dalam acara itu anggota Komisi VIII DPR Ri Sri Wulan, Sekretaris utama BNPB Lilik Kurniawan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman Epiphana Kristiyani, para pejabat terkait, NGO pemerhati lingkungan dari berbagai tempat di Indonesia, dan warga sekitar.
Menurut Arif dari Dinas Kebudayaan Sleman apa yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan ini benar benar sangat baik. Banyak sekali hal-hal yang bisa diambil manfaatnya, tidak hanya dari sisi mitigasi bencananya, bisa dari kesehatannya, kemudian dari unsur lingkungan hidupnya juga ada. Artinya terkait dengan pelestarian lingkungan hidup. Jadi memang sangat multi bidang.
“Secara budaya, ini multi bidang, tidak hanya dari dinas kebudayaan, dari lingkungan hidup tapi juga dari yang lain. Ini saling mendukung. Dari sisi kebudayaan sendiri artinya menjadi kekayaan budaya kami, disini ada event untuk banyu bening mengedukasi masyarakat terkait dengan cara-cara melibatkan budaya seperti ini,“ ujar Arif
Dalam kesempatan ini Kepala Sekolah Banyu Bening, Sri Wahyuningsih yang akrab dipanggil Yu Ning menyampaikan pada Komisi VIII DPR RI untuk ikut mendorong pemerintah agar serius memanfaatkan air hujan untuk kemanusiaan. Permintaan ini disampaikan karena selama ini pemerintah dinilai masih belum serius ikut memanfaatkan air hujan. Yu Ning mengaku sering diminta instansi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan sosialisasi dan berbagi pengalaman bagaimana memanfaatkan air hujan. Namun, hingga kini instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah belum ada yang serius ikut membuatkan penampungan air hujan.
Menurut Yu Ning apa yang dilakukan di Sleman ini adalah melakukan upaya konservasi sumber daya air dan upaya mitigasi bencana yang berbasis masyarakat Hal ini bisa nantinya diaplikasi atau menjadi bentuk nyata, menjadi sebaran kegiatan di seluruh Indonesia. Di dapil-dapil ini menjadi percontohan kecil, setidaknya menjadi kesadaran dengan memanfaat potensi air hujan yang selama ini belum terpikirkan sama sekali.
“Harapan kami memang dengan hadirnya dewan ini benar-benar sebagai wakil rakyat bisa menyampaikan, meneruskan pesan kami untuk seluruh rakyat Indonesia, ada solusi ketika kita bicara bencana atau banjir. Ketika ada permasalahan air, kami sudah melakukan seperti ini, kita ada solusi, “ kata Yu Ning
Sri Wulan, anggota komisi VIII DPR RI sangat mengapresiasi kegiatan komunitas banyu bening. Menurutnya itu kegiatan yang luar biasa, kesadaran sendiri dari masyarakat kita tentang mitigasi kebencanaan tidak harus melalui, tidak harus meminta dari pemerintah, tapi bagaimana memunculkan rasa kepercayaan sendiri.
Lebih lanjut Wulan mengatakan, Tuhan menciptakan dengan banyak anugerahnya khususnya air yang diturunkan melalui hujan, ini luar biasa. Tidak hanya meminumnya, tapi bisa mengelola dan akhirnya bisa memanen dan memanfaatkan sedemikian rupa sehingga bermanfaat untuk semuanya. Wulan mengajak untuk sama-sama bergandengan tangan. Masyarakat bisa mengentaskan permasalahan, kekeringan dan hujan ini faktor dari kita semuanya, dan disadari maupun tidak, bahwa sebenarnya Tuhan menciptakan sebab akibat semuanya ini pasti bisa terselesaikan dengan baik.
“Saya berharap apa yang saya langsung sampaikan ke BNPB ini jangan terputus sampai disini. Kita sama-sama menyuarakan, ini juga akan menjadi roll model. Ini bisa kita kembangkan, bisa lebih banyak lagi. Bagaimana masyarakat bisa berdiri diatas kaki sendiri dengan apa yang diberikan Tuhan yang begitu luar biasa. Saya salut dan saya sangat apresiasi dengan kegiatan hari ini. Terimakasih saya akan melanjutkan dan saya janji saya akan menyuarakan impian gede ini, bahwa ini ada anggaran untuk kedepannya,“ janji Wulan
Sementara itu Bupati Sleman dalam sambutannya yang dibacakan oleh Epiphana Kristiyani Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian masyarakat dalam konservasi lingkungan dan pemanfaatan air hujan. Ini dapat semakin menggugah kesadaran bersama untuk lebih menghargai arti penting air sebagai kebutuhan utama. Terlebih Kabupaten Sleman, yang merupakan kawasan resapan air, yang menjadi tumpuan suplai air di Daerah Istimewa Yogyakarta. Air memiliki peran yang sangat penting bagi setiap makhluk hidup. Patut bersyukur bahwa wilayah kita merupakan wilayah hidrologis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Selain itu wilayah Kabupaten Sleman sendiri memiliki ketersediaan air yang cukup melalui banyaknya sumber mata air.
Namun demikian Bupati mengingatkan, kita semua tidak boleh terlena dengan kondisi ini, sehingga kita dapat menggunakan air dengan efisien. Pemerintah Kabupaten Sleman juga senantiasa mengupayakan pengelolaan sumber daya air sesuai yang diamanatkan oleh UU RI no.17 th 2019 tentang Sumber Daya Air yaitu yang pertama adalah konservasi sumber daya air, yang kedua pendayagunaan sumber daya air, yang ketiga pengendalian daya rusak air.
Dalam kesempatan yang sama sekretaris utama BNPB Lilik Kurniawan mengatakan yang dilakukan Yu Ning dan kawan-kawan dengan Komunitas Banyu Beningnya merupakan suatu rangkaian terkait dengan gerakan pengurangan resiko bencana. Bencana terus terjadi di Indonesia, semakin hari bencana bukan berkurang, meningkat dan meningkat. Di Indonesia bencana yang paling besar adalah bencana yang terkait dengan Hidrometeorologi, dengan iklim dan cuaca. Iklim dan cuaca itu nanti ujung-ujungnya adalah hujan. Kadang-kadang air hujan disalahkan sebagai penyebab terjadinya bencana. Hujan akan turun sesuai dengan rumahnya, dia akan mengikuti aliran sungainya. Tetapi kalau lingkungannya rusak, rumahnya tadi, sungainya makin rusak, apalagi sungainya kemudian diperkecil, ditambah bangunan kanan kiri, itu yang membuat bencana.
“Ini gerakan mengurangi resiko bencana. Tidak bisa hanya salah satu saja yang melakukan, pemerintah. Tidak bisa. Semua harus terlibat, dinas-dinas di luar lain pun harus terlibat, semua punya peran termasuk masyarakat. Cara kita menangani bencana harus dengan gerakan, secara bersama-sama,” ujarnya
Lilik memberi contoh gerakan menangani covid 19. Belajar dari covid, cara menangani covid 19, itulah cara gerakan. Semua melakukan, siapapun orangnya semua melakukan. Walaupun dia hanya di rumah saja tidak keluar rumah itu juga punya peran disitu. Yang diluar rumah ikut sosialisasi, keluar membantu orang yang sakit, ada relawan, ambulan. Itulah gerakan. Dan hasil dari gerakan itu adalah ada yang menyebut sebagai sekolah gunung, sekolah laut, apa yang kita lakukan di gunung itu harus dilakukan bersama-sama sebagai satu gerakan. Yang dilakukan di sekitar sungai, dilakukan di laut juga dilakukan sebagai satu gerakan. Aturannya juga harus saling mendukung dan yang melakukan juga harus saling mendukung satu sama lain. Itu yang dinamakan satu gerakan.
Menurut Lilik, untuk sekolah banyu udan, Yu Ning dan bang Udin ini menemukan satu inovasi dimana air hujan yang sudah ditampung kemudian dengan elektrolisis dipisahkan antara asam dan basa. Bisa dinikmati, bahkan mendapatkan kenyataan bahwa tubuh bisa segar setelah minum itu. Ini yang bisa dimanfaatkan dan dinikmati. Memanfaatkan air hujan berkah bagi semua dan cara mensyukuri dengan kenduri memanjatkan doa untuk bersyukur, itu ada hubungan dengan penanggulangan bencana.
“Salah satu tujuan dari penanggulangan bencana adalah menghormati, menjunjung kearifan lokal, nilai-nilai budaya lokal. Kalau kita tanya apa salah satu tujuan penanggulangan bencana? Mendukung kearifan lokal seperti ini untuk kemudian mengajak semua pihak melakukan hal yang sama.” tuturnya. *** Anna Zulfiyah