
Sejumlah kalangan yang bergerak di bidang pertanian mendukung penguatan cadangan pangan nasional melalui berbagai program dan kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan). Salah satunya program percepatan tanam serta program jangka panjang pembukaan laham baru food estate (lumbung pangan) yang digagas Presiden Joko Widodo.
Direktur Perhimpunan Agronomi Pertanian (Peragi), Dwi Asmono mengatakan, pihaknya akan mengawal kebijakan dan kajian strategis pemerintah dengan melakukan penelitian berkelanjutan.
“Kami mendukung Kementan dengan memberikan saran inkubasi bisnis, pelatihan dan pendampingan serta mediasi antarmasyarakat terkait program percepatan tanam dan food estate,” ujar Dwi di Jakarta, Minggu, (11/10/2020)
Menurut Dwi, program percepatan tanam di lahan food estate adalah kolaborasi ideal dalam memperkuat ketahanan cadangan pangan. Meski demikian, program tersebut harus dilakukan analytic framework. “Saya yakin program food estate di Kalimantan Tengah sudah available. Tentunya ini harus kita kawal dan dukung bersama,” katanya.
Dari sisi on farm, kata Dwi, yang menjadi faktor penentu produksi adalah melakukan pemilihan bibit unggul, pengelolaan tanah yang baik, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta pengairan yang baik. “Kemudian dari sisi off farm adalah bagaimana kita harus memperhatikan pasca panen sertanya serta pemasaran hasil,” katanya.
Sementara Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyebut program food estate merupakan suatu keniscayaan yang harus dibangun dari sekarang. Apalagi, setiap tahun jumlah penduduk Indonesia meningkat 1,3%. “Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kementan dalam menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Oleh karena itu, Winarno menyebut peran BUMN dan BUMD sangat diperlukan dalam mendukung kelancaran program food estate agar berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan program food estate memerlukan kelengkapan sarana dan prasarana yang baik.
“Kelengkapan on farm harus tersedia mulai dari benih, pupuk, pestisida, traktor roda 4. Selain itu, dukungan dari teknologi modern sudah harus diterapkan,” katanya.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edy menjelaskan, kunci dari budidaya pada program food estate adalah ketersediaan air, benih berkualitas, dan pupuk yang tepat. “Berangkat dari hal tersebut, kami dari Kementan mencoba mengintervensi jaringan-jaringan Pertanian yang rusak, sehingga kami bisa mengetahui lebih detail apa saja yang diperlukan,” tuturnya.
Menurut Sarwo, Kementan juga berupaya mengubah cara bertani tradisional ke modern dengan teknologi yang sudah ada. Dengan begitu, diharapkan produktivitas bisa meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan cadangan pangan.
“Kami sudah siapkan Alstinan traktor roda 2 dan 4 untuk mengolah lahan, untuk tanam kita siapkan transplenter, ada combine harvester juga untuk membantu petani saat panen, termasuk melakuan bantuan RMU dan dryer,” tegasnya.
Perlu diketahui, lahan keseluruhan untuk program food estate di Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektare (ha). Terdiri dari lahan fungsional atau intensifikasi seluas 85.456 ha dan lahan sisa fungsional atau ekstensifikasi 79.142 ha.
Sedangkan yang akan digarap di tahun 2020 adalah seluas 30.000 ha, dan tersebar di Kabupaten Kapuas seluas 20.000 ha dan Kabupaten Pulang Pisau 10.000 ha.
Pertanian Modern
Presiden Joko Widodo meninjau percontohan kawasan food estate di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Kamis (8/10/20).
Presiden menyampaikan kawasan food estate di Provinsi Kalteng akan di garap seluas 168.000 ha dan pada tahun 2020 dikerjakan seluas 30.000 ha sebagai model percontohan di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 ha dan Kapuas 20.000 ha.
“Di sini misalnya pemupukan kita memakai drone, untuk membajak sawah memakai traktor apung. Saya tanya tadi satu hari bisa berapa hektare? Operator mengatakan bisa 2 ha. Inilah kecepatan,” terangnya.
Sementara Mentan Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, food estate merupakan salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024 guna membangun lumbung pangan nasional. Upaya ini dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan, pemberian perlindungan sosial, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional.
Syahrul menambahkan, pengembangan kawasan food estate di Provinsi Kalteng dilakukan dengan teknologi optimalisasi lahan rawa secara intensif, guna meningkatkan produksi dan indeks pertanaman (IP). Pengembangan pertanian dilakukan melalui teknologi modern yang sudah ada. Kawasan pengembangan food estate, akan dibangun model bisnis korporasi petani dengan melibatkan kelompok tani di lahan per 100 ha, dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di lahan per 1.000 ha.
“Semua dalam bentuk hilirisasi dan semua industrinya harus dirancang dengan baik. Pengembangan lahan food estate ini merupakan model percontohan, sehingga didalamnya kita harus kembangkan korporasi dalam kelompok yang besar,” ucapnya. HMS