Petani yang sudah ikut program asuransi pertanian tidak perlu lagi khawatir dengan gagal panen yang disebabkan bencana alam seperti banjir, kekeringan atau kena serangan hama. Kerugian akibat bencana tersebut akan diganti pihak asuransi, yaitu PT Jasindo, sebesar Rp6 juta/ha.
Itulah keuntungan yang diperoleh petani peserta asuransi. Apalagi, untuk ikut program asuransi ini, petani cukup mengeluarkan uang premi sebesar Rp36.000/hektare. Sedangkan sisanya dibayar oleh pemerintah (subsidi) sebesar Rp144.000/ha.
Hal itu yang dialami oleh petani di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Banjir yang terjadi dan merendam tanaman padi mereka tidak membuat ,ereka cemas. Pasalnya, lahan sawah yang terendam banjir itu akan di-cover asuransi.
Buat petani ini jelas sangat membantu dan menguntungkan karena mereka tak perlu lagi mencari pinjaman untuk melanjutkan usaha taninya. Pengalaman ini semestinya bisa dijadikan pelajaran petani untuk ikut asuransi, sehingga padi sawah yang ditanam terlindungi dari kerugian.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban telah mendata luasan lahan persawahan yang terdampak banjir. Lahan sawah terdampak banjir yang ada tanamannya akan mendapat ganti rugi premi dari pihak asuransi.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, Murtadji mengatakan, petani akan mendapat premi dari kerugian akibat banjir. Nilai ganti rugi per hektare (ha) lahan sawah yaitu Rp6 juta.
“Jadi, para petani akan mendapat ganti rugi dari asuransi PT Jasindo. Per hektare lahan sawah nilainya Rp6 juta. Itu bagi sawahnya yang kena banjir,” ujar Murtadji, Minggu (17/3/2019).
Dia menjelaskan, saat ini jumlah luas lahan terdampak banjir yang sudah terdata seluas 145,38 ha. Untuk jumlah total kerugian secara keseluruhan nanti tinggal dikalikan. Jadi, 145 x Rp6 juta, hasilnya sekitar Rp870 juta.
Luas lahan terdampak itu berada di Kecamatan Plumpang, Widang, Tambakboyo, Jenu, Palang dan Rengel. Hanya saja masih ada sisa lahan yang masih dalam proses hitung, yaitu di Kecamatan Rengel dan Kecamatan Soko. “Masih dalam proses hitung untuk sawah yang kena banjir, yaitu di Kecamatan Rengek dan Soko,” tegasnya.
Terus Dorong Ikut Asuransi
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, pemerintah akan memberikan bantuan bagi para petani yang sawahnya terdampak banjir. Bantuan itu terbagi menjadi dua kategori, yakni sawah dengan asuransi tani dan sawah tanpa asuransi tani.
“Bagi petani yang sawahnya memiliki asuransi tani, pemerintah akan memberikan kompensasi senilai Rp6 juta/ha. Sementara untuk petani yang sawahnya tidak memiliki asuransi tani hanya akan diusulkan pemberian bibit gratis,” ujar Sarwo Edhy.
Dia menjelaskan, kalkulasi kompensasi asuransi itu sudah diperhitungkan dan diperkirakan cukup bagi petani untuk melakukan budidaya lahannya — mulai dari pengolahan lahan, membeli benih, dan juga pupuk.
“Mengingat cuaca yang tidak menentu, kami terus dorong petani mengasuransikan lahannya sebelum tanam. Ini agar lebih aman dan nyaman dalam usaha taninya,” kata Sarwo Edhy.
Dia menjelaskan, banjir yang menerjang lahan persawahan di wilayah Jawa Timur belum mengganggu aktivitas pertanian. Sejumlah daerah melaporkan sudah mulai panen. Menurutnya, kategori banjir yang meredam areal persawahan dapat dikatakan mengganggu tergantung dari umur tanaman yang terdampak serta tinggi genangan.
“Itulah pentingnya mekanisasi pertanian. Kita harus siap selalu pompa air apabila terjadi banjir atau kekeringan,” ujarnya.
Data Ditjen PSP, Kementan mencatat, pada tahun 2015 ada 42.030 ha yang mengikuti AUTP, akumulasi tahun 2016 seluas 499.999 ha.
Tahun 2017 tercatat seluas 997.960 ha dan pada tahun 2018 sebanyak 246.785 ha dengan akumulasi per tahun 2018 adalah 1.744.745 ha lahan yang diasuransikan. “Minat petani ikut asuransi terus meningkat,” katanya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Indonesia (KTNA), Winarno Tohir menilai, Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sangat membantu para petani dalam melakukan asuransi terhadap lahan yang digunakan untuk menanam.
Di tahun keempat pelaksanaan asuransi ini, jumlah lahan yang di-cover sudah di atas target 1 juta ha. “Sudah bagus, sudah berjalan kurang lebih 4 tahun. Dari awal disiapkan 1 juta ha. Di tahun pertama terserap 35%, di tahun kedua naik jadi 75% dan tahun ketiga 100%. Pada tahun keempat sudah melebihi target 1 juta ha untuk asuransi pertanian,” tegasnya.
Winarno menyebutkan, untuk klaim yang dilakukan petani terhadap beberapa masalah pertanian yang kerap terjadi, seperti banjir, serangan hama penyakit dan kekeringan juga tidak mengalami kendala.
“Hampir dikatakan tidak ada kendala, realisasi lancar dan tidak terlalu masalah, karena jumlahnya enggak banyak,” jelasnya.
Winarno menyebutkan, total klaim saat ini cukup banyak dengan pengajuan sekitar 36 juta petani dengan nilai klaim rata-rata di angka Rp3 juta-an. Pemerintah melalui program AUTP memberikan tanggungan sebesar Rp6 juta/ha. PSP