Modernisasi pertanian akan hantarkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Untuk itu, alat dan mesin pertanian (Alsintan) jadi salah satu upaya pemerintah membangun pertanian modern.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Momon Rusmono mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045 perlu dilakukan berbagai langkah.
Ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan, salah satunya dengan pendekatan modernisasi pertanian. “Kita akan mengoptimalkan pemanfaatan Alsintan sehingga lebih efisien, lebih murah dengan kualitas produk yang lebih baik,” tutur Momon di Bekasi, pekan lalu.
Adanya bantuan Alsintan yang diberikan kepada petani/kelompok tani memang menjadi tanda beralihnya pertanian Indonesia dari tradisional menuju modernisasi. Bahkan, sejak tiga tahun terakhir, makin mudah menemukan petani di sawah-sawah sedang menggunakan Alsintan, baik saat pengolahan lahan, tanam hingga panen.
Alsintan juga bukan sekadar membantu petani mengatasi makin berkurangnya tenaga kerja pertanian, tapi juga lebih efisien dalam mengerjakan usaha tani.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengakui, pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sekitar 720.000 unit dengan berbagai jenis. Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500% dari sebelumnya.
Data Ditjen PSP, sejak tahun 2015 pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit.
Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan Brigade Alsintan. Sedangkan tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan Alsintan sebanyak 50.000 unit.
Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20.000 unit), Traktor Roda empat (3.000 unit), Pompa Air (20.000 unit), Rice Transplanter (2.000 unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
UPJA Tumbuh
Modernisasi pertanian melalui mekanisasi pertanian dalam kurun empat tahun tak hanya berdampak positif terhadap peningkatan produksi pertanian. Tetapi juga mendorong sejumlah kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) untuk membentuk Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA).
Terbentuknya UPJA menjadi motor baru penggerak ekonomi pedesaan. Bukan sekadar mendorong pergerakan pembangunan pertanian, keberadaan UPJA menjadi kegiatan usaha lain bagi petani, khususnya Poktan dan Gapoktan.
UPJA Karya Bersama yang berada di Desa Megoten, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak, contohnya. Mereka berupaya menambah jumlah Alsintan untuk optimalisasi dan pengembangan usahanya.
Apalagi, kini seiiring mulai sadarnya petani menggunakan Alsintan membuat makin banyak menerima pesanan sewa Alsintan saat musim tanam dan panen tiba. “Karena yang meminjam atau menyewa Alsintan cukup banyak, beberapa petani terpaksa antre untuk mendapatkannya,” ujar Manajer UPJA Karya Bersama, Muhson.
Muhson mengungkapkan, untuk mengantisipasi antrean petani yang akan menyewa Alsintan, manajemen UPJA tahun ini berencana akan menambah jumlah Alsintan.
Alsintan yang akan ditambah itu di antaranya rice transplanter yang semula hanya 2 unit, saat ini sudah bertambah 1 unit. “Kami juga berencana membeli Alsintan lainnya, seperti combine harvester sebanyak 1 unit supaya UPJA yang kami kembangkan ini usahanya bisa lebih optimal lagi,” katanya.
Muhson berpendapat, penambahan jumlah Alsintan seperti traktor dan combine harvester sangat relevan untuk pengembangan usaha UPJA. Saat ini, UPJA Karya Bersama memiliki traktor roda 4 (TR 4) 1 unit, traktor roda 2 (TR 2) 4 unit, dan combine harvester (CH) 2 unit. “Khususnya combine harvester ini kami harapkan tahun ini bisa nambah satu lagi,” ujarnya.
Harapan Muhson, dengan penambahan CH membantu manajemen UPJA berekspansi ke daerah lain. Selama ini, menurutnya, daerah lain mengalami kekurangan Alsintan, bahkan ada yang sempat datang untuk menyewa Alsintan ke UPJA Karya Bersama. Di antara daerah yang akan menjadi sasaran sewa CH itu adalah petani di Kecamatan Gajahan dan Karanganyar, Kabupaten Demak bagian utara.
“Kalau di desa kami sedang panen, CH ini akan kami fokuskan untuk petani anggota Gapoktan terlebih dahulu. Nah, kalau di desa kami sedang tak ada panen, CH ini bisa kami sewakan ke daerah lain,” papar Muhson.
Kendati Alsintan mereka sudah merambah ke daerah lain, manajemen UPJA Karya Bersama yang berada di bawah naungan Gapoktan Karya Bersama tetap komitmen memberi kemudahan sewa Alsintan ke anggotanya yang berjumlah 125 orang (5 kelompok tani).
Muhson mengatakan, ongkos sewa Alsintan ke anggota Gapoktan Karya Bersama pun dipatok dengan harga yang terjangkau. Contohnya, petani yang sewa traktor roda 4 dan 2 hanya dikenakan ongkos sewa Rp450.000/bahu atau Rp680.000/ha.
Sedangkan petani yang berada di wilayah kerja UPJA hanya dikenakan sewa combine harvester dengan harga Rp1 juta/ha. Kemudian, untuk sewa rice transplanter dipatok dengan harga Rp1,5 juta/bahu, atau sekitar Rp2 juta/ha.
Tercatat pendapatan UPJA pada tahun 2018 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila pendapatan UPJA pada tahun 2017 sebesar Rp100 juta, maka target pendapatan UPJA tahun 2018 sebesar Rp120 juta sudah tercapai. Untuk tahun ini ditargetkan meningkat sebesar 10% dibanding tahun 2018. PSP