Lestarikan Bumi Dengan Eco-Enzyme

Penggiat lingkungan, dr. Lusia Anggraini

Sampah sering dianggap negatif, kotor, bau dan mendatangkan penyakit. Sampah-sampah itu dekat dengan kita, ada di sekitar kita. Salah satu jenis sampah yang sering berada di rumah adalah sampah organik. Setiap hari dihasilkan dan dibuang percuma.

Padahal, jika orang memahami, apa yang sering disebut sampah dan sering dibuang percuma itu punya banyak manfaat.  Jika diolah dengan benar, orang mungkin akan berfikir panjang untuk membuangnya. Pasalnya, sampah bisa diolah, misalnya dibuat menjadi pupuk kompos atau dibuat menjadi eco-enzyme.

Pupuk kompos mungkin di telinga lebih familiar, bagaimana dengan cco-enzyme? Ternyata, banyak yang masih belum mengenal eco-enzyme beserta manfaatnya. Untuk mengenal lebih jauh tentang eco-enzyme dan cara membuatnya, Agro Indonesia berkesempatan bincang-bincang dengan dr. Lusia Anggraini, di sanggarnya Jl Babasari, gang Purisari 11 B Yogyakarta. Wanita ramah itu merupakan lulusan S2 Program Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta.

Meski banyak aktivitas lain, Lusia giat menggeluti eco-enzyme karena manfaatnya yang sangat banyak dan dapat membantu menjaga, memperbaiki kualitas lingkungan.

Sebenarnya apa arti eco-enzyme?

Eco-enzyme prinsip dasarnya fermentasi. Prinsip dalam  proses pembuatan enzym adalah fermentasi. Eco-enzyme adalah hasil olahan bahan organik yang difermentasi dengan menggunakan gula dan air. Bahan organik  dapur dapat berupa kulit, tangkai buah dan sayuran. Sebenarnya fermentasi itu adalah sesuatu yang sudah ada sejak dahulu bahkan sudah ribuan tahun dan banyak sekali sebenarnya produk produk berbasis fermentasi seperti youghurt, tempe, tauco, kecap. Hanya saja produk itu pakai biang, prosesnya cepat. Sedangkan eco-enzym ini tidak pakai biang. Prosesnya lama, bisa sampai 3 bulan, minimal 3 bulan.

Apa yang melatar belakangi menggeluti eco-enzyme?

Banyaknya sampah organik yang ada dalam rumah tangga yang terbuang percuma. Bagaimana  kita masing-masing di dalam rumah tangga mengolah sampah organiknya sehingga tidak dibuang ke TPA yang akhirnya terjadi pembusukan di TPA. Mubazir, menghasilkan gas metana dan sebagainya. Kita mulai dari rumah dan mengolah sampah organik menjadi sesuatu yang bermanfaat dan juga bisa membantu melestarikan bumi. Eco-enzym banyak gunanya,  bisa digunakan untuk banyak hal bukan hanya untuk pertanian, untuk lingkungan juga bisa mengatasi pencemaran air, udara, tanah, kemudian bisa digunakan untuk keperluan pribadi.

Bisa untuk untuk campuran sampo, sabun mandi, cuci tangan, detergen. Untuk apa, supaya zat-zat kimia yang ada dalam sampo, sabun mandi bisa dinetralkan dengan eco-enzyme dan mengurangi pemakaian detergen bahan kimia.

Eco-enzyme pertama kali ditemukan dan dikembangkan di Thailand oleh Dr. Rosukan yang aktif pada riset mengenai enzym selama lebih dari 30 tahun. Beliau sendiri tidak mematenkan hasil penelitiannya. Kenapa, karena beliau berharap semakin banyak orang yang membuat eco-enzyme supaya mengurangi sampah organik. Kemudian dilanjutkan oleh Dr. Joean Oon dari Malaysia,  membantu untuk menyebarluaskan segudang manfaat dari eco-enzyme ini. Di Indonesia teman-teman dari Batam belajar dari Malaysia ini. Kemudian disosialisasikan.

Jika banyak guna, kenapa masyarakat masih engggan menggeluti Eco-enzyme?

Ini tantangannya. Pertama selama ini orang masih ragu apa benar eco-enzym ini bisa bermanfaat. Tantangan ini menjadi kita lebih bersemangat karena kita juga didukung oleh banyak orang yang memang peduli terhadap lingkungan, gerakan bumi bersih, orang yang sadar tentang masalah sampah, jadi  orang mulai banyak yang tertarik. Kedua masih banyak pemikiran atau pandangan membuat eco-enzyme ini repot. Sama seperti memilah-milah sampah. Kenapa harus dipilah-pilah? Repot banget, begitulah anggapannya. Ini merupakan tantangan bagi kami, bagaimana menyadarkan masyarakat.  Padahal sebenarnya kalau kita mau menyadari, kita yang sudah terlalu lama merepotkan bumi. Berapa banyak sampah yang sudah kita kita buang ke bumi, yang merepotkan bumi untuk mengurainya secara alam.

Jadi kita bukan hanya sekedar membuat eco-enzyme tapi juga membangun kesadaran masyarakat untuk bagaimana mencintai bumi tempat tinggal bersama. Intinya terjadi apa-apa dengan bumi,  tentu efeknya yang paling merasa kita  juga, manusia juga. Kesadaran itulah yang harus ada. Karena dengan kesadaran yang benar, kita bisa membantu bumi. Jadi tidak ada kata kata repot lagi. Kalau kita membuatnya dengan penuh kesadaran pada akhirnya kita juga yang mendapatkan manfaat.

Manfaatnya?

Dengan Eco-enzyme ini kita juga mengurangi penggunaan zat-zat kimia dalam rumah tangga kita, mengurangi pencemaran bumi. Efeknya dari mulai kita memungut sampai kita memanfaatkan, itu mempunyai satu efek yang  besar bagi diri kita karena dengan mengurangi zat kimia, hidup kita lebih baik, lebih sehat.

Secara rinci, eco-enzyme mampu membunuh bakteri dan jamur, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti pembersih dan pestisida berbahan kimia. Dicampur air bisa untuk ngepel, untuk cuci piring, jika dicampurkan sabun  bisa membersihkan minyak, akan keset.

Sebagai cairan pembersih, eco-enzyme bisa digunakan sebagai cairan pembersih ramah lingkungan. Kalau eco-enzyme dicampur dengan air, bisa untuk merendam sayuran dan buah buahan, bisa melepaskan pestisida dan herbisida yang ada dalam sayuran dan buah buahan kita.

Sebagai pupuk tanaman. Setelah cairan fermentasi selesai, hasilnya dapat dipakai sebagai pupuk tanaman. Namun, tidak langsung digunakan pada tanaman. Campurkan air secukupnya sebelum dijadikan pupuk organik pada tanaman. Atau ditimbun dalam tanah dengan jarak tertentu.

Membantu melestarikan lingkungan sekitar.  Menghilangkan bau ruangan, bisa disemprotkan dalam ruangan, bisa menghilangkan bau. Juga dapat membersihkan sungai dan danau yang tercemar ini juga sudah sering dilakukan. Bisa untuk menghilangkan bau toilet/kloset misal di septik tank proses pembusukan tidak berjalan dengan baik, bisa menuangkan eco-enzyme, supaya prosesnya jadi bagus

Pengobatan luar, untuk luka, untuk obat luar, banyak sekali pengalaman empiris seperti luka lecet, luka terbakar, diabetes, luka digigit serangga, dan terapi untuk stroke.

Bagaimana cara membuatnya?

Ada rumusnya 1:3:10,  gula:bahan organik:air.  1 kg gula, gula yang putih, gula yang tidak mengalami satu proses yang menghilangkan zat-zat tertentu. Kita sarankan jangan gula pasir, tapi  gula merah atau gula aren, yang paling bagus gula molase. Molase ini gula tetes tebu. Dicampur dalam wadah dan ditutup rapat. Selama 3 bulan. Jadi sebenarnya tidak repot. Orang berfikir ini repot, padahal bahannya ada disekitar kita.

Bagaimana masyarakat bisa merespons Eco-enzyme?

Kita punya komunitas namanya Eco-enzyme Nusantara. Komunitas se-Indonesia mulai Sumut sampai Papua, sebagian besar provinsi di Indonesia sudah ada komunitasnya. Sebelum pandemi sering sosialisasi langsung, saat pandemi mulai online, sosialisasi lebih banyak ke online. Eco-enzyme Nusantara untuk memberikan, melakukan sosialisasi dan mengikat semacam persaudaraan antar para relawan yang ada di berbagai wilayah. Juga memberikan pemahaman yang benar tentang eco-enzyme pada para relawan relawan. Ada leader-leader  di daerah, di provinsi membawahi orang-orang memang mau secara rela, ikhlas menyumbang, menyebar luaskan informasi berkaitan dengan eco-enzym.

Bagaimana teknisnya kondisi pandemi?

Ada kelas, khusus DIY ini punya kelas kuliah whatsapp. Tetapi yang ikut tidak hanya dari  DIY, banyak dari luar DIY, bahkan ada yang dari luar negeri juga.  Kita sudah melatih relawan pengajar di klas kuliah whatsapp ini. Ini sudah kelas yang   ke-10, butuh sampai full 200- an. Kuliah 3 hari setiap malam, kita adakan kuliah. Topiknya setiap hari berbeda, malam 1 topiknya cara pembuatan, apa-apa yg diperlukan, lalu dibuka sesi tanya jawab. Hari kedua dan ketiga materi lain. Kita dampingi terus sampai selesai, cara panennya  bagaimana. Memang harus telaten, seperti pelatihan. Harus didampingi.

Bagaimana dengan peluang bisnisnya?

Nah ini, ada satu komitmen dari kami, karena dari Dr. Rosukan sendiri tidak mematenkan dengan harapan setiap orang bisa membuat, banyak yang membuat maka kami sendiri relawan nusantara punya satu komitmen bahwa; pertama ilmu tentang eco-enzym ini saat sosialisasi kami tidak akan menarik biaya, jadi sosialsasi yang kami lakukan harus dilakukan secara sukarela tulus ikhlas tidak menarik bayaran pamrih. Kedua eco-enzyme yang kami hasilkan ini tidak boleh kami jual, atau dijual belikan. Dr. Rosukan sendiri membagikan ilmu itu secara gratis, maka kami tidak boleh menjual ilmu ini.

Tapi ada yang menjual?

Kami juga melihat jika dibuka online, memang ada yang seperti itu. Tetapi sekali lagi kami sendiri dari Eco-enzyme Nusantara para relawan tegaskan tidak boleh jual. Tapi  kalau produk turunannya  dari Eco-enzym, misal membuat, mengolah dengan dicampur sabun, misal sabun Eco-enzyme, dicampur pupuk jadi pupuk Eco-enzyme, produk turunan, sesuai kreativitas masing masing bikin apa, ditambahkan Eco-enzym, dijual silahkan. Tapi Eco-enzyme nya sendiri komitmen  tidak boleh dijual, dan selama ini komitmennya sama. Kami para leader, relawan yang memang sudah mengaku sebagai relawan, sesuai komitmen.

Harapan ke depan?

Saya berharap lebih banyak  yang bisa membuat eco-enzyme, mengolah sampah organik di rumahtangganya masing-masing. Kedua ini bisa kerjasama dengan pemerintah daerah, dan pusat dan bisa bermanfaat, bisa digunakan seluas-luasnya untuk semua, untuk kebaikan bangsa dan negara.

Misi visi?

Eco-enzyme Nusantara ingin mewujudkan kembali agar bumi kita ini  lestari. untuk kelangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi. Saya pribadi  bisa memberikan manfaat buat semua orang, entah itu melalui eco-enzym atau melalui yang lain.

Anna Zulfiyah