Mekanisasi dan Pupuk Dekomposer Atasi Karhutla

Mekanisasi pertanian yang dilakukan bersamaan dengan dekomposer menjadi salah satu alat olah tanah tanpa melakukan pembakaran. Pasalnya, pupuk dekomposer dinilai mampu bekerja cepat untuk mengurai tanah.

“Mentan prihatin dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi sekarang ini. Mentan minta jajarannya menyiapkan Alsintan untuk mencegah kebakaran di musim kering,” kata Penasehat Senior Menteri Pertanian, Dr. Sam Herodian.

Menurut Sam, mekanisasi dan teknologi dekomposer yang dimaksud mampu mengerjakan pembajakan lahan secara terukur karena pola tanamnya sudah menggunakan piringan dan mesin pencacah tanah.

Proses tersebut dimaksimalkan dengan biokomposer dan benih unggul yang cocok dengan tanah yang digarap. “Nah, sisa kayu yang ada juga kita berikan Biocat untuk menahan air. Kita sudah membangun embung. Intinya adalah, kalau petani semangat, pemerintah pusat semangat memberikan berbagai bantuan,” katanya.

Sam memastikan, jika pola tanam ini berjalan dengan baik, maka ke depan pemerintah akan mengembangkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) untuk membuka lahan sekitar 20.000 hektare (ha) di Provinsi Riau.

Dia menambahkan, penggunaan Alsintan yang diberikan Kementan mendapatkan apresiasi Bappenas sebagai pendorong kemajuan ekonomi daerah. Pasalnya, setiap peningkatan 1% belanja Alsintan mendorong 0,33% peningkatan PDB subsektor pertanian, peternakan, perburuhan, dan jasa pertanian di daerah.

Bappenas mengatakan, pencetakan lahan baru, penambahan lahan pertanian produktif, peningkatan produksi produk pertanian dan pemanfaatan mekanisasi agar terus dijalankan.

Ramah Lingkungan

Kepala Badan PPSDMP, Dedy Nursyamsi mengatakan, pemerintah meminta penyuluh pertanian terus memberikan edukasi olah lahan tanpa bakar. Manfaat pengelolaan lahan tanpa bakar dengan menggunakan mekanisasi dan teknologi dekomposer sangat ramah lingkungan.

Selain itu juga mempertahankan bahan organik tanah dan sejumlah hara tanah serta mengurangi emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati, menghindari masalah hukum yang merugikan.

Kementan berharap hal ini akan membantu mengurangi polusi udara akibat kebakaran, kabut asap (haze) yang mengganggu kesehatan, transportasi dan berbagai aktivitas ekonomi, serta mengurangi risiko kebakaran.

Petani di Desa Agro Wisata, Awaldi Hasibuan mengaku, penggunaan mekanisasi membantu petani, bahkan produksi tanaman cenderung meningkat. “Alhamdulillah tanaman sayuran dan buah pada bagus semua. Produksi berjalan cepat karena pengolahan tanah sudah menggunakan mesin,” katanya.

Provinsi Riau sendiri terus mendorong para petani untuk menyiapkan lahan tanpa pembakaran (zero burning). Dorongan ini sejalan dengan terbitnya Undang-undang Perkebunan No. 18 tahun 2004.

Direktur Alsintan Ditjen PSP, Andi Nur Alam mengatakan, pihaknya telah mengerahkan puluhan unit Alsintan di Provinsi Riau untuk membantu percepatan olah tanah dan pembuatan embung.

Menurut dia, Alsintan ini dapat digunakan petani secara maksimal dan meningkatkan produksinya. Data   Agro   Indonesia   mencatat,   bantuan   pemerintah   berupa   Alsintan   yang disalurkan   melalui   Ditjen   Prasarana   dan   Sarana   Pertanian   (PSP),   Kementan sudah mencapai 385.170 unit.

Alsintan itu terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.

Pada tahun 2015, Alsintan yang disalurkan sebanyak 54.083 unit. Tahun 2016 sebanyak   148.832 unit, tahun 2017 sebanyak 84.356 unit, dan tahun 2018 sebanyak 115.435 unit (per Oktober 2018). Total yang sudah diberikan sebanyak 385.170 unit.

Andi Nur Alamsyah mengatakan, jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani berusia lebih kurang 60 tahun, disusul kemudian usia antara 40-45 tahun.

Dampak nyata adanya kelangkaan tenaga kerja dan usia lanjut tenaga petani untuk   mendukung   budidaya   tanaman   padi   adalah   rendahnya   kapasitas   kerja tanam padi per satuan luas lahan dan mahalnya biaya tanam. Dengan mekanisasi, masalah tenaga kerja itu dapat diatasi.

“Hemat tenaga kerja, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam per satuan luas lahan. Dan akhirnya mampu menurunkan biaya produksi budidaya padi,” katanya.

Dipuji Sudah Tepat

Sementara itu, Menteri Pertanian periode 1993-1998, Syarifudin Baharsyah mengapresiasi penyesuaian program teknologi revolusi industri 4.0 yang diterapkan (Kementan) selama lima tahun terakhir.

“Program itu di antaranya pemanfaatan modernisasi mekanisasi teknologi. Bagi saya, apa yang dilakukan Pak Mentan (Amran Sulaiman) sangat tepat karena menganggap 4.0 sebagai sesuatu yang penting sekali,” katanya di Jakarta, Kamis (25/9/2019).

Menurut Baharsyah, keseriusan pemerintah dalam menerapkan teknologi pada sektor pertanian terlihat dari semua program-program yang sudah berjalan dengan baik. “Kita semua harus ikut pada pergerakan industri 4.0 ini. Tapi yang paling penting, keikutsertaan petani itu sendiri. Terus terang, saya bahagia sekali karena petani sekarang ikut dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif,” katanya.

Baharsyah menilai Kementan sudah tepat menyiapkan SDM dari kalangan anak muda. Kesiapan itu terlihat dari realisasi satu juta petani milenial yang digagas Mentan Amran sejak empat setengah tahun lalu.

“Petani milenial itu penting sekali untuk proses tahap sekarang ini. Sebab, ke depan kita tidak bisa mengandalkan petani tua. Tetapi keliatan sekali bahwa petani milenial itu mendapat tempatnya yang membuat dia bahagia dan senang sekali. Saya kira cakep sekali ini,” katanya.

Baharsyah mengatakan, prioritas program yang menyasar secara tepat dan terukur, terbukti menghasilkan capaian dan kinerja yang luar biasa. Antara lain meningkatnya produksi dan nilai ekspor. “Saya dengar posisi kita di dunia rengking 6. Tentu di dalamnya ada sawit, bawang, cabai dan lain-lain,” katanya. PSP