Air sangat penting untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan akan air sangat besar. Namun saat ini air semakin langka, ketersediaan sumber daya alam berupa air tanah semakin hari semakin menipis terlebih ketika musim kemarau, air seperti menghilang, susah air. Di sisi lain saat musim hujan air melimpah ruah bahkan kadang menjadi banjir. Air hujan yang begitu banyak seperti terbuang percuma.
Kondisi ketersediaan air yang seperti ini menggerakkan Sri Wahyuningsih Ketua Komunitas Banyu Bening yang beralamat di Rejodani Gg. Tempursari RT.02 RW. 027 Blekik, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, DIY, berupaya memanfaatkan dan mengolah air hujan.
Hal ini diharapkan mampu menjadi solusi menjaga ketersediaan sumber daya air. Komunitas Banyu Bening yang dirintis Sri wahyuni bertujuan untuk memberikan edukasi sekaligus penyadaran bagi masyarakat akan kegunaan air hujan.
Salah satunya menjadikan air hujan sebagai minuman sehari hari. Meminum air hujan memang belum lazim dilakukan masyarakat. Tapi oleh Komunitas Banyu Bening air hujan ini bisa diolah, dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari hari, untuk minum juga untuk kesehatan.
Apa yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih mengantarkannya menerima banyak penghargaan, termasuk nominasi Kalpataru.
Bagaimana air hujan ini diolah, Sri Wahyuningsih menuturkan kiatnya kepada Agro Indonesia.
Banyak penghargaan yang diterima termasuk nominasi Kalpataru?
Ya masuk nominasi di DIY cuma di nasionalnya yang belum lolos. Dari penghargaan yang kami terima, sebenarnya kita arahnya tidak kesitu. Karena misi kita sederhana saja. Kita melihat kondisi saat ini, dalam kondisi defisit air, air tanah terutama. Sedangkan di lingkungan kita di masyarakat krisis edukasi. Kita tidak berorientasi untuk sebuah penghargaan karena bagi kami penghargaan tertinggi itu adalah ketika masyarakat itu secara umum terinspirasi oleh apa yang kami lakukan. Sehingga nanti melakukan hal yang sama.
Defisit air?
Saat ini yang terjadi kita mengalami defisit air yang luar biasa. Jadi isu di 2030 itu bukan isu mainan, itu benar. Kenapa karena selama ini masyarakat kita masih termindset tentang memanfaatkan air tanah saja, dimana mereka eksploitasi air tanah berlebihan tapi tidak di edukasi untuk kemudian mengembalikan dari apa yang diambil. Nah inikan permasalah besar. Sehingga terjadi defisit air tanah kita.
Apa yang Ibu lakukan?
Solusi yang bisa masyarakat lakukan adalah dengan memanfaatkan air hujan ini. Mengubah mindset masyarakat, cara pandang masyarakat terhadap air hujan ini. Sebetulnya kita hanya ingin menyampaikan bahwa air hujan ini baik baik saja. Tidak seperti apa yang mereka pahami selama ini. Air hujan kotor, yang asamlah, dan banyak hal. Padahal dengan alat yang paling sederhana saja kita bisa manfaatkan air hujan.
Kalau air hujan kotornya apa, paling cuma media yang dilewati saja, atau wadahnya saja. Artinya wadahnya bersih, higienisnya air hujan akan terjaga.
Kita bandingkan dengan air tanah, kalau air yang sudah sampai tanah tentu bercampur partikel yang beraneka ragam.
Bagaimana kita mengubah mindset ini pelan pelan, karena dari satu tindakan ini sebenarnya kita menyelesaikan banyak masalah. Maka di Komunitas Banyu Bening ini ada konsep 5M
Konsep 5 M, maksudnya?
Konsep 5 M itu keterampilan untuk Menampung. Mengolah, Meminum, Menabung dan Mandiri air hujan. Kita ajak masyarakat menampung air hujan mengolahnya dan meminum air hujan yang sudah diolah.
Minum ini tidak kalah penting, karena dari minum ini nanti mereka akan merasakan dampaknya, yaitu akan terinspirasi untuk mau melakukan kegiatan menampung air hujan.
Dan kita ajak mereka menabung dari sisa yang ditampung, bagian dari pengembalian eksploitasi air tanah yang selama ini kita ambil habis-habisan.
Caranya bagaimana, monggo yang punya lahan luas, bikin jogangan, seperti orang tua dulu. Atau sumur resapan yang tidak punya lahan luas, silahkan dengan biopori, sekarang teknologi banyak, atau diinjeksi langsung dari talang masuk ke tanah juga bisa.
Menampung airnya kemudian dipisah pisahkan?
Konsep menampung tadi ada 2 metode yang digunakan. Pertama metode manual yang kedua gamarin filter. Di metode manual, masyarakat mungkin hanya punya ember, punya galon, punya bak, apa yang dia punya itu bisa dipakai. Kita jelaskan, karena mengingat tadi bahwa yang membuat kotor itu media yang dilewati (seperti atap, talang) sama wadahnya, maka untuk meyakinkan itu, wadah harus bersih. Kuncinya kita menampung adalah disaat yang tepat dan cara yang tepat. Jadi saat hujan, 5-10 menit kita lewatkan, larutkan dulu untuk membersihkan kotoran, setelah itu baru hujannya kita tampung lalu kita saring. Kenapa kita saring karena bisa jadi debu halus itu terlarut di dalam air, itu cara manual.
Kemudian cara kedua gamarin filter. Teknologi ini punya UGM setelah kita seminar, kita mendapat metode ini. Ini hak paten UGM, tapi karena Komunitas Banyu Bening ini sebuah komunitas sosial, lembaga sosial, kita diberikan dari hak royalti untuk kegiatan sosial.
Kalau sudah ditampung, air hujannya bisa langsung diminum?
Air hujan habis disaring diminum, tidak apa-apa. Misal masih ragu, direbus silahkan.
Kenapa dari Dinas Kesehatan, air itu harus direbus? Karena mindset masyarakat itu mereka menggunakan air tanah, sedangkan air tanah kita ini sekarang terindikasi terkontaminasi oleh bakteri E.coli yang melampaui ambang batas, maka untuk amannya harus direbus. Bakteri E.coli kan ditanah, di langit tidak ada bakteri E.coli.
Air itu kan ada basa dan asam, ini ada beda manfaat dan rasa?
Jadi ini salah satu sistem itu mengolah air, diproses dengan alat pertukaran ion ada asam ada basa. Di-basa dia mempunyai pH yang tinggi untuk potensi up hidrogen yang tinggi, sehingga kalau orang bilang kita minum air ber pH tinggi karena antioksidannya tinggi, artinya apa, bahwa air ini masuk optimal dalam sel untuk membersihkan toksin maupun residu dalam sel.
Dan untuk rasa, karena namanya basa dan asam, rasanya beda. Yang asam rasanya asam. Di air asam ini pH-nya cenderung rendah. Di pH yang multifungsi ini, di ph 2,5-4 dia punya kandungan oksigen yang tinggi. Mempunyai fungsi sebagai antiseptic. Antiseptic ini untuk apa saja, untuk luka, untuk benjolan, untuk gatal, jerawat, sariawan, sakit gigi, kumur kumur radang tenggorokan.
Ibu mendirikan sekolah hujan juga?
Ya. Belajar sudah dari tahun 2016-2017. Waktu dikenalkan oleh pak Agus Maryono dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, bahwa ini menjadi bagian mitigasi bencana saat ini, terkait dengan bencana hidrometeorologi. Kemudian kita berfikir, kenapa tempat belajar tidak kita branding, sehingga orang itu akan tertarik. Akhirnya di 2019 diresmikanlah sekolah ini, kita branding dengan nama Sekolah Air Hujan.
Apa yang diajarkan di Sekolah Air Hujan?
Ini semua terkait dengan informasi tentang air hujan, dari berbagai sisi, ada sisi religi juga. Kita berusaha memberikan informasi berkaitan tentang hujan ini sekomplit yang kita mampu dari sisi sains nya. Kebetulan kita juga punya ahli kimianya, ada ahli mikrobanya yang akan menjelaskan, kemudian dari berbagai sisi termasuk tentang mitigasi bencana.
Ketika nanti masyarakat melakukan gerakan ini, gerakan memanen air hujan yang kemudian menjadi budaya masyarakat, sebenarnya kita sudah melakukan satu upaya mitigasi yang luar biasa, yang nanti pelan-pelan masyarakat belajar management kebutuhan air. Bagaimana caranya supaya tidak perlu beli air lagi, tidak perlu ambil air lagi dari bawah, yang kita bisa dapat gratis. Tentu kita kemudian berpikir wadah, nah itu kita memanagement tentang air.
Anna Zulfiyah